Mampir
Lagi Ke Melbourne
1. Bagai dalam mimpi
Kami
semua ikut boarding. Aku lihat juga ada pesawat lain yang rutenya menuju
Darwin, Perth, Brisbane, Melbourne dan Sydney. Enam bulan lalu aku terbang dari
Jakarta menuju Sydney dan kalau sekarang dari Bali menuju Melbourne dan baru ke
Sydney.
Pesawat Garuda akhirnya
meninggalkan langit pulau Bali selepas senja. Tidak banyak yang dapat aku
kerjakan dalam pesawat, lebih enak tidur. Aku segera memejamkan mata meski
telinga tidak seratur persen tertidur. Sekali- sekali aku membuka mata buat
mencolek- colek monitor game di punggung kursi depan. Pramugari sudah mulai
mengedarkan snack dan minuman.
Aku sengaja menahan
selera, seolah-olah jadi malas buat minum juice sunripe, karena aku juga males
sering sering pergi ke toilet. Suhu dingin ruang pesawat sudah mulai menusuk
tulang dan untung aku membawa jaket, kalau tidak tentu aka bakal diterjang
kedinginan. Aku kapok dengan pengalaman
enam bulan lalu, aku lupa bawa jaket dan aku jadi merasa sengsara.
Aku sempat terlelap,
walau tidak lama namun lumayan untuk menyegarkan tenaga. Sehingga merasa fresh
lagi. Pramugari mendorong kereta buat menyajikan makan dan mungkin ini buat
sarapan, meski belum masuk waktu pagi. Aku juga merasa lapar dan hampir tidak
sabar buat menunggu giliran sarapan. Kami tidak merasa ragu atas kehalalan
makanan. Itulah enaknya kalau kita terbang dengan pesawat Garuda dan para
awaknya juga orang Indonesia yang sangat mengerti betapa pentingnya menyajikan
makanan halal buat penumpang beragama Islam.
Segera setelah sarapan
kamipun disuguhi formulir yang musti kami isi. Formulir ini adalah dokumen yang
harus diserahkan ke immigrasi nanti. Namun kami tidak perlu repot- repot karena
Mas Rachman, sebagai tour leader, sudah menyediakan dan sekaligus mengisikan
formulir buat kami. Kami tinggal lagi membubuhkan tanda tangan saja.
Aku memperkirakan masih
tengah malam untuk ukuran waktu di Indonesia. Namun kami terbang menyonsong
arah Timur sehingga siang datang lebih cepat. Ya waktu subuh sudah datang. Aku
duduk disamping Nurhadi. Aku segera melakukan tayamum- menempelkan telapak
tangan ke debu pada dinding bangku dan menyapukannya pada wajah dan kedua belah
tangan. Itu sudah cukup buat isyarat untuk sholat subuh. Aku segera sholat
subuh dan tidak peduli pada petugas yang lalu lalang dan juga bule- biule yang
melihatku lewat sudut matanya. Di sebelahku, Nurhadi, juga melakukan sholat
subuh.
Wah ada perasaan lega
dan plong setelah sholat. Cahaya pagi menusuk lewat jendela. Beda waktu
Melbourne dan Bali hanya 2 jam saja. Ya setelah terbang semalaman suntuk
akhirnya pesawat telah berada di langit Melbourne. Aku melihat bumi Melbourne
yang sangat datar. Tidak ada pegunungan kecuali hanya bukit bukit rendah saja.
2. Pemeriksaan Khusus
“Kota Melbourne memang
sepi tetapi terlihat rapi”.
Kami turunan dalam
rombongan dan semua menuju immigrasi. Aku sudah merasa familir dengan tempat
ini karena 6 bulan juga lewat di sini. Wah petugas meminta kami berbaris dalam
rombongan khusus dari penumpang lain. Tidak apa..apa, tentu saja kami patuhi
peraturan mereka.
