Jumat, 09 Januari 2015

Berobah dalam Cara Berfikir



Berobah dalam Cara Berfikir
Tiba- tiba aku menikmati menjadi seseorang yang popular, haa haa.. popularitas yang palsu. Barangkali aku lagi dilanda deman popularitas ibarat seorang selebriti, meski aku bukan seorang selebriti. Istriku agaknya selalu benar, ia selalu memberi aku nasehat, namun aku saja yang merasa ia mendikte ku dan sedikit terlalu rewel dengan ratusan nasehat. Sementara itu dalam suasana hati yang dilanda oleh fenomena pubertas kedua- aku butuh disayang, dipuji- dipuja, dikagumi oleh istriku dan juga oleh orang lain.
            Akhirnya aku segera menuju Tanah Suci. Ini merupakan sarana yang bagus untuk mensucikan dan membersihkan hati dan fikiran. Juga ini adalah kesempatan yang langka- apalagi biayanya juga cukup mahal. Agar aku bisa khusyuk beribadah maka aku harus melepaskan diri dari dunia, apalagi dunia maya, seperti internetan. Namun ada suara dari hatiku yang juga membela bahwa:
“Internetan kan tidak masalah kalau digunakan secara wajar buat berkomunkasi. Mana tahu ada hal-hal yang jelek terjadi pada diri maka kita bisa memberi tahu kepada famili, anak-anak dan sahabat di tanah air dan minta bantuan mereka”
Jadinya aku tetap mengaktifkan sarana tekhnologi dan kebetulan aku memiliki dua android. Yang besar dan yang kecil. Loading atau upload dengan android yang besar sangat cepat dan bagus, meskipun sinyal sedikit bermasalah- namun tetap bisa aku upload.
            Aku pamitan dengan istri, anak-anak dan keluarga yang lain. Aku pamitan dengan teman-teman lewat facebook yang juga tahu dan mengikuti perjalananku. Aku memberi tahu mereka bahwa akun FB-ku  akan off selama 20 hari yaitu selama aku melakukan ibadah umroh di tanah suci. Apalagi saat itu masih gencar pemberitaan tentang jatuhnya pesawat mewah, milik perusahaan Malaysia. Teman temanku juga bersimpati atas keberangkatanku dan mereka berdoa agar pesawat yang bakal aku tumpangi selamat sejak dari Padang, Jakarta, Bangkok dan Jedah. Meski aku sudah memberi tahu dan mereka masih menulis doa-doa dan ucapan selamat bagiku dselama dalam perjalana.
Terima kasih buat mu teman-temanku semua nya”. Demikian tulisan pada statusku.
            Membawa androit dengan kapasitas batterai yang cukup tahan lama membuat aku bahagia. Karena aku bisa selalu mengirim atau mengupload semua foto atau moment yang aku lewati. Mulai dari kampung, hingga ke luar negeri. Ternyata foto-foto yang aku ambil secara selfie atau dibantu oleh teman-teman bisa aku upload dengan mudah pada setiap bandara. Aku sempat mengupload foto terbaikku di Bandara Sukarno Hatta di tengah malam. Ya silahkan teman di tanah air buat melihatnya dan mengomentari. Setelah terbang ke luar negeri maka  hubunganku terputus dengan mereka.
            Aku terbang dengan hati yang riang-gembira, ibarat hati seorang remaja menuju Bangkok. Tentu saja aku sempat membuat foto-foto. Akhirnya pesawat Air Business, milik penerbangan Thailand, memang mendarat buat transit  di Bangkok. Ya cukup lama kami berada di ruang transit. Rasanya ada sekitar 4 jam lamanya.
Beberapa penumpang lain terlihat akan bosan, namun aku merasa senang dan nyaman karena di bandara tersebut ada sarana internetan gratis. Karena aku bisa berbahasa Inggris dan mengerti tekhnologi maka aku mampu mengoperasikanya. Aku sempat membuka facebook dan juga menulis pesat pada status facebook dan dalam seketika belasan atau puluhan teman facebooker memberiku status “like”sebagai tanda bahwa mereka menyenangi pengalamanku.
