Rabu, 07 Oktober 2015

Menggapai Sukses Lewat Olah Raga



 Menggapai Sukses Lewat Olah Raga
OLeh: Marjohan M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Di zaman ICT (Information Communication Technology) setiap orang bisa melakukan pembelajaran buat diri sendiri (otodidak) tanpa harus pontang-panting mencari buku sumber, mencari guru atau pelatih, cukup dengan memasukan key word  pada search engine internet dan klik saja subjek yang kita inginkan. Penulis sendiri menemukan salah satu situs yang cukup bagus untuk memotivasi diri, yaitu situs “Andriewongso.com”, sebuah situs tentang success story (http://www.andriewongso .com). Situs ini punya misi untuk membangun kekayaan mental manusia Indonesia demi kehidupan yang lebih bernilai. Punya  slogan yang cukup menggelitik motivasi kita yaitu “bosan kita menderita, saatnya bersama, bangun Indonesia”.
Ada tiga ranah kecerdasan yang harus dikembangkan buat anak yaitu kognitif (otak), psikomotorik (keterampilan/ otot atau bakat) dan afektif (sikap). Banyak orang menjadi sukses lewat kemampuan kognitif, menjadi pemikir, ahli peneliti, teknokrat, dokter, dll. Namun juga ada orang menjadi sukses melalui psikomotorik, misalnya para olah ragawan, binaragawan dan para pekerja di lapangan.
Namun dewasa ini banyak siswa hanya  berlomba untuk bisa jago dalam bidang sains. Sehingga ada fenomena bahwa siswa-siswa kita kalau pulang sekolah mereka buru buru untuk pergi bimbel (bimbingan belajar) atau pergi kursus. Sementara kalau di Amerika Serikat (menurut pengalaman teman penulis) bahwa siswa di sana kalau  pulang sekolah, mereka buru-buru untuk pergi olah raga: basket, bola kaki, tenis, dan atletik. Pantaslah mereka memiliki tubuh yang lebih besar, lebih kuat dan lebih sehat. Maksud dari tulisan ini adalah agar remaja kita juga musti peduli untuk berolah raga.
Ada sejumlah olah raga yang sudah biasa kita lakukan, dan gampang untuk dilaksanakan, seperti catur, atletik, bulutangkis, renang, balap, basket-ball, sepal bola, dll. Olah raga ini seharusnya mendapat respond dan sentuhan khusus dari pelatih/ guru dan orang tua agar bisa mendatangkan hasil yang luar biasa pada anak mereka. Ternyata orang juga bisa sukses melalui jalur olah raga, dan bisa pula memilih olah raga sebagai karir mereka.
1. Catur.
Banyak orang yang menyukai permainan ini, walau hanya sekedar iseng-iseng saja. Namun berbeda dengan Magnus Carlsen. Ia menekuni main catur sehingga ia bisa sukses dan juga disebut sebagai “Raja Catur Baru”. Ceritanya adalah bahwa di awal tahun 2010 ini, Federasi Catur Internasional/FIDE mengeluarkan daftar terbaru dari 100 pecatur terbaik di dunia dan Magnus Carlsen, pemuda asal Norwegia, yang usianya baru 19 tahun mendapatkan  "Si Anak Ajaib", karena bisa menempati peringkat pertama. Kesuksesannya tidak jatuh dengan mudah dari langit. Ia mulai catur sejak usia 8 tahun. Waktu itu ia bermain melawan kakak perempuannya. Mula-mula ia bisa mengalahkan kakaknya dan kemudia ia bisa mengalahkan bapaknya, yang sekaligus anggota club catur norwegia. Dalam usia 13 tahun, ia  berhasil mengalahkan juara dunia Anatoly Karpov dalam turnamen catur cepat dan membuat Gary Kasparov bermain remis.
Yang membuat Carlsen jadi hebat adalah karena bakat atau “talentanya” dalam bentuk daya ingat yang juga hebat. Kemampuan daya ingat ini amat berguna untuk mempelajari dan mengikuti perkembangan teori catur modern. Ke-dua adalah talenta berupa "kepekaan posisional", yakni sebuah naluri yang menuntunnya untuk menempatkan bidak-bidak catur pada posisi yang tepat dan bermanfaat. Selanjutnya adalah kerja keras. Ia berlatih catur 4-5 jam per hari untuk mengasah kemampuan dan intuisinya (Ia dibantu oleh computer). Kemudian, ia rajin bertanding. Mengikuti turnamen merupakan sarana utama untuk berlatih. Dan terakhir adalah kondisi mental bertanding yang tangguh. Banyak pecatur yang kalah saat bertanding karena merasa kelelahan dan putus asa. Carlsen tidak, ia menganggap pertandingan catur itu sebagai sebuah pertarungan.
2. Atletik
Olah raga ini juga mudah untuk dilakukan, namun hanya sekedar iseng-iseng. Tetapi Suryo Agung (orang kita, Indonesia) menekuni olah raga ini dengan serius sehingga ia bisa menjadi “Manusia Tercepat Asia Tenggara” setelah merebut medali emas nomor 200 meter dengan catatan waktu 20,85 detik di SEA Games di Laos (2009). Untuk lari 100 meter ia butuh waktu 10,17 detik. Apasih rahasianya ?  
Pada waktu muda Suryo tak pernah bermimpi berkarir di dunia atletik (lari). Ia malah bercita-cita untuk menjadi pemain sepak bola. Saat duduk di bangku SD, ia ikut klub sepak bola. Kemudian, ia mencoba masuk seleksi dan bertanding. Sayang, semuanya hanya berbuah kegagalan. Suryo lantas pindah ke dunia atletik. Awalnya, ia mencoba nomor lompat tinggi dan berhasil menyabet juara pada kejuaraan pelajar di Kota Bengawan. Maka, ia ditarik masuk oleh Klub Atletik Pelajar Solo dan terpilih masuk Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Atletik di Salatiga.