Kami sekarang dalam
pemeriksa. Kami semua ada 16 orang- 10 orang para guru dan 6 orang dari
kementrian. Semua berdiri dibelakang tas dan bagasi masing- masing. Berarti
kami dalam pemeriksaan khusus. Setelah semuaberdiri, kemudian seorang petugas
wanita menarik seekor anjing gede dan anjing tersebut mengendus kami dan juga
setiap tas dan bagasi kami. Aku khawatir kalau kalau anjing tersebut salah
cium- jangan jangan kulit beraroma narkotika atau bararoma bumbu ayam. Mana
tahu anjingnya sedang lapar dan aku bisa diperlakukan jadi ribet.
Tiba tiba anjing
mengendus tas tentengan milik Ibnu Hajar dan setelah itu anjing itu duduk,
seolah olah memberi tahu bahwa tas Ibnu Hajar musti dicurigai. Betul tas
tersebut dipisahkan dan termasuk Ibnu Hajar harus ke luar dari barisan. Ia
diminta untuk membongkar semua isi tasnya. Semua tidak yang mencurigakan
kecuali hanya ada sisa sisa abon daging sapi yang sempat terbawa dalam tas.
“Ohhh, Ibnu Hajar bawa
abon tadi. “ Tasnya sudah steril dan Ibnu Hajar terlihat jadi lega dan bebas
dari rasa tegang lagi. Kami selanjutnya bergerak ke proses pemeriksaan
selanjutnya. Setelah selesai memperoleh
cap pada buku passport. Kami terus bergerak hingga kami melihat tulisan “Welcome in Melbourne Airport”.
Bandar Udara Internasional Melbourne, juga
dikenal sebagai Bandar Udara
Tullamarine[1],
adalah badnara utama yang melayani kota Melbourne dan bandara tersibuk kedua di
Australia. Bandara ini dibuka pada tahun 1970 untuk menggantikan Bandar
Udara Essendon di dekatnya. Bandar Udara
Melbourne adalah satu-satunya bandara internasional dari empat bandara yang
melayani wilayah metropolitan Melbourne. Bandara ini berada di 23 kilometer (14 mil) dari pusat
kota Melbourne. Bandara ini berada di dalam kota Tullamarine.
Rute
penerbangan Melbourne—Sydney merupakan rute penerbangan yang paling banyak
mengangkut penumpang keempat di dunia dan yang tersibuk kedua di wilayah Asia Pasifik. Bandara ini memiliki
penerbangan langsung menuju 33 detinasi di seluruh negara bagian dan teritori
di Australia ditambah dengan sejumlah destinasi di Oseania, Asia, Afrika,
Eropa, dan Amerika Utara. Melbourne merupakan destinasi paling populer di
antara lima bandara di tujuh ibukota negara bagian Australia. Melbourne menjadi
hub utama bagi Qantas dan Virgin Australia, sedangkan
Jetstar Airways dan Tiger Airways Australia menggunakan bandara ini sebagai basis utama. Melbourne merupakan
bandara tersibuk untuk kargo ekspor internasional, dan bandara kedua tersibuk
untuk impor internasional. Untuk penerbangan dmestik, Melbourne menjadi kantor
pusat bagi Australian air Express dan Toll Priority dan
menangani lebih banyak kargo domestik dibandingkan bandara lain di negaranya.
Bandara ini memiliki empat terminal: Satu terminal internasional, dua terminal
domestik, dan satu terminal domestik bertarif rendah.
Nama kota Tullamarine berasal dari bahasa aborogin.
Aborigin sendiri adalah salah satu suku asli Australia dan berasal dari
Polynesia. Kata lain dari Aborigine adalah juga Bushmen atau orang rimba. Kami
segera masuk bis wisata dan kami disambut oleh pengemudi berwajah China, namanya
Michael.
Segera Michael mengemudi mobil dan mengantarkan kami buat berwisata. Bis
meluncur meninggalkan Bandara Tullamarine melalui jalan toll yang sangat bagus.
Aku melihat semua sisi jalan toll di sini diberi pagar. Itu berguna buat
mengurangi kebisingan agar penduduk yang bermukim dibalik jalan toll tidak
terganggu oleh suara bising dari kendaraan yang lalu lalang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them