Wah aku jadi agak lengah dan terbius saat pesawat terbang ke dalam awan, karena aku merasa beruntung bisa berada di Bangkok.  Ramai-ramai pembaca dan pengagumku menyerukan selamat terbang buatku. Aku terbius oleh popularitas dan aku ibarat selebriti dadakan saat itu.    
Kami masih punya waktu di bandara Bangkok, dan sebagian penumpang sudah terlihat bosan, mereka menyembunyikan rasa resah mereka. Aku malah mencari moment buat mengambil foto- foto terbaik.
Rugikan kalau aku nggak mengabadikan bandara Bangkok, tentu aku bakal kehilangan sepenggal sejarah hidup ku. Aku mencari posisi, dengan latar belakang gedung bandara Bangkok dan pesawat jumbo dan aku ambil foto secara selfi. Kalau aku upload kelak dekat tempat yang ada WiFi maka tentu teman teman di tanah air bisa lagi melihat perkembangan perjalananku, wah aku ibarat wartawan gratisan di dunia facebook atau di dunia maya.

Hatiku Merasa Galau



Hatiku Merasa Galau
Saat itu aku punya kesempatan buat melakukan umroh ke tanah suci, namun mengapa hatiku masih terasa galau selalu ? Mengapa tidak ada terniat olehku buat membersihkan hati dan menenangkan jiwa. Mengapa aku terbius untuk beraktifitas kurang serius dalam suasana hati yang galau dan mengapa saat itu aku merasa usiaku ibarat seorang pemuda, bukan malah sebagai seorang tua ??
            Galau adalah istilah orang sekarang, yaitu suasana hati yang sangat tidak menentu. Ya memang suasana itu hatiku memang galau dan sangat hampa. Aku sangat tidak menerima keberadaan diri, benci melihat kulit yang sedikit mengering dan kulit agak keriput. Aku belum siap untuk menjadi tumbuh tua.
Pada hal menjadi tua itu adalah kodrat Ilahi dan tua atau muda itu adalah alami. Tua itu nggak bisa ditahan, ada orang berumur tua namun terlihat muda, ahhh itu hanya kamuflase sesat. Aku berada dalam dunia kamuflase. Semua orang tumbuh tua serentak di seluruh dunia. Teman temanku yang seangkatan denganku, yang waktu dulu sama-sama sekolah di SMA- sama sama berusia remaja-  dan kemudian sama sama kuliah di perguruan tinggi ternyata juga serentak terlihat tua. Bedanya aku belum siap jadi tua dan mereka tidak mempermasalahkan untuk jadi tua. Mereka malah terlihat masih gembira dan menerima diri.
“Ya, namun sekali lagi aku malah menolah takdir buat menjadi tua.
            Dalam kondisi hati yang masih galau aku harus mnenerima telepon agar segera merespon jatah reward yang aku sebagai guru terbaik nasional. Reward itu disediakan oleh Pemerintah Sumatera Barat dengan anggaran sebanyak Rp. 34 juta.
“Pemerintah memberi penghargaan buat warga yang berprestasi untuk menunaikan haji ke Mekkah”. Tahun lalu aku sempat menang sebagai guru terbaik di Indonesia dan saat itu kondisi jiwa (hati) masih stabil. Aku belum merasa resah dan aku belum dilanda rasa galau.
            Tiba- tiba aku ditelpon oleh kepala sekolah. Karena pihak Dinas Pendidikan Sumatera Barat harus mencair dana anggaran buatku dalam bentuk dana haji. Karena kuota haji itu sekarang terbatas, karena terjadi peluasan pekerjaan lokasi Masjidil Haram. Gantinya aku diberi kesempatan untuk menunaikan “Umroh Plus”.
“Ayoo respon segera, dan setelah anda menunaikan ibadah Umroh maka anda punya kesempatan mengunjungi tempat wisata religi seperti ke Jerusalem, Turki, dan Mesir.
            Pihak Dinas Pendidikan Propinsi nggak bisa mengontak nomor HP ku, ya karena kartu HP aku ganti dengan kartu “three” buat internetan. Aku terlihat internetan maniak kayak ABG (anak baru gede) di usia yang ku yang juga sudah punya dua anak ABG. Namun kami seolah olah berlomba menggunakan internet, terutama berselancar.
