Sabtu, 27 Juni 2015

Menjadi Bangsa Yang Maju



Menjadi Bangsa Yang Maju


Marjohan Usman
Guru SMAN 3 Batusangkar, West Sumatra Indonesia
phone: 085264340180


1. Posisi SDM Negara Kita
            Perkembangan pembangunan negara kita secara signifikan cukup maju. Kalau kita berpergian di nusantara ini dan kita lemparkan pemandangan jauh kedepan akan terlihat pembangunan infra-struktur di sana sini. Namun kalau kitabandingkan dengan beberapa negara di dunia atau dengan kemajuan negara-negara di Asia ternyata kita masih jauh tertinggal.
            Di dunia ini para ahli demografi dan ahli ekonomi telah mengelompokan negara- negara di dunia atas sebutan negara maju, negara berkembang dan negara belum berkembang. Negara maju[1] adalah sebutan bagi negara yang menikmati taraf standar hidup yang relatif tinggi melalui berbagai teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Kebanyakan negara dengan Gross domestic product (GDP) per kapita tinggi dianggap sebagai negara berkembang. Namun beberapa negara telah mencapai Gross domestic product (GDP) tinggi melalui eksploitasi sumber daya alam tanpa mengembangkan industri yang beragam dan ekonomi berdasarkan-jasa tidak dianggap memiliki status 'Maju'.
Nah kemudian bagaima dengan posisi negara kita- Indonesia ?Negara kita masih dalam kategori sebuah negara berkembang. Negara Berkembang[2] adalah sebutan untuk sebuah negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah dan infrastruktur yang relatif terbelakang, serta indeks perkembangan manusia yang kurang dibandingkan dengan norma secara global. Kita berharap agar kualitas SDM (sumber Daya Manusia) bangsa kitabisa selalu meningkat, cepat atau lambat tentu ditentukan oleh usaha kita (dan izin dari Allah Swt).
Bagaimana peringkat SDM negara kita di dunia[3] Kita bisa melihat melihat perkembangan SDM setiap negara melalui situs “World Competitiveness Year Book [4]) sejak tahun 1997 – 2007. Menurut hasil survei World Competitiveness Year Book dari tahun 1997 sampai tahun 2007 pendidikan Indonesia berada dalam urutan sebagai berikut:
- Pada tahun 1997, Indonesia berada di urutan 39 (dari 49 negara yang disurvei). 
- Pada tahun 1999, Indonesia berada pada urutan 46 (dari 47 negara yang disurvei).
- Tahun 2002, Indonesia berada pada urutan 47 (dari 49 negara yang disurvei).
- Pada tahun 2007, Indonesia berada pada urutan 53 (dari 55 negara yang disurvei).
Sementara hasil penelitian program pembangunan PBB (UNDP) tahun 1980-2013[5], laporan dalam tahun 2013 menunjukkan kualitas SDM Indonesia berada pada urutan 108 dari 187 negara yang diteliti,dan Samoa (urutan 106) dan Mongolia(urutan 103) posisinya lebih baik dari negara kita. Posisi negara Singapura (urutan 9) dan Malaysia (urutan 62) jauh lebih baik. Tingkat SDM ini diukur berdasarkan kualitas kesehatan, umur, tingkat pendidikan dan rata-rata income penduduk.
Kemudian bagaimana dengan kualitas pendidikan negara kita ? Kita bisa lihat pada situs Asian South Pacific Bureau of Adult Education[6] (ASPBAE), bahwa posisi Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Rangking pertama diduduki Thailand, kemudian disusul Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan.
Wah meninjau tentang posisi Indonesia di dunia bukan buat menjelekan negara kita. Namun buat refleksi bagi kita sendiri. Bukankah memajukan bangsa ini adalah tanggung jawab kita semua. Salah satu cara memajukan bangsa adalah melalui memajukan ilmu parenting bagi setiap keluarga di Indonesia.

