Jangan Menunggu Kesempatan
1. Proaktif Pada Informasi
Setelah memperoleh surat tentang
kesempatan untuk mengikuti program Benchmarking ke Australia di bulan Juni, dan
setelah melengkapi persayaratan seperti memperpanjang passport dan kelengkapan
dokumen lainnya, aku harus sabar menunggu. Cukup lama menunggu apalagi sempat
melalui musim berpuasa (bulan Ramadhan) yang jatuh pada pertengan bulan Juli
hingga awal bulan Agustus. Kemudian tidak terasa nongol bulan September.
Aku berprinsip bahwa kita jangan
terbiasa menunggu kesempatan- apalagi sempat menunggu informasi sampai ada yang
memberi tahu. Aku juga yakin bahwa tentu panitia/ penanggung jawab program
kunjungan keluar negeri juga punya aktivitas lain, dan tidak mungkin diri kita
saja yang bakal diurusnya. Maka menulis pesan singkat (SMS) ke Ibu Aat
Rachminawati yang bertugas di kantor SubditPendidik dan Tenaga Kependidikan
Menengah di Jakarta. Ibu Aat merespon SMS-ku dan beliau email-ku.
Sebelum tidur aku menyempatkan diri
untuk membaca email. Ya benar aku dapat sebuah forward email dari Bapak Asril
Pulungan. Aku membaca ada sebuah request:
“Mohon disampaikan ke
dinas pendidikan kabupaten/Kota masing-masing. dan mohon konfirmasinya jika
sudah menerima email“.
Dalam
email yang aku terima terdapat informasi tentang hari dan tanggal
keberangkatan. Kemudian semua peserta berkumpul di tanggal 13 September di Hotel
Kaisar- Jakarta Selatan. Tentu sajakami semua akan memperoleh pembekalan
(coaching) dan setelah itu baru menuju bandara untuk terbang ke luar negeri.
Kunjunganku
ke Melbourne dalam bulan Desember lalu bertepatan dengan musim panas. Namun aku
tidak merasa panas, temanku malah terlihat kedinginan karena kata pendudukan
setempat bahwa mereka baru saja berada di awal musim panas dan musim semi
(spring). Musim semi ternyata terasa dingin, ibarat berada di daerah Alahan
Panjang- dekat Danau Diatas- Danau Dibawah. Dingin musim semi masih menyisakan
suhu yang begitu dingin. Maka kunjungan sekarang itu berarti musim semi yang
bersuhu dingin. Oleh sebab itu kami diberi catatan tentang keperluan yang harus
dibawa selama berada di Australia, yaitu sebagai berikut:
1.
Pakaian untuk keperluan di Australia,
seperti jas, batik dan pakaian lainnya yang dianggap sopan. Peserta harus
membawa pakaian untuk menahan dingin seperti jaket, syal dan paying, karena
suhu udara/cuaca selama kita berada
di Australia (Melbourne, Sydney) diperkirakan sekitar 15 s.d. 20 derajat
celsius, sewaktu – waktu bisa berubah.
2. Obat-obatan
pribadi yang diperlukan dalam bentuk
kemasan (jumlah terbatas), seperti obat pusing, obat diare, obat alergi, dan
obat maag. Tidak
diperkenankan membawa obat tradisional (jamu).
3. Jika
ada, souvenir dari masing-masing daerah yang tidak memberatkan dan berukuran
kecil masing-masing peserta 2 buah untuk
diberikan
kepada sekolah yang dikunjungi.
Untuk informasi
tambahan bahwa keberangkatan kami ke Australia
direncanakan pada tanggal 14
September dengan rute dari Jakarta - Melbourne pukul 15.50 WIB dan kepulangan. Aku bersyukur bisa
mengikuti kegiatan ini dan berharap agar/ kami memperoleh banyak pengalaman.
Dalam
daftar peserta Benchmarking program aku lihat ada perubahan. Aku tidak melihat
nama- nama seperti herfen Suryati, Euis Andriani dan Andi Robbi. Sebagai
gantinya ada nama Slamet Rahajo, Isdarmoko dan Sumarno. Tentu saja aku ingin
mengenal figure mereka sebelum jumpa dengan mereka nanti.
a) Guru Berprestasi Dari Sumbawa
Slamet Raharjo guru SMA
1 Sumbawa pernah memperoleh predikat sebagai guru berprestasi tingkat nasional.
Pulau Sumatera terletak cukup jauh, sehingga aku kurang kenal dan harus
mengenal dengan daerah Sumbawa. Daerah Sumbawa merupakan sebuah daerah yang
berada di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kabupaten yang ibukotanya di
Sumbawa Besar ini terletak di sebagian besar bagian Pulau Sumbawa.