Setelah itu, sedikit demi sedikit, ia berhasil mengumpulkan prestasi. Ia mendapat medali emas pada Porda (Pekan Olah Raga Daerah) dan Popnas (Pekan Olah Raga Nasional) di nomor lari 100 meter. Kemudian pada pada Kejuaraan Asia Yunior di Bangkok, Oktober 2002 (lari 100 meter). Ia juga sukses meraih dua emas di SEA Games 2007 Thailand pada nomor 100 meter dan 200 meter. Kunci suksesnya adalah ia tetap optimis, serta fokus dan tekun berlatih.
3. Bulutangkis
Olah raga ini telah menjadi olah raga masyarakat. Lagi bahwa banyak orang melakukan hanya untuk iseng-iseng. Namun Markis Kido dan Hendra Setiawan (juga orang Indonesia)  menekuninya dengan sungguh-sungguh. Prestasinya kian melambung di dunia olahraga bulutangkis. Segudang prestasi berhasil mereka torehkan di lapangan. Gelar juara dunia telah diraih mereka di Kuala Lumpur, Malaysia 2007 dan juara dunia, pasangan ganda putra peringkat satu pada Olimpiade Beijing 2008. Prestasi Kido dan Hendra kian gemilang di tahun 2008 dengan menciptakan hattrick menjadi juara di tiga turnamen super series, yakni di China Terbuka Super Series, Denmark Terbuka Super Series, dan Perancis Terbuka Super Series.
Menjadi juara dunia dan bahkan meraih emas olimpiade bukanlah hal mudah yang didapat begitu saja. Ini ia perjuangan dan latihan keras yang dilakukan sejak kecil. Ia masuk klub bulutangkis yang bermutu. Kido memiliki karakter yang tampil dengan penuh semangat dan meledak-ledak, dan Hendra bermain lebih santai dan jarang sekali mengumbar emosi. Dalam permainan, Hendra lebih sering berlaku sebagai pemain depan sedangkan Kido menjadi pemain belakang. Mereka sama-sama memiliki karakter menyerang menjadikan mereka pasangan yang solid. Mereka tidak akan berhenti berlati dan berjuang (berlomba) dan mereka pun masih memasang target untuk mempertahankan medali emas.
4. Renang
Olah raga ini apabila ditekuni, juga bisa membuat seseorang jadi popular dan sukses. Michael Phelps (berkebangsaan Amerika Serikat) telah membuktikannya. Ia menjadi idola bagi orang banyak, termasuk para perenang yang ingin mengikuti jejak kesuksesannya. Ia telah membuat rekor bersejarah dengan menjadi pengoleksi medali emas terbanyak di ajang Olimpiade Beijing 2008.
Phelps mengenal dunia renang sejak ia berusia tujuh tahun karena ia terinspirasi dengan dua saudara perempuannya, Whitney dan Hilary yang juga atlet renang. Bahkan, Whitney sempat menjadi anggota tim renang nasional Amerika Serikat  pada Olimpiade 1996. Phelps pun menguatkan tekad memperbaiki performa. Phelps berlatih keras demi mewujudkan impiannya. Latihan kerasnya segera membuahkan hasil nyata. Lima bulan setelah Olimpiade Sydney, karier Phelps melambung dengan memecahkan rekor dunia 200 meter gaya kupu-kupu. Phelps merupakan perenang termuda yang memecahkan rekor dunia yang pernah ada. Tepatnya, ia mengukir rekor tersebut saat ia berusia 15 tahun 9 bulan.
Keberhasilan Phelps tidak lepas dari kegigihannya dalam berlatih. Selain itu, Phelps juga sangat menjaga asupan makanan ke tubuhnya. Phelps membutuhkan banyak kalori karena aktivitasnya yang sangat padat untuk berlatih maupun bertanding.  Sejak usia 11 tahun, ternyata ia sudah dibiasakan latihan sangat keras oleh pelatihnya. Untuk anak seusia itu, Phelps sudah dibiasakan berlatih sekitar lima jam sehari dan tujuh hari seminggu, tanpa istirahat! Konon, menurut pelatihnya, itu perlu dilakukan karena pada usia itulah seorang anak pertumbuhannya masih berkembang dengan pesat. Sehingga, latihan keras itulah yang mampu membentuk tubuh Phelps laksana ikan. Tapi, tak hanya itu yang membuat Phelps berjaya. Rupanya, ia selalu menanamkan pikiran sebagai pemenang dalam setiap kejuaraan yang diikutinya. Latihan keras dan keyakinan kuat sungguh merupakan teladan yang bisa kita contoh dari kesuksesan seorang Michael Phelps.
5. Balap
Balap adalah olah raga dikenal banyak orang. Banyak orang tahu dengan Tour de France yaitu lomba balap sepeda paling bergensi di dunia. Lance Armstrong (dari Perancis)  adalah salah satu juara Tour de France. Kiprah Lance Edward Gunderson di dunia balap sepeda penuh dengan liku-liku. Pada awal tahun 1990-an, Lance memasuki dunia balap profesional. Awal jadi pembalap profesional, ia tertinggal jauh di belakang sang juara. Lance terpaut hingga 27 menit di belakang sang juara pertama. Sungguh, permulaan yang kurang berkesan bagi Lance. Namun, karena kekalahan itulah, ia justru terpacu untuk memberi porsi latihan melebihi yang biasa dilakukannya. Ia bertekad untuk memperbaiki catatan waktunya.  Satu-satunya yang ada di benak Lance adalah bagaimana bisa mencapai kemenangan. Dengan gigih ia berlatih untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Ia selalu kritis menganalisis setiap kegagalan yang dialaminya. Kegagalannya dijadikan pelajaran berharga bagi dirinya. Porsi latihan terus ditambahnya sendiri sehingga ia bisa terus meningkatkan kemampuannya. Usaha itu segera berbuah manis. Ia berhasil mencatat kemenangan di beberapa turnamen balap sepeda.