2. Kualitas Parenting Masyarakat Menentukan
            Negara maju sangat peduli dengan kualitas parenting. Kualitas parenting negara Norwegia adalah terbaik di dunia dan Amerika Serikat menempati peringkat 25 di dunia. Walaupun Amerika Serikat merupakan salah satu negara paling kaya dan paling kuat di dunia namun hanya menempati posisi 25 dalam kategori parenting atau tempat terbaik dalam mendidik dan membesarkan anak, sebagaimana diteliti oleh organisasi Save the Children[7]. Penelitian ini berdasarkan indikator atas kualitas gizi anak, kebijakan pemberian asi, tingkat kesehatan ibu dan anak, dan juga tingkat pendidikan ibu.
Umumnya parenting di negara maju sudah berkualitas, sementara di negara berkembang parenting mereka mungkin meniru pola mendidik generasi sebelumnya, atau meniru kebiasaan gaya mendidik yang dipungut dari pengalaman. Orang-orang yang pernah berkunjung ke negara Jepang, sebagai negara maju, akan merasakan perbedaan gaya mendidik anak oleh orang tua dengan kebiasaan dengan keluarga di negara berkembang, dan termasuk dengan keluarga di Indonesia.
Bagaima kira- kira deskripsinya[8]? Sefrita Yenti Punya pengalaman (dalam bukunya: Berguru Di negeri Jepang[9]). Memang ada beda parenting atau gaya mendidik anak antara Jepang dengan kebanyakan orang tua di negara kita. Bila kita sorot sekelompok anak Jepang dan sekelompok anak-anak (sebagian) di negara kita, maka anak- anak Jepang cenderung berprilaku baik, sedang anak Indonesia banyak yang berperilaku a la negara dunia ketiga yang kurang beretika. Mengapa hal ini bisa terjadi?
-1) Parenting a la masyarakat Indonesia (maaf) ya bersifat  permisif dan kurang mengenal disiplin. Terlihat bahwa semuanya serba diperbolehkan, banyak pemakluman.
“Dia agak malas, ya maklumnya karena masih kecil…masih belum cukup pengalaman”. Pokoknya kita sering mendengar orang tua berpendapat membela dan bersifat permisif. Karena orang tua bersikap seperti itu maka kadang-kadang anak-anak juga punya kecenderungan untuk mencoba melawan batas. Kadang masyarakat kita juga salah mendefinisikan kata “kreatifitas”, sehingga terkesan bahwa melarang anak  dianggap menekan kreatifitas.
“Hei….jangan main bola di sini !!”
“wah mama jangan banyak melarang, nanti hilang lho kreatifitas anak mama”.
“Betul….kreativitas selalu mama dukung, tetapi juga harus pada tempatnya. Kalau anak suka bermain bola ya jangan dalam kamar, bisa pecah kaca. Mereka bisa bermain bola di halaman atau lapangan bola, bukan di sembarang tempat”.
- 2) Sabar dan Kurang Tegas.
Ha..ha..kebanyakan orang tua memang banyak yang sabar, namun mereka kurang tegas. Memang orang tua yang sabar sering terkesan sebagai orang yang baik. Seharusnya  sabar itu adalah sabar yang tegas. Sabar bukan tidak perlu menunjukan marah…., yakatabanyak orang bahwa “sabar harus pada tempatnya”.
 Jika seorang anak menunjukan prilaku agak nakal dan mengganggu, maka orang tua juga perlu memberikan sedikit reaksi, tidak perlu bersikap diam- atau sabar bukan pada tempatnya- sikap tegas orang tua diperlukan buat membuat anak bersikap disiplin. Anak yang cenderung serba dibiarkan bisa terkesan nakal. Bila anak berprilaku negative orang tua harus bisa marah dan bila anak berprilaku positif maka orang juga harus bisa memuji.