“Haaa aku rajin update status pada Facebook. Kadang aku update hampir tiap jam. Aku sendiri jadi ketagihan dengan internetan dan terlihat melupakan keluarga- istri dan anak anak ku. Aku yang biasanya suka memanjakan keluarga sekarang hilang tiba- tiba. Apa aku berubah ? Entahlah aku nggak lelah dan aku nggak tahu.
            Tentu saja aku nggak bisa berhubungan dengan Dinas Pendidikan untuk pencairan dana buat Umroh Plus. Wah aku merasa gembira. Dalam fikiran galauku, saat itu aku mau pergi tour, pergi berlibur dengan hati besar, hati ceria sama cerianya dengan hati anak Sekolah Dasar yang memperoleh penghargaan. Hati galauku lupa bahwa pergi Umroh seharusnya buat pergi beribadah.
            “Kamu pergi umroh buat beribadah..bukan buat pergi tour”. Ada puluhan ucapan selamat dan nasehat yang aku terima. Aku menganggap sepi semua nasehat yang bernada mengguruiku.   
            Aku menuju Padang dengan perasaan seorang remaja.  Haa ha...usiaku sudah jauh bdi atas 40-an namu telingaku juga terselip dengan head set. Aku lagi dilanda hati yang galau, yaiyu hati yang kesepian. Maka aku lagi getol mendengar lagu- lagu cinta. Tetapi aku nggak tahu kepada siapa arah cinta itu aku tujukan.
Seharusnya pesan dan rasa cinta aku tujukan buat kedua anakku dan istriku. Tetapi saat itu rasa cinta yang mengambang saja. Aku mungkin ibarat selebriti dan aku senang dipuja, haaaaa.....!!!!  Hatiku galau sendiri dan aku merasa sedih tak menentu. Rasa hatiku dan lagu yang sedang aku dengar aku tulis dalam status di facebook.
 “Sedang mendengar lagu Celindione, sedang mendengar lagu Rossa..dan seterusnya”. Haaa jiwaku masih remaja, ya remaja taraf ke dua.           Status seperti ini seharusnya ditulis oleh ABG yang betul-betul berusia belasan maka itu baru normal. Namun status yang  demikian ditulis oleh seorang pria yang berumur separoh baya yang lagi terbang di atas awang-awang, yaitu aku sendiri.
Tentu saja satu dua orang sahabatku dari dunia nyata dan juga sahabat di Facebook menegur aku dan mengingatkan aku dengan santun, lewat inbox:
 Maaf Pak guru, usia kita sudah sama-sama tua dan Pak guru sendiri kan mau pergi Umroh, menuju ke Tanah Suci, itu bukan buat pergi jalan-jalan. Pak guru  niatnya harus dibetulkan, bukan buat pergi tour namun buat pergi mendekatkan diri pada Allah”. Aku merasa benar sendirian. Aku jadi mudah naik pitam. Aku jadi emosian.
Wah kamu mencampuri pribadiku. Aku tahu kok pergi Umroh buat mendekatkan diri pada Tuhan.. Memangnya aku orang sesat dan kamu orang bersih dan suci. Itu beberapa kalimat protes, meski protes tersebut tidak aku suarakan atau tidak aku tulis.  Malah yang keterlaluan memberi aku nasehat, aku delete mereka dari pertemananku di Face Book.
Ya Allah aku sekarang merasa sedih, dan aku menyesal telah mendelete mereka dari pertemanan di jejaring sosial”. Moga moga mereka sekarang tetap berbaik sangka padaku, memaafkan aku  dan mendoakan aku agar aku  bisa bangkit dari kegalauian hati yang muncul secara pelan-pelan.
            Aku terus menuju Travel Biro Armindo Jaya Tur di Padang. Keberangkatan aku ke Tanah suci digabungkan dengan jemaah umum. Kalau mereka berangkat dengan bayaran  secara pribadi, sementara aku berangkat dibayarkan oleh pemerintah Propinsi Sumatera Barat. Aku saat itu terlihat gagah dan muda karena penampilanku sudah dipoles. Sementara orang orang yang seusiaku terlihat sangat tua dan aku terlihat sangat muda.