6. Basket
Salah seorang bintang basket yang terkenal adalah Michael Jordan (dari Amerika Serikat). Kemampuannya di dalam lapangan tidak diragukan lagi. Sosok Jordan memang fenomenal. Jika beberapa orang merasa kurang nyaman saat bertemu dengan halangan dan rintangan, ia justru mencarinya. Hal tersebut juga ditunjukkan ketika masa awal kuliah. Karena tak punya tinggi badan yang memadai untuk masuk tim utama, dirinya sempat disingkirkan. Namun, bukannya merasa putus asa, ia terus berlatih sendiri hingga tinggi badannya mencukupi. Meski masih dianggap kurang ideal, ia mampu mencetak skor meyakinkan sehingga akhirnya jadi pilihan utama. "Saya dapat menerima kegagalan, tapi saya tidak dapat menerima jika saya belum mencoba," kata sebut Jordan mengungkap rahasia suksesnya.
Prestasi fenomenal Michael Jordan tak diperoleh dalam sekali dua kali latihan. Ia juga sering gagal dalam kariernya. Namun, justru itulah yang menjadikan dia legenda hingga saat ini. Karena, ia tak pernah menyerah pada keterbatasan. Dan bahkan, ia mampu mengubahnya menjadi sebuah kekuatan. Keyakinan, kerja keras, dan ketekunan adalah contoh nyata dari seorang Michael Jordan.
7. Sepak Bola
Zinedine Zidane dan Cristiano Ronaldo adalah dua tokoh yang sangat terkenal dalam cabang sepak bola. Zinedine Zidane adalah pria keturunan Algeria yang lahir di Perancis, merupakan seorang anak imigran yang mencoba mengubah nasib di Perancis. Layaknya imigran yang sangat minoritas, maka keluarga Zidane pun tumbuh dalam lingkungan yang keras dan jauh dari kecukupan. Ia sadar bahwa ia mungkin tak kan bisa menempuh pendidikan yang tinggi, karena keluarganya kurang berkecukupan. Karena itu, ia memilih untuk menekuni hobinya- sepakbola.
Zidane dikenal sebagai anak yang sangat berbakat menggocek bola. Bahkan, ia kadang menemukan tekniknya sendiri yang unik saat menguasai bola. Bakat bukanlah apa-apa tanpa latihan terus menerus. Ia bisa menggunakan tekniknya karena terus berusaha melatih kemampuan dengan menambah porsi bermain bola. Kemudian sebagai seorang imigran, ia harus bekerja lebih giat dari orang lain, dan immigrant pun tak boleh mudah menyerah.
Niatnya mengubah nasib melalui sepakbola menemui jalan terang saat bakatnya ditemukan oleh Jean Varraud yang membuatnya berlabuh ke sebuah klub, Cannes, saat ia baru berusia 16 tahun. Berkat latihan kerasnya, setahun kemudian ia sudah dipercaya masuk ke tim senior Cannes dan bermain di divisi pertama liga Perancis. Dari sana, kemampuannya makin meningkat. Dan, hal itu langsung menarik klub liga utama Perancis, Bordeaux untuk mengontraknya.
Karisma dan talenta Zidane akhirnya membuat tim besar Italia, Juventus, memutuskan memboyongnya ke tim tersebut. Tak butuh lama beradaptasi, ia pun langsung bisa bersinar saat menjadi skuad inti Juventus. Tak tanggung-tanggung, pada masa awal bergabungnya ke Juventus. Bersama rekan-rekan setimnya, Zidane membawa Juventus juara liga Italia dua tahun berturut-turut, yakni tahun 1997 dan 1998. Kegemilangannya di Juventus dan kesuksannya membawa Perancis juara Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 menarik banyak klub hebat dunia.
Lain Zidane, lain lagi Cristiano Ronaldo.  Berkat kerja kerasnya, kemauan kuat untuk terus memperbaiki skill individu, latihan terus menerus, ia mampu mengatasi semua tekanan atas hidupnya. Bakat besar Ronaldo di sepakbola sebenarnya mulai diasah sejak usia delapan tahun. Kala itu, talenta luar biasanya terdeteksi oleh para pemilik klub di Portugal. Karena itu, tak lama ia langsung ditarik menjadi anggota klub yunior Andorinha, tempat ayahnya bekerja sebagai penyedia perlengkapan.
Kegigihannya berlatih membuat beberapa klub tertarik padanya. , diantaranya CD Nacional yang kemudian berhasil mengantarkannya menjadi juara sebuah kejuaraan nasional. Berkat prestasi itu, dua tahun kemudian ia langsung direkrut Sporting Lisbon, klub terkenal asal Portugal. Dari sana, jalannya untuk jadi pemain sepakbola kelas dunia makin terbuka.