Karakter anak berbeda-beda. Ada anak yang berkarakter kalem dan mudah dinasehati. Ada pula anak yang berkaraker kuat dan cenderung keras kepala. Orang tua harus tahu bagaimana cara mendisiplinkan sang anak sesuai karakternya tersebut.
3. Anak diasuh pembantu.
Kecendrungan keluarga baru tinggal terpisah dari keluarga. Mereka bisa jadi di rumah yang mereka sewa atau beli yang ditempati oleh ayah, ibu dan anak. Dan saat anak- anak masih kecil ,mereka membutuhkan pembantu. Ana kalanya sebuah keluarga yang cenderung menyerahkan pengasuhan  anak pada pembantu untuk waktu yang cukup lama, karena ayah dan ibucukup sibuk dan tidak ingin diganggu oleh anak. Yang membatu bisa jadi diambil dari kaum kerabat.  Anak yang dibesarkan oleh pembantu untuk waktu yang cukup lama cenderung kurang mendapat perhatian dan pengawasan dari orang tua.
4. Kurikulum di sekolah berorientasi Teori
Adalah pengalaman umum bahwa kalau di lingkungan anak SD, kalau ada yang jatud dari SD akan disoraki ramai-ramai dan malah bukan ditolong. Sebaliknya bagi anak- anak SD di Melbourne (bukan maksud memuji),kalau ada seorang teman terjatuh dari sepeda, maka yang lain akan berembati dan berhamburan buat memberi bantuan. Ini terjadi karena proses pembelajaran di sekolah kita bersifat menghafal nilai nilai positif dan bukan malah mempraktekan nilai positif.
5. Pengaruh buruk media seperti TV, majalah, surat kabar yang banyak menyiarkan kekerasan, berita-berita negative- karena TV kita menganut paham bahwa “good news is bad news”. Dan sekarang program TV yang bertema mistik juga banyak akibatnya anak menjadi penakut dan nyali berani positifnya jadi hilang. Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka dengar dan lihat di televisi. Jika terus menerus terpapar berita kekerasan maka lambat laun mereka merasa bahwa kekerasan adalah hal yang lumrah dan biasa.
Bagaima dengan kualitas karakter anak-anak  di Jepang ? Kualitas mereka terbentuk dari kualitas parenting para orang tua dan juga dukungan media masa sehingga terbentuklah masyarakat yang punya disiplin, empati dan pendidikan yang pro pada karakter.
1. Disiplin.
Tentu saja setiap pemuda dan pemudi Jepang yang ingin menikah maka mereka terlebih dahulu mengikuti kursus parenting, atau juga belajar secara otodidak tentang menjadi orang tua yang baik (parenting). Jadinya setelah menikah dan punya anak maka mereka tidak kebingungan dalam menanamkan konsep. Disiplin adalah konsep utama yang selalu ditanamkan oleh keluarga.
Karena memahami konsep parenting, maka ibu di Jepang bersikap lembut namun juga tegas. Sejak lahir, anak-anak selalu bersama ibunya. Mereka tidak pernah luput dari pengawasan sang ibu. Ibu-ibu di Jepang disiplin sekali terhadap anak-anaknya dan kedisiplinan ini diajarkan sejak dini. Anak-anak tidak selamanya bersikap manis, kadang-kadang bersikap agak nakal dan menjadi hilang control.