Ternyata guru guru di
Sumbawa cukup kreatif. Sebagai bukti mereka punya 4 temuan Teknologi Tepat Guna
(TTG) dan diikut sertakan dalam pameran TTG Tingkat Nasional di Jogja Expo
Centre, Jogjakarta. TTG itu meliputi Cerobong Pembakaran Sekam, Pemanasan
Tenaga Surya, Kursi Roda Adjustable dan Rangka Gen karya Slamet Raharjo S.Pd.
(Guru SMA Negeri 1 Sumbawa Besar). Selain memamerkan karya TTG juga akan
memamerkan berbagai produk olahan TTG seperti dodol rumput laut, susu kuda
liar, permen susu hingga minyak Sumbawa.
b) Kepala Sekolah berprestasi
Semester lalu aku
sempat sama mengikuti acara menerima satyalencana dari Presiden RI- Susilo
Bambang Yudoyono- dan di sana aku berjumpa dengan Isdarmoko. Ia terpilih
sebagai Kepala SMA Berprestasi Nasional. Untuk sekolahnya ia mengoptimalisasi proses
pembelajaran. Sebuah sekolah akan berkualitas kalau memiliki manajemen, guru-
guru dan anak didik yang juga berkwalitas. Sekolahnya Isdarmoko- SMAN I Bantul Yogyakarta-
mendapatkan akreditasi A dari badan akreditasi provinsi (BAP) dengan nilai
97,85 dan ini merupakan hasil tertinggi diantara SMA se-DIJ (Daerah Istimewa
Jogjakarta). Atas prestasi itulah, SMAN I Bantul mendapatkan standar manajemen
mutu international ISO 9001: 2008.
c) PBM Berorientasi Anak Didik
Sumarno
adalah guru berprestasi utusan Sumatra Utara dan sama- sama mengikuti kegiatan
seleksi guru berprestasi nasional denganku.
Ia mengatakan bahwa kegiatan
pemilihan guru berprestasi mempunyai
banyak seperti dapat menambah wawasan,
karena kegiatan ini mendorong individu
untuk mengetahui berbagai
hal untuk menjadi sosok
guru yang ideal.
Dan juga bisa memperoleh penghargaan.
Penghargaan ini
akan membuat seorang guru lebih percaya diri, lebih termotivasi untuk
selalu berbuat dan memberi yang terbaik, serta muaranya akan menjadi insprirasi
bagi peserta didik untuk selalu
berprestasi. Kegiatan seleksi juga bisa memberi spirit untuk maju. Menurutnya
bahwa pembelajaran yang berkualitas
adalah pembelajaran yang berorientasi
kepada peserta didik. Peserta didik sebagai subyek diharapkan aktivitas
dan hasil belajarnya selalu optimal.
2) Preparation to Fly
Rute
terbang pesawat yang membawaku ke Australia adalah dari Padang, Jakarta dan
terus terbang selama 6 jam ke Sydney. Sementara itu aku berharap-harap kalau
pesawat tersebut bisa transit di Denpasar- Bali, soalnya aku ingin melihat
keindahan pulau dewata dari langit. Namun perjalanan kali ini keinginanku bakal
terkabul. Karenakami terbang dengan pesawat Garuda ke Denpasar dan selanjutnya
kami terbang dengan JetAtar Airways menuju Sydeney dan Melbourne.
Hari
kamis segera datang, hari dimana aku harus terbang menuju Jakarta- Denpasar-
Sydney dan Melbourne. Namun sebagai guru (juga sebagai PNS) aku harus
mengantongi surat izin/ surat tugas dari Dinas Pendidikan Kab. Tanah Datar.
Kemaren aku sudah berada di sana. aku berharap kalau surat tugas buatku sudah
terbit, dan aku bisa menyiapkan hal- hal lainnya.
“Tidak
seperti itu menerbitkan surat tugas buat guru yang mau berkunjung ke luar
negeri. Surat yang masuk kamis proses terlebih dahulu- kami melakukan telaah
staf- terus surat naik ke biro kepegawaian di Kantor Bupati hingga mendapat
persetujuan dari Bupati. Bila sudah turun baru kami bisa menerbitkan surat
tugas buat pak Marjohan”. Demikian Pak Erman menjelaskan proses birokrasi
sebuah surat di pemerintahan. Aku minta konfirmasi kapan aku bisa datang ke
sana- mungkin hari Senin atau Selasa depan. Yang jelas aku berharap: lebih
cepat lebih baik. Bila surat tugas sudah aku kantongi aku baru berani untuk
memesan tiket buat terbang ke Jakarta.
Aku menacari tahu untuk
yang terakhir tentang cuaca di Australia untuk bulan September. Iseng- iseng
aku menulis status pada Face Book:
“Apa teman teman ada
yang tahu, bulan September ini bagaimana cuaca di Melbourne dan Sydney dan
apakah saya perlu membawa jaket tebal ?”. Beberapa menit setelah itu ada
response dari beberapa teman.