Pengalaman membuktikan bahwa orang bisa meraih sukses, bisa lewat akademik dan juga bisa lewat bakat. Selama ini banyak orang berfikir bahwa sukses hanya bisa diraih lewat sekolah, maka berlombalah mereka untuk sekolah dan kuliah setinggi mungkin. Lalu tamat, sebagian kecil berhasil lewat jalur akademik, namun cukup banyak yang tertunda keberhasilan, atau tidak menemui keberhasilan mereka (Sekolah dan kuliah setinggi mungkin sangat bagus). Karena mereka kurang mengenal hakekat wirausaha maka akhirnya mereka jatuh pada kelompok pengangguran. Namun bagi yang sadar, bisa segera bangkit dan menemukan kenyataan bahwa sukses juga bisa diraih lewat jalan pekerjaan informal (membuka bengkel, warung, rental mobil, pekerja konstruksi bangunan)- mereka belajar dari alam, dari teman dan kenalan. Yang lain melihat bahwa berhasil juga bisa diraih lewat mengembangkat bakat apakah sebagai musisi, penyair, olahragawan dan lain-lain.
Menjadi sukses lewat olah raga juga bisa diraih dan juga perlu usaha keras dan ketekunan, seperti yang telah diuraikan dalam cuplikan kisah ringkas di atas. “Jangan melakukan aktifitas olah raga yang digemari secara iseng-iseng, namun lakukan dengan tekun sehingga bisa sukses. Orang orang sukses dalam cabang olah raga menekuninya sejak usia muda- usia anak-anak maupun usia remaja. Mereka perlu latihan dan memiliki partner berlatih yang lebih cerdas/ lebih hebat. Sebagaimana halnya Carlsen berlatih catur dengan cara mengalahkan ,mula-mula, kakaknya, kemudian mengalahkan ayahnya dan selanjutnya bermain remis dengan jago catur dunia, Gary Kasparov. Mereka juga perlu memiliki ilmu dan strategi untuk menang. melakukan latihan, bukan sekali seminggu malah  kapan perlu 4 atau 5 jam per hari, dan mereka menghindari rasa putus asa.
Rahasia Suryo bisa menjadi jago atletik (lari) yang hebat adalah karena selalu bersikap  optimis, serta fokus dan tekun berlatih. Demikian pula dengan Hendra dan Kido, bisa menjadi jago bulutangkis dunia karena mereka tidak akan berhenti berlatih  dan berjuang (berlomba) dan selalu memasang target untuk mempertahankan medali emas. Lance Amstrong bisa jago dalam kejuaraan Tour de France karena memberi porsi latihan melebihi yang biasa. Porsi latihan terus ditambahnya sendiri sehingga ia bisa terus meningkatkan kemampuannya. Usaha itu segera berbuah manis. Ia berhasil mencatat kemenangan di beberapa turnamen balap sepeda. Begitu pula strategi yang diterapkan oleh Michael Jordan untuk menjadi jago basket dunia, dan Zinedine Zidane dan Rinaldo dengan bakatnya pada olah raga bola kaki.  

Meniru Semangat Kerja Keras Negara Asia Timur



Meniru Semangat Kerja Keras Negara Asia Timur
Oleh: marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

            Empat puluh tahun lalu atau lebih kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia masih sejajar dengan Negara Korea (Korea Selatan), Thailand, Taiwan dan Malaysia. Namun kini setelah empat puluh tahun (di tahun 2000-an ini) pertumbuhan SDM bangsa tercinta ini terkesan amat lambat. Pada hal penduduk di negara itu sejak dulu sama karakternya dengan bangsa kita, sama-sama suka makan nasi. Dulu semangat kerja bangsa kita (para pemuda 40 tahun yang lalu) masih sama dengan semangat kerja pemuda mereka.  
            Dalam tahun 1950-an dan 1960-an semangat kerja keras bangsa Indonesia cukup bagus dan menonjol. Dapat dikatakan bahwa semangat berdagang atau berwirausaha pemuda Minang, sebagai contoh, menyamai semangat saudara kita dari etnis Cina. Zoelverdi (1995) menulis tentang beberapa orang yang sejak muda  memiliki etos wirausaha yang sangat bagus. Mereka adalah seperti Hasyim Ning, Fahmi Idris, Darnis Habib, Baihaki Hakim, Abdul Latif, A.S Datoek Bagindo, A.R Soehoed, Aminuzal Amin dan masih sejumlah nama lain.
            Hasyim Ning di tahun 1950-an terkenal sebagai Raja mobil di Indonesia walau ia sendiri tidak pernah belajar bisnis secara formal. Namun ia tahu bahwa prinsip semua bisnis adalah kepercayaan. Ayahnya adalah pedagang kecil dan Hasyim Ning tidak cengeng, ia sejak kecil sudah terjun dalam bisnis keluarga dan bisnis Belanda (dalam zaman penjajahan Belanda). Dari sana ia memperoleh pengalaman dan budaya kerja sebagai importir mobil. Hasyim Merantau ke Jakarta (Batavia), “ya sempat nganggur tapi cari kerja sebagai pencuci mobil dan pandai-pandai bergaul, kalau sebagian pemuda sekarang kan suka jaga gengsi dan pilih-pilih kerja”.
            Hasyim Ning bekerja di usaha importir mobil Veladome, karena karakternya  baik, ia dipercaya menjadi wakil di Tanjung Karang. Ia meluaskan pola berfikir, ia juga bekerja sebagai pemborong tambang batubara di Sumatera Selatan dan bekerja sebagai administrator kebun teh dan kina di Cianjur. Ia sempat memperoleh latihan militer dan itu membuat disiplinnya lebih bagus. Disiplin yang mantap menjadi modal baginya dalam mengelola pabrik dan perusahaan. Kalau ia mencari buruh, ia tidak suka orang yang cara kerjanya serampangan, harus yang professional, “tidak ada istilah hiba-hiba dalam hal keuangan, kalau membeir kawan uang ya pakailah uang kantong sendiri, jangan pakai uang pabrik”.     