Jika sang anak tidak mematuhi- bersikapmenganggu ketertipan umum, maka mereka akan memukul kepala si anak. Hukuman ini lazim buat orang Jepang, dan memukul kepala tentu saja tidak lazim bagi kita dan juga tidak harus kita tiru (mungkin diganti dengan bentuk mencubit atau memukul selain kepala untuk tujuan mendidik.
Namun di tempat umum, ibu-ibu Jepang pantang untuk memarahi atau bersikap kasar terhadap anak, karenaanak perlu dipelihara harga dirinya. Mereka dihukum ketika sudah di rumah. Oleh sebab itu, anak-anak Jepang jarang yang bersikap seenaknya karena jika mereka melanggar aturan maka mereka tahu apa konsekwensinya. Namun kadang ada juga ibu-ibu yang memukul kepada si anak di tempat umum jika sang anak bersikap kelewatan atau berbahaya.
2. Berempati bisa berarti memahami perasaan orang lain.
Orang tua Jepang umumnya sudah punya wawasan yang baik, yang mereka peroleh lewat pendidikan atau lewat otodidak, hingga mereka bisa menjadi model bagi anak. Orang tua yang berkarakter baik akan cenderung melahirkan anak yang juga baik. Umumnya orang Jepang dan juga orang di negara maju cenderung  mendahulukan orang lain sebelum diri sendiri. Misal kalau lagi menyetir maka cenderung memperlihatkan kesabaran dan tidak mau menjadi raja jalanan.
Ketertiban dan sopan santun anak sangat diperhatikan di Jepang bila anak tidak tertib  maka mereka memperoleh hukuman. Di tempat umum, anak-anak jangan sampai mengganggu kenyamanan orang lain. Misalkan di restoran, tidak ada anak-anak yang hilir mudik, berjalan kesana kemari. Semua anak duduk di bangkunya masing-masing. Bayi selalu digendong atau dipangku oleh ibunya. Jika sang bayi rewel, sang ibu akan berdiri dan menggendongnya.
Di rumah sakit, klinik, mall, dan tempat umum lainnya, tidak ada anak-anak yang berjalan mundar mandir, lari kesana kemari, berbicara keras-keras. Misalkan di klinik atau rumah sakit, berbahaya jika anak kita berjalan-jalan atau bahkan berlari-lari. Di kereta, anak-anak harus duduk dengan tertib dan tidak berisik. Banyak penumpang yang ingin tidur dan beristirahat, jadi pikirkan kenyamanan mereka juga.
3. Sekolah atau pendidikan  menitikberatkan kepada etika
Pembelajaran untuk etika dilakukan dalam bentuk praktek dan tidak dalam bentuk teori. Semua komponen masyarakat, baik keluarga dan sekolah, mengajarkan anak untuk beretika dan bersopan santun. Jika bermain bersama, si anak ingin meminjam mainan temannya maka harus meminta ijin terlebih dahulu. Jika diijinkan maka harus mengucapkan terima kasih. Setelah selesai bermain juga harus mengucapkan terima kasih lagi. Jika melakukan kesalahan baik di sengaja ataupun tidak, anak harus meminta maaf dan temannya harus memberikan maafnya. Anak-anak tidak boleh mengambil yang bukan miliknya. Semua harus meminta ijin terlebih dahulu.
4. Media Massa Jepang
Media massa Jepang  terutama televisi yang jarang menayangkan berita kekerasan dan andaikan ada korban jiwa- misalnya saat ada berita tentang tsunami atau gempa- sehingga ada  luka-luka, mereka tidak pernah memasang gambar korban. Kalau ada ya disamarkan dari pandangan pemirsa TV.  Isi TV di Jepang- misal seperti pada TV NHK yang bisa terlihat dari negara kita-  kebanyakan adalah acara talk show, makan-makan, jalan-jalan dan ilmu pengetahuan.