Bedanya ada, meski mereka terlihat sudah tua, namun mereka sangat bergembira dan aku terlihat masih muda, karena dipoles dengan penampilan muda, namun aku  merasa agak beduka- merasa galau dan  tidak menentu- atau aku merasa gembira yang penuh dengan senyum palsu. Saat mengikuti kegiatan manasik umroh aku ikuti juga dengan perasaan separoh hati.
Mengapa aku merasa nggak bersemangat, berarti aku nggak bersyukur. Aku lupa dengan janji Allah: Kalau kamu bersyukur, nikmatKu akan Aku tambah dan bila kamu kufur atau lupa maka kamu akan memperoleh azab atau cobaan”. Aku tahu dengan ayat ini, namun saat itu aku lupa. Ya namanya sedang lupa diri- karena dilanda krisis kehilangan identitas diri, dimana aku nggak mau terlihat jadi tua .
            Dalam manasik umroh itu ada banyak hal yang aku peroleh, ya seperti apa beda Umroh dengan Haji. Kemudian kami diberi tahu tentang perbedaan geografi antara Indonesia dan geografi Timur Tengah. Kami juga diberi tahu tentang:
 Some do’s dan some dont’s- atau beberapa hal yang dibolehkan dan hal-hal lain  yang dilarang ”. Karena aku sudah membaca banyak buku, aku sudah membaca ratusan buku, maka aku merasa sudah sangat tahu- perasaan seperti ini tidak boleh muncul.
            Para peserta umroh yang satu rombongan denganku semua terlihat sangat khusyuk dan bersykur mengikuti kegiatan manasik umroh. Mereka bersyukur atas kesehatan yang mereka peroleh dan juga atas dana umroh yang mereka bayarkan- lewat tabungan mereka. Ya mungkin mereka dengan susah payah menabung uang buat pergi Umroh. Pada mulanya ada yang ingin pergi haji, namun kuota haji memang sudah penuh dan mereka harus menunggu bertahun-tahun.
“Mereka merasa sudah tua dan khawatir tidak akan sempat melihat baitullah, ya karena merasa umur sudah tua dan mau mati maka mereka cukup merasa puas dengan hanya pergi umroh saja”. Itupun juga termasuk memenuhi panggilan Illahi. Bagaimana denganku ?
            Aku merasa bahwa hidupku ini selalu penuh dengan kebetulan. Seharusnya aku nggak boleh  begitu, hidup ini sudah ada takdirnya dan sudah ada rancangan dari Allah. Mungkin aku berfikir demikian karena aku orangnya nggak begitu berambisi. Diberi jabatan....ya syukur dan kalau nggak diberi juga nggak jadi masalah, lagi pula pada saat itu “mungkin”  aku merasa kurang bersyukur pada Allah.
            Sebenarnya aku beberapa tahun yang lalu memang pernah bisa memperoleh kesempatan buat pergi studi ke luar negeri karena, persyaratan bahwa kesempatan buat guru senior akan memperoleh kesempatan lebih dahulu. Dan saat itu umurku (posisiku)  memang lebih senior daripada kolegaku. Namun ada juniorku lebih cerdas membikin  pendekatan yang lebih bagus pada pihak stake-holder (pengambil kebijakan) maka dialah yang ternyata bisa pergi.
“Ya ropopo- ngak apa apa !!” Dan aku tidak merasa bersedih, bagitu nggak bisa pergi ke luar  negeri  ya tidak jadi masalah. Aku berfikiran positif- kalau sekarang nggak bisa, mungkin nanti aku punya kesempatan.
 Juga pernah dalam sebuah lomba karya tulis  antar guru di Kabupatenku, malah para pesaingku ramai-ramai datang ke rumahku menanyakan bagaimana tata cara menulis karya ilmiah yang baik. Dengan senang hati aku jelasin dan juga aku buatkan sebahagian untuk mereka. Al-hasil dalam kompetisi karya tulis mereka menjadi menang dan aku jadi kalah, namun tetap tidak jadi masalah bagiku.
            Jadinya aku dikatakan sebagai orang  “sebagai orang sosial yang sial...haa haaa”. Yang jelas aku selalu coba untuk bersikap ikhlas. Mungkin ini adalah salah satu sisi positif yang aku miliki dan yang perlu selalu aku miliki. Bila aku memperoleh  kesempatan ya aku syukuri, dan kalau tidak dapat kesempatan maka itu juga nggak masalah.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...