            Fahmi Idris, ayahnya berdagang sepatu dan ia mendidik anaknya  agar menghargai waktu, maka Fahmi diberi tanggung jawab untuk menjaga toko. Waktu kecil Fahmi juga nakal, ia bisa pecak silat dan pandai bergaul. Ketika di SMP ia dagang kaos. Ayahnya juga membaca Koran dan Fahmi juga suka membaca. Ia memperoleh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Ia cukup aktif di kampus, ia mendirikan bursa buku dengan teman-teman dan sempat menjadi ketua senat FEUI. Ia merintis usaha dengan teman dan mendirikan firma.
            Darnis Habib waktu kecil berkarakter pemberani karena benar dan jago (cerdas) di kelas. Saat di SD ia paling senang matematika dan saat di SMP ia senang dengan aljabar. Ia tidak punya cita-cita karena anak pertama namun tamat dari SMA ia cabut ke Jakarta. Ia kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sambil kuliah ia part time atau kerja sambilan di perusahaan. Tamat kuliah ia menjadi importir vespa, inspirasi ini terjadi akibat banyak belajar dan diskusi ketika karir saat aktif di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).
            Baihaki Hakim, ketika kecil ia bersekolah di SD yang disiplin, gurunya baik-baik dan lingkungan yang agamis. “Soalnya ada juga sekolah karena mengatas namakan disiplin wajah gurunya banyak yang angker dan bahasanya menakuti murid-murid”. Karena ia (dan orang tuanya) sering pindah-pindah ia merasa tidak punya kampung tetapi punya banyak pengalaman. Mobilitas yang tinggi bagus untuk membangun karakter anak-anak dan cara berfikir mereka, karena bisa mengenal banyak orang, mengenal banyak latar belakang dan cara berfikir mereka.  orang yang tinggi bobilitasnya, mereka tidak menjdi makhluk kuper, kurang pergaulan, dan statis yang senang mengurung diri di pojok kamar”.     
            Baihaki, ayahnya juga senang otodidak dan menjadi koresponden. Untuk menggenjot kualitas nya, ayahnya mencarikan guru Bahasa Inggris orang Singapura dan mendorongnya untuk banyak membaca. Sejak kecil orang tua nya ingin anaknya jadi dokter. Namun Baihaki memilih kuliah di ITB dan memilih berkarir di perusahaan, Caltex.
            Abdul Latih, ayahnya merantau dan berdagang tekstil dan ibunya aktivis di Aisyisiah Muhammaddiyah. Sejak kecil ia suka membaca dan suka bergaul. Ia mengenal semua famili dan juga mengenal banyak orang. Dalam masa remaja ia juga suka menonton, namun juga banyak belajar dan banyak bergaul. Saat kuliah, ia kerja sambilan, pengalaman kerja ini penting untuk merintis kearah kerja atau wirausaha “namun mahasiswa sekarang senang  pergi mejeng ke Plaza dan Mall, untuk menghamburkan duit kiriman orang tua dan memupuk nilai konsumerisme”. Setelah tamat kuliah  Abdul Latif membuat usaha seperti tempat ia magang kerja dulu, kemudian ia membuat ruko (rumah toko) dan gedung di daerah perkotaan, dijadikan toko atau dikontrakan. Ia mengembangkan usaha ke Singapura dalam bidang agrobisnis, buku, periklanan, developer, konstruksi dan dagang eceran. Ia sangat anti dengan gaya hidup santai dan banyak mengelaso- berleha leha.
            A.S Datoek Bagindo, ayahnya adalah seorang petani dan ia ikut terjun  mencangkul dan kadang-kadang menerima upah dari ayah “ya dari pada member  upah pada orang lain, lebih baik mengupah anak sambil melatihnya  mengenal arti hidup dan agar tidak bermental cengeng”. Saat remaja ia hidup mandiri guna bisa meringankan beban hidup orang tua. Sekolahnya jauh dari rumah dan ia mencari orang tua angkat. Ia membantu teman , berdagang di kaki lima sambil kuliah. Ia juga mengembangkan human work dan banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh besar seperti Hatta, Syahrir, Natsir dan Chairul Shaleh dan memetik pengalaman hidup mereka untuk sukses dan untuk cermin diri.
            Banyak pengalaman hidup yang ia tulis dan ini sangat berguna untuk bahan-bahan ceramahnya, ia diundang untuk memberi ceramah di SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Ia mengatakan bahwa pola merantau orang Minang harus dikaji ulang, bukan lagi merantau untuk membuka warung nasi, menjahit, berdagang kaki lima, karena orang lain juga bisa melakukan hal ini. Apalagi sekarang sudah banyak usaha garment. Maka merantaulah sebagai orang intelektual yang bisa   merintis karir dan pencipta lapangan kerja, bukan jadi buruh di sana.
            A.R Soehoed sejak muda terbiasa senang bekerja keras sampai dini hari. Ia menjaga stamina dengan senam. Ia punya banyak pengalaman. Zaman dahulu di tahun 1940-an transportasi sangat sulit dan mahal.  Untuk perhubungan pulau Sumatra dan Jawa tidak ada bus dan pesawat, kecuali menggunakan kapal yang berlayar cukup lama namun Soehoed dalam usia 19 tahun punya pengalaman berpergian dari pulau Jawa ke Sumatra, mengunjungi keluarga ayahnya di Maninjau (Sumbar) dan Painan. Selama di kampung ayahnya ia punya pengalaman menghela pukat dan membagi-bagi ikan.
            Ia mengatakan bahwa untuk berhasil dalam hidup maka setiap orang harus punya mental yang kuat. Ini diperlukan untuk bisa menjadi pioneer atau perintis. Ia mampu punya perusahaan dan mengelola proyek-proyek besar.