[1] http://penulis.web.id/contoh-negara-maju-dan-berkembang-di-dunia.html
[2] http://penulis.web.id/contoh-negara-maju-dan-berkembang-di-dunia.html
[3] http://sukabaca-baca.blogspot.com/2011/11/urutan-kualitas-pendidikan-indonesia-di.html
[4] http://www.imd.org/wcc/news-wcy-ranking/
[5] http://hdr.undp.org/en/content/table-2-human-development-index-trends-1980-2013
[6] http://www.asmitacollective.in/asian_south_pacific.html
[7] http://www.empowher.com/parenting/content/norway-best-country-raise-kids-united-states-ranks-25th
[8] https://tutee.wordpress.com/2013/03/24/parenting-a-la-jepang-dan-indonesia/
[9] Berguru Di Negeri Jepang, Marjohan dan Sefrita Yenti, Yogyakarta: Diva Press, 2013.

Prestasi Olahraga Negara Kita Selalu Merosot



Prestasi Olahraga Negara Kita Selalu Merosot
By; Marjohan Usman
Guru SMAN 3 Batusangkar
marjohanusman@yahoo.com
sms. 085264340180
 
            Negara kita  termasuk negara terpadat populasinya di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Secara logika tentu kita harus berbangga karena dari tebaran manusia lebih dari 251 juta jiwa akan ada manusia unggul untuk mengharumkan nama tanah air kita di kancah perlombaan internasional.Ah ternyata tidak, malah akhir- akhir ini prestasi bangsa kita sering menuai penurunan dan ini membuat kita menjadi malu sebagai bangsa yang besar dan penduduknya termasuk terpadat di dunia.
            Setiap kali ada ajang Asian Games- Ajang perlombaan olah raga bangsa- bangsa Asia, maka Indonesia hanya mampu menempati posisi bawah selalu. Pada Asian Games tahun 2014, Indonesia menempati posisi nomor 16, Hongkokng, Malaysia dan Singapura yang merupakan negara kecil lebih baik prestasinya dari pada prestasi kita. Sementara itu Cina, Korea Selatan dan Jepang adalah negara terbaiknya.
            Bagaimana prestasi olahraga Indonesia pada kelas pertandingan Sea Games (bangsa-bangsa Asia Tenggara) ? Sea Games adalah pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara. Diadakan setiap 2 tahun sekali, Sea Games yang melibatkan 11 negara yaitu Thailand, Singapura, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Philipina, Myanmar, Kamboja, Laos, Brunei dan TimorLeste. Dan Sebagai bangsa yang terbesar populasinya dan terluas wilayahnya maka untuk Sea Game tahun 2015 ini, Indonesia hanya menempati posisi nomor 4. Sementara Thailand, Singapura, Vietnam, Malaysia lebih baik.
            Mengapa negara kita tidak menempati posisi terbaik, tidak banyakkah atlit-atlit yang unggul dari penduduk yang populasinya lebih dari 251 juta jiwa itu ? Kalau nggak mengapa saja kerja mereka dan kerja kita selama ini di negara ini? Alam kita sangat subur dan belum memberi kontribusi yang optimal terhadap kualitas SDM kita.
            Sebenarnya bangsa ini bisa menjadi bangsa yang hebat untuk bidang olah raga. Alasannya adalah untuk Sea Game tahun  1997 di Jakarta Indonesia, Indonesia juara umum dengan 194 emas dan Sea Games 2011, Palembang dan Jakarta, Indonesia juara umum dengan 182 emas. Bisa jadi kita jadi juara umum karena main di kandang sendiri (di negeri sendiri). Namun kalau main di negeri orang hanya mampu memperoleh peringkat 4 atau 5 dari beberapa negara anggota Asean plus Timor Leste.
Prestasi Indonesia sebenarnya tidak buruk-buruk amat, dari 20 kali perhelatan Sea Games dari tahun 1977 sampai tahun 2015 kemarin, Indonesia sempat meraih prestasi sebagai juara umum 10 kali. Untuk cabang sepak bola, misalnya, di tahun 1950-an Tim Nasional Indonesia sempat Berjaya. Kalau saat ini Indonesia terus terpuruk di rangking FIFA, yang bulan Agustus 2012 bercokol di urutan 168 dunia. Prestasi terburuk sejak Indonesia bergabung di organisasi tertinggi sepakbola dunia itu.