“Marjohan Usman
Sepetember berarti masih musim dingin....berarti cari
baju tebal....di bukittinggi harganya jauuuuuh lebih murah dari sydney atau
Melbourne”.
“Afridha Laily
Alindra Paspor biru lbh nyaman uncle...bagasi ringan aja
dulu..ntar pulang bw oleh2 ya...he..he..”
“Hendra Nasrul
Apa lagi nyari baju tebalnya di 'pasa lereng' ya Uncle,mungkin jauh lebih hemat
n bisa beli banyak..”
“Rusdi Muchtar
Sedingin2nya winter di kota2 pantai di Australia, tetap aja lebih hangat
dibanding di Eropa atau amerika daratan”.
“Genta Sakti
mainkan aja baju seken jo...di bukittingi paling juga 50 rb...laundry 15 ribu
rupiah...kondisi masih bagus sekali...dijamin ..he he”.
“Revalin Herdianto
d Aussie pakaian dingin bisa murah juga tp beli di toko pakaian bekas sebangsa
salvation army atau good sammy. Tapi bagusnya bawa dr sini saja krn gak ada
waktu buat shopping. Jaket harga kisaran 10-20 dolar sdh bagus, unc Joe. Jangan
lupa siapkan topi kupluk (sebo) dan syal, krn angin kadang2 lebih merepotkan
drpd suhu dingin”.
Aku membaca beberapa
poin yang tertera dalam surat panduan buat ke luar negeri. Respon dari
facebooker sangat signifikan dalam menambah wawasanku. Aku meluncur ke toko
pakaian. Aku langsung ingin menyambar baju hangat dari wool dan sekaligus
dengan pembukus kepala. Penjual pakaian tidak langsung menerima uangku. Iamalah
memberi aku pertimbangan dan pilihan.
“Kalau bapak ambil baju
hangat dengan warna merah menyala ini, ya hanya cocok buat dibawa ke gunung dan
pantai Melbourne yang dingin. Namun karena Bapak juga ada kunjungan ke kantor
dan sekolah, lebih bagus bapak ambil jas yang seperti blazer ini”. Aku sangat
setuju dan aku memilih warna dan ukuran yang nyaman buat dipakai. Aku kemudian
juga membaca hal- hal yang sangat urgen- keperluan yang dianjurkan untuk
dibawa- antara lain sebagai berikut:
a) Obat-obatan yang
biasa diminum seperti obat pusing, influenza, diare, obat gosok dll.
b) Obat-obatan yang
diminum rutin untuk penyakit yang diderita peserta, misalnya ; obat diabetes
dll.
c) Vitamin untuk
diminum apabila diperlukan.
d) Sepatu yang bertumit
rendah dan nyaman untuk berjalan jauh.
e) Topi, payung,
Jaket.
f) Sambal bagi yang
senang makan pedas.
g) Voltase listrik di
Australia adalah 230 / 240 V, Mohon diperhatikan untuk peserta yang membawa
video, Hp, dan charger baterai diharapkan harus membawa sambungan berlubang tiga pipih.
h) Handphone GSM satelindo,
Telkomsel, Excelcom, pasca bayar/abodemen yang sudah dibuka fasilitas SLI-nya
bisa dipergunakan.
Nasehat atau info-info tersebut
sangat berguna. Aku tidak mau mengulang cerita semester lalu. Aku juga pergi ke
Melbourne dan sempat menginap di tiga tempat yaitu di hotel Ibis Melbourne, di
Apartement Punthill Burwood, dan Apartement Punthill Knox City. Namun alat alat
elektronik yang aku bawa tidak bisa terhubung dengan charger yang standar untuk
Indonesia- charger dengan sambungan dua lobang. Untuk itu kita bisa menyewanya
seharga $.3 dari receptionis. Aku berfikir bahwa tidak ada yang gratis di
Australia.
“Harga sambungan itu
saja di Batusangkar- Sumatera Barat hanya Rp. 10.000 (atau $.1 Aus). Wah untuk
menyewa saja sudah kemahalan, berapa dollar musti aku bayar kalau ingin
membelinya. Namun karena butuh ya musti aku sewa. Namun sekarang kami sudah
tahu apa apa saja yang harus dipersiapkan”.
Beberapa hari ini aku
masih menunggu-nunggu surat izin buat kunjungan ke luar negeri dari Bupati
Tanah Datar. Kemaren aku sudah pergi ke kantor tata usaha Bupati dan ternyata
belum ada kemajuan karena Bupati lagi sakit dan pergi berobat. Tadi siang aku
datang lagi dan aku memperoleh informasi bahwa surat izin buatku bakal turun
besok. Pokoknya waiting is boring-
menunggu itu membosankan. Aku berharap besok ada kemajuan surat izin Bupati
buatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them