            Aminuzal Amin waktu kecil mampu berbicara dan sering menjadi pembawa acara atau  MC (master ceremony). Ia dikenal sebagai pemuda yang panjang akal. Walau ayahnya Cuma seorang pegawai kecil, ia panjang akal untuk sukses. Ia Kuliah di Universitas Indonesia dan malam cari duit menjadi sopir oplet. Ia aktif berorganisasi di kampus, bukan menjadi anggota yang pasif. Ia pun mengembangkan hobi dalam bidang musik dan nyanyi.
            Sambil kuliah ia juga belajar hidup sebagai penjual pupuk dan  arloji. Kemudian ia juga menjadi tukang pakang sebagai pedagang mobil bekas,  ini digunakan untuk mencari modal untuk membuka usaha. Puncaknya dagangnya adalah menjual pakaian yang ia cari langsung ke Eropa. Ia juga pengusaha di bidang perminyakan. Aminuzal adalah penguasa nasional yang berada dalam level internasional.
            Dari jalan hidup tokoh-tokoh di atas menunjukan bahwa mereka waktu muda bukanlah orang-orang yang suka santai dan membuang-buang waktu. Mereka suka bekerja keras dan belajar serius. Mereka juga orang yang senang mandiri, suka membantu , bukan dibantu. Sukses bukan jatuh dari langit, namun sukses harus dirintis dengan semangat menjadi pioneer (perintis) dan memiliki semangat kerja keras.
            Namun bagaimana suasana sekarang. Bagaimana etos pemuda pemudi sekarang dalam mencari hidup ? laporan Afdal, dkk (dalam Gatra, Januari 2009) mengatakan bahwa semangat berwirausaha dianggap penting untuk mengurangi tingkat pengangguran. Barbagai pihak harus berpartisipasi mewujudkannya. Pemuda Minang, sebagai contoh, sekarang pandangan jiwa wirausaha mereka sudah mulai pudar. Fahira Fami (dalam Gatra, Januari 2009:5) mengatakan bahwa jiwa wirausaha orang Minang sekarang sudah mulai pudar. Darah saudagar yang dulunya mengalir dalam tubuh generasi terdahulu perlahan menghilang. Sementara semangat wirausaha saudara kita dari warga etnis Cina masih sangat kuat sehingga mereka dapat membangun kekuatan bisnis yang luar biasa. Namun, sekali lagi, generasi muda Minang banyak yang enggan berwirausaha dan cenderung berharap untuk menjadi pegawai pemerintah (PNS) dibanding membuka usaha sendiri.
            Gamawan Fauzi (http://kalipaksi.multiply.com/journal) mengatakan bahwa dalam survey yang dilakukan pemerintah daerah Sumatera Barat 2006, bahwa warga Sumatera Barat 74 persen berkeinginan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil. Ini sebuah indikasi yang menurutnya sebagai turunnya nilai-nilai kemandirian dan spirit. Pegawai Negeri baginya bukan pekerjaan yang penuh tantangan. Terutama bagi masyarakat Minang yang punya akar budaya sebagai entrepreneur sejati.
            Penyebab memudarnya semangat entreprenursip (berwirausaha) pemuda kita disebabkan oleh kesalahan memberi  motivasi, misgiving motivation, oleh guru-guru, orang tua, lingkungan dan pemuda itu sendiri, yang menganggap berwirausaha itu sebagai hal yang sangat susah dan menjadi PNS suatu hal yang enak “motivasi untuk membuat pemuda menjadi prkerja malas, suka hidup santai dan takut bersaing”. Orang-orang atau motivator yang telah menyebabkan hilangnya semangat berwirausaha pemuda tersebut perlu untuk beristigfar dan harus mendorong pemuda untuk bangkit lagi dan belajar dari pengalaman orang-orang sukses atau pengalaman negara-negara yang empat puluh tahun lalu kualitas SDM mereka sama dengan kualitas SDM negara kita, misalnya belajar dari Korea.
            Pada tahun 1960, pendapatan perkapita Indonesia sama dengan Korea. Kini pendapatan bangsa ini melompat amat jauh dari negara kita. Sebelum perang dunia kedua, Korea tidak dikenal dalam pentas dunia. Korea hanyalah sebuah negara pertanian yang miskin. Perang saudara juga telah meremukan semua sendi kehidupan warga Korea, sampai terbelah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara. Miskin dan sengsara menjadi titik nadir ekonomi mereka. Tetapi bangsa Korea Selatan bukanlah negara yang dihuni oleh masyarakat yang banyak perangai- banyak tingkah. Mereka adalah bangsa yang padu dalam memompa tekad dan semangat untuk bangkit menuju victory atau kejayaan. Tidak sekedar slogan tetapi diterapkan dalam nafas kehidupan seari-hari. Bangsa Korea pada umumnya adalah bangsa yang rajin. Mereka setiap hari bekerja keras. Mereka malu pulang terlalu cepat karena tidak mau dianggap sebagai orang yang tidak berguna.  
            Aswin Indra (http://aswinindraprastha.wordpress.com) mengatakan bahwa Prof. Young Hun, dari Program Studi of Foreign Studies, Seoul, menulis tentang kesamaan antara tradisi Indonesia dan Korea. Jika orang Korea bisa menjadi bangsa yang maju, mengapa tidak dengan orang Indonesia. Korea dalam kurun waktu relative singkat telah menjelma menjadi masyarakat modern, yaitu masyarskat yang telah mampu melepaskan diri dari ketergantungan pada kehidupan agraris.