Indonesia adalah negara Asia pertama yang berpartisipasi dalam Piala Dunia. Dengan cara yang aneh, Indonesia berangkat ke Prancis di tahun 1938 setelah Amerika Serikat dan Jepang sama-sama menolak bertanding dalam laga play-off. Saat itu Indonesia yang masih dikuasai Belanda bernama Hindia Belanda. Petualangan di Piala Dunia hanya berlangsung selama 90 menit, Indonesia dihajar Hungaria enam gol tanpa balas. Kekalahan ini menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya tim yang hanya bermain dalam satu pertandingan di putaran final Piala Dunia. Meloncat ke era 50-an, Indonesia mulai bangkit dan menunjukkan kualitas mereka di level Internasional. FIFA menyebut era ini adalah masa keemasan sepakbola Indonesia.
Kalau akhir akhir ini prestasi olah raga Indonesia cenderung merosot tentu ada penyebabnya. Menurut Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Rita Subowo menilai, sarana dan prasarana yang dimiliki dunia olahraga Indonesia menjadi salah satu sebab merosotnya prestasi Indonesia. Ia  mencontohkan Indonesia dengan negara Singapura yang kecil. Di cabang olah raga renang, Indonesia jauh ketinggalan  karena intensitas latihan yang dijalani oleh Indonesia jauh lebih kurang dari yang dilakukan Singapura. Indonesia tidak punya kolam renang indoor. Dari jam 11 siang sampe jam 4 sore, tidak mungkin latihan karena panas, kolamnya outdoor soalnya, sementara negara pesaing Indonesia bisa latihan jam segitu dan sejatinya, Indonesia memiliki kolam renang indoor.
Ya…mengapa prestasi olah raga Indonesia cenderung merosot ? Kalau di atas disebutkan penyebabnya adalah karena kita kurang memiliki sarana olah raga yang memadai, ya apa lagi ?
Tak ada yang menyangkal bahwa prestasi olahraga Indonesia menurun drastis. Untuk bidang sepak bola, Indonesia sempat dijuluki  sebagai "Macan Asia" kini luntur. Mengapa ini bisa terjadi?
Krisis moneter yang kala itu melanda Indonesia juga memengaruhi prestasi olahraga nasional, semua sponsor mengundurkan diri untuk membantu. Atlit dan pelatih butuh uang untuk memenuhi kebutuhan mereka dan keluarga mereka, akibatnya kurang semangat buat berlatih. Juga penyebab merosotnya olahraga nasional karena sebagian besar induk olahraga melakukan cara-cara yang instan untuk menciptakan prestasi. Olahraga tidak dapat dikarbit sehingga menciptakan prestasi luar biasa dalam waktu cepat. Untuk itu musti ada proses latihan, kalau besar porsi latihan dan berkualitas maka hasilnya juga berkualitas.
Sebaliknya mengapa Cina, Korea Selatan dan Jepang selalu bagus kualitasnya ? China dikenal sebagai negara yang berkembang pesat dalam bidang prestasi olahraga. Pada perhelatan Olimpiade 2012 yang digelar di London tahun lalu, China berhasil menduduki peringkat kedua dalam daftar pemenang kejuaraan setelah berhasil meraih 88 medali, 38 di antaranya adalah emas. Di balik prestasi gemilang ini, ternyata para atlet di Negeri Tirai Bambu harus menjalani latihan yang keras dan berat dalam perjalanannya untuk mencapai kesuksesan.
China memang patut berbangga atas medali emas yang berhasil diraih oleh perenang belianya yang masih berusia 16 tahun, Ye Shiwen. Tapi siapa sangka kalau China melatih para calon atlet yang masih kecil-kecil dengan begitu keras supaya berhasil dengan mudah meraih medali emas dalam setiap ajang perlombaan dunia seperti Olimpiade London 2012 ini.