            Pemuda kita, pelajar dan mahasiswa, perlu tahu empat karakter orang Korea yang harus dicontoh untuk memacu semangat hidup, yaitu seperti; 1) Sikap rajin bekerja, lebih menghargai bekarja secara tuntas betapapun kecil pekerjaan itu ketimbang berpidato yang muluk-muluk tetapi tidak pernah terlaksana. 2) Sikap hemat yang tumbuh sebagai buah dari sikap rajin bekerja. 3) sikap self help yang didefenisikan sebagai berusaha mengenali diri sendiri   dan rasa percaya diri. 4) Kooperatif atau suka bekerja sama, cara untuk mencapai tujuan secara efektif dan rasional, mempersatukan individu serta masyarakat.
            Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang agamis, beragama. Untuk maju agama Islam menganjurkan kita untuk selalu belajar. Berikut ungkapan agama Islam  yang mengajak untuk  belajar; “ tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat. Menuntut ilmu wajib bagi laki-laki dan perempuan. Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”. UNESCO juga mengajak warga dunia untuk long life education, pendidikan seumur hidup. Sekarang artikel ini mengajak pemuda dan pemudi bangsa ini untuk tumbuh bersemangat dan suka bersaing, banyak pengalaman, banyak belajar dan banyak bekerja. Untuk itu “ Tuntutlah Semangat Kerja Keras Dari Korea”.   (Catatan, 1) Zoeverdi, Ed.(1995). Siapa Mengapa Sejumlah Orang Minang. Jakarta: BK3AM DKI, 2) Ganto, Edisi no 148/ tahun XIX/ Desember 2008- Januari 2009, Padang: Universitas Negeri Padang).

Saatnya Siswa Kita Bisa Cerdas Level Internasional



Saatnya Siswa Kita Bisa Cerdas  Level Internasional
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

            Kata-kata “smart” sangat diburu oleh banyak orang. Orang tua ingin anak mereka menjadi smart kid dan bersekolah di smart school. Banyak masyarakat yang memburu tempat kursus yang punya label “smart”. Kemudian juga muncul istilah smart book dan smart street.
            Banyak orang tahu bahwa kata smart berarti cerdas. Smart book berarti cerdas buku, maksudnya kalau di sekolah seorang siswa mampu melahap semua buku teks dengan tuntas. Apa saja yang dibaca bisa semua masuk ke dalam fikirannya. Sementara itu, smart street berarti cerdas di jalanan, maksudnya seorang siswa pintar dalam hidup, tahu menempatkan diri. Orang yang smart street adalah orang yang memiliki life skill.
            Anak anak kita yang belajar di sekolah unggulan, pada umumnya sudah memiliki smart book. Namun suatu kali saya pergi menemati mereka buat studi tour ke pulau jawa, mereka tersesat dalam mall yang gede dan tidak tahu bagaima harus keluar buat berkumpul ke dalam yang menunggu cukup jauh. Mereka cukup kehilangan akal, meski butuh waktu cukup lama buat membantu mereka. Ini terjadi dalam akibat mereka minim dengat smart street dan bermasalah dalam sepenggal kehidupan nyata.
            Sementara itu teman teman mereka yang berasal dari sekolah lain yang tidak punya label unggul atau label smart. Malah mereka sedikit terkenal nakal, tentu saja kenakalan yang masih bisa diberi tolerasi, saat terjebak di jalan buntu dan sepenggal masal social. Mereka bisa mencari solusi. Itu karena mereka memahami jalan atau street, sehingga mereka cukup tahu dengan smart street.  
            Indonesia dan Amerika Serikat adalah dua negara yang cukup berbeda, ibarat berbedanya timur dan barat. Kedua negara ini berbeda dalam kemajuan system pendidikan, kualitas SDM masyarakatnya, budayanya, dan banyak hal. Praktek pelaksaan mendidik di sekolah Amerika juga sangat berbeda dengan sekolah di Indonesia. Saya menulis hal ini bukan untuk maksud menyanjung Amerika Serikat setinggi langit, dan merendahkan wibawa Indonesia, negara yang selalu saya cintai.
            Di Indonesia semua anak di dorong buat belajar dan membaca membaca sebanyak mungkin, agar mereka menjadi smart book. Meski dalam urusan mendidik banyak orang tua sekedar pintar memerintah, menyuruh dan kapan perlu melarang dan marah- marah, dan berpangku tangan setelah itu. Di sekolah anak-anak belajar, berkompetisi buat memahami dan melahap isi semua buku teks. Kapan perlu mereka harus menghafal semua teori, tanpa melewatkan titik dan koma-nya. Al-hasil penguasaan kognitif atau akademik mereka signifikan cukup bagus.
            Di negara ini banyak anak yang hanya belajar dan terbelenggu oleh urusan kognitif semata. Meski sudah ada pemaham kea rah konsep afektif/ sikap dan praktek, tetapi itu hanya sebatas basa-basi. Maksudnya belum menyentuh dasar keberanian anak.
            Urusan akademik memang selalu nomor satu, dari pagi hingga sekitar jam tiga sore- hingga datanglah usai jam belajar buat pulang ke rumah. Setelah itu anak- anak pintar dikirim lagi ke tempat bimbel atau bimbingan belajar. Cukup lama mereka dibelenggu atau terpenjara dalam kamar akademik. Hingga mereka pulang ke rumah dengan letih dan lesu menjelang senja tiba. Dan seperti itulah fenomena anak anak unggulan a’la Indonesia.
            Memang belajar pada Bimbel sudah menjadi sebuah fenomena bagi anak-anak cerdas dan orang tua mereka punya duit cukup. Bimbel itu sendiri gedungnya sudah bertebaran di mana-mana, malah sudah dibikn dalam franchise education atau bisnis pendidikan. Bimbel telah menjamur dan tinggal memilih mana yang terbaik dan cocok menurut selera.