Apakah Ye Shiwen juga mengalami hal yang sama ketika dia masih kecil? Di Nanning ada sebuah pusat pelatihan senam yang dijadikan tempat latihan bagi anak-anak yang masih berusia 5-6 tahun. Tempat pelatihan itu adalah Nanning Gymnasium. Namun, tempat ini menerapkan program latihan yang dinilai terlalu kasar dan berat oleh negara-negara barat.
Bagaimana dengan Prestasi Korea Selatan ? Olahraga Korea Selatan bisa maju pesat, seperti majunya kegiatan di bidang lain seperti hasil produk berbasis teknologi, budaya seperti film, hiburan dan fashion. Kemajuan Korea ini terjadi hanya dalam 4 dekade, pada hal pasca Perang Korea merupakan termiskin. Sekarang rata-rata, penduduk Korea mendapat penghasilan US$35,406 per tahun, atau sekitar Rp 405.398.700,- dengan jam kerja sekitar 2.092 jam. Kemajuan ini ada penyebabnya. Tiga kunci Sukses Korea Selatan yaitu pada orangnya sebagai Hardworker and Dedicated, Highly Discipline, dan Respectful.
Hard worker and dedicated, atau Pekerja keras dan berdedikasi tinggi dengan apa yang mereka lakukan. Bagi orang Korea, tingkat pendidikan menentukan status sosial seseorang dari masyarakat. Kesuksesan tidak hanya dilihat dari kekayaan materi, tetapi juga tingkat pendidikannya. Mereka sudah dibiasakan untuk berkompetisi sejak kecil. Anak-anak di Korea, khususnya mereka yang melanjutkan studi di universitas terkemuka, sudah biasa masuk sekolah jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Dan tugas utama siswa disana adalah belajar, belajar, dan belajar… Kerja keras dan dedikasi yang dipupuk sejak di bangku sekolah ini, yang kemudian di bawa dalam dunia kerja. Tak heran jika produktivitas mereka sangat mencengangkan.
Highly Discipline, Mereka sangat disiplin pada waktu. Orang-orang di Korea punya kebiasaan untuk datang sebelum waktunya. Mereka tidak ingin kehilangan setiap peluang. Tidak heran jika semua hal bisa dilakukan dengan cepat. Sistemnya pun dibangun dengan baik sehingga bisa menghindari adanya antrian, menghindari menunggu yang nggak penting, menghindari hal-hal yang tidak ada nilai tambahnya.
Respectful, mereka sangat menghormati orangtua, orang yang lebih senior, dan tamu-tamu. Bahkan khusus untuk tamu, mereka menghormati melebihi hormat pada orang-orang Korea sendiri. Sepintas mereka terlihat cuek, tidak peduli, dan tidak saling menyapa diantara sesama. Tapi jika kita butuh bantuan atau ingin bertanya sesuatu, banyak diantara mereka yang siap membantu. Kalau kita bertanya jalan, kadang tidak hanya ditunjukkan kemana arahnya, bisa jadi kita malah diantar sampai tempat tujuan.
Dari uraian di atas telah kita lihat bahwa prestasi olah raga cenderung turun. Penyebabnya bisa adalah fasilitas olar raga yang belum standar, sehingga kenyamanan untuk latihan belum diperoleh. Kemudian factor keuangan juga ikut mempengaruhi motivasi pelatih dan atlit.Setelah itu karakter juga menentukan, dimana kita perlu memiliki karakter suka berlatih dan bekerja keras,  serius, disiplin waktu yang tinggi, berdedikasi  seperti atlit di Cina dan Korea Selatan  dan juga negara negara maju lainnya. 

Sabtu, 20 Juni 2015

Anda Butuh Naskah ?

Anda Butuh Naskah ?
Saya punya naskah tentang pengalaman hidup, tinggal dan belajar di Melbourne dan Australia,
Anda bisa menerbitkannya dan tidak persyaratan ..silahkan publikasi dan moga mogabermanfaat bagi pembaca. Judul tulisan tersebut adalah (marjohanusman@yahoo.com   atau SMS; 085264340180):


Travelling Story: Pengalaman Unikku Hingga di Sydney

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...