            Antara satu Bimbel dengan Bimbel yang lain juga ada kompetisi dalam memperebutkan anak anak cerdas. Agar bisa menjadi menariki maka pemilik bimbel mendesain interior dan eksterior gedungnya seapik mungkin. Pakai spray pengharum pada ruang cantik penuh AC. Ruang belajar bimbel dengan tentor yang memiliki pribadi menarik dan performance anggun, semuanya menjadi belajar dengan mentor pilihan.
            Tentor bimbel yang ramah tamah, bersahabat dan pribadi hangat sering lebih mereka idolakan dari guru- guru mereka sendiri di sekolah mereka yang kadang kala berwajah sewot dan berbahasa yang kurang simpatik. Ya ini adalah fenomena, bahwa pribadi tentor dan proses pembelajaran pada bimbel telah mengalahkan PBM di kelas yang kusam dengan guru yang nggak bersahabat.
            Singkat cerita bahwa untuk urusan akademik atau kognitif seorang siswa menghabiskan waktu sebanyak 10 jam per hari. Mereka sangat percaya bahwa pencapaian akademik adalah visi dan tujuan belajar mereka. Yang mereka yakini adalah kalau mereka mampu memperoleh skor akademik yang tinggi maka kelak mereka bisa memilih jurusan yang bagus, kuliah di tempat favorite. Setelah kuliah dan wisuda mereka akan tersenyum karena bakalan merkarir di tempat yang basah, kapan perlu banjir dengan duit.
            Yang mereka telah lihat dan ditayangi video bahwa bagi yang memiliki skor akademik, bakalan di jurusan terbaik dan universitas favorite. Pada akhirnya rententan karir- karir cemerlang sudah menunggu. Ini memang adalah motivasi terbaik buat menggenjot minat belajar.
            Orang tua di rumah juga sudah memahami bahwa anak perlu belajar kuat dan bersemangat untuk meraih skor dan rangking setinggi langit. Anak perlu memiliki prestasi akademik yang bagus. Jadinya anak-anak musti bisa belajar di sekolah favorite. Orang tua memilihkan sekolah berlabel unggul buat mereka. Mereka menyerbu sekolah berlabel unggul, sekolah model, sekolah perintis, sekolah percontohan, sekolah multi-talenta, dll.
            Memang bangsa kita dan apalagi anak anak muda senang dengan merek atau label. Mereka selalu mencari pakaian mereka, sebagai contoh. Sehelai baju kaos berharga 50 ribu  perak yang ada merek “Foot Ball Europe” lebih dikagumi dan diminati dari pada sehelai baju kaos berharga “satu juta perak” namu pada punggungnya ada tulisan “Club Sepak Bola Bintang Kecil”.
            Seorang family yang baru pulang dari Amerika Serikat, setelah mengikuti program pertukaran pelajar, YES- Youth Exchange Program” tindak henti henti berbagi cerita dan pengalaman menarik tentang way of life mereka dan way of life kita. Ia mengatakan bahwa program pembelajaran di sekolahnya di Colorado cukup berbeda dari sekolahnya yang di Bukittinggi.
Banyak teman-temannya yang sekolah di Bukittinggi,  juga siswa-siswa  di Indonesia secara umum, pada terlalu sibuk dengan urusan akademik. Semua anak pada bersitungkin untuk melahap rumus- rumus pelajaran. Pagi hingga awal sore belajar di sekolah dan dari sore hingga malam belajar lagi di bimbel. Pulang sekolah dan pulang bimbel membuat badan sudah tersa capek dan pengen tidur saja atau nonton saja lagi, dan mana ada waktu lagi buat menolong mama di rumah.  
Badan mereka lesu karena asupan gizi yang salah dan tidak berimbang. Pada umumnya anak anak kita telah merasa sebagai warga modern dengan mengkonsumsi jajanan cepat saji, makanan dan minuman yang kaya dengan racun- racun kimia. Kemudian kebiasaan mengkonsumsi minuman langsung dari show-case, minumah dalam labelmewah namun tidak menjanjinkan kesan ikut mendorong anak berperilaku hidup tidak sehat dan mengadoppsi life style mewah. Pokoknya asupan gizi yang kurang hewat membuat mereka juga kurang sehat. Mana mungkin tubuh dan fikiran terasa bisa jadi segar dan bugar dengan life style seperti itu.
“Ya demikianlan realita cara belajar dan gaya hidup mereka. Gaya hidup yang hanya belajar buat menggapai cerdas akademik setinggi mungkin semata”
Di negara Paman Sam sana, dikatakan bahwa bahwa anak-anak belajar secara alami saja, tidak begitu demam bimbel betul. Tempat bimbel itu tetap ada. Belajar di sekolah saja itu mereka rasa sudah cukup. Mereka tidak perlu lagi pergi harus ikut bimbel.
Guru- guru mereka di sekolah sudah cukup professional. Penampilan menarik, pribadi hangat, sangat menguasai bidang studi dan tahu cara menyajikannya dengan cara kreatif dan menyenangkan. Ruangan kelas dan lingkungan sekolah penuh dengan iklim layanan prima: look smile, greed, serve, and thank. Bisa jadi guru-guru di kelas Amerika sebagus kualitas guru-guru bimbel kita, atau malah lebih lagi.  
“Ya betul bahwa di sana kami tidak perlu pergi bimbel lagi. Dan bimbel memang ada, tapi hanya dikunjungi bagi yang betul- betul memerlukan layanan”.
Kebiasaan di sana, usai sekolah mereka pulang dan selanjutnya pergi untuk menekuni hobi mereka. Bagi yang gemar berolah raga akan pergi ke lapangan, ada yang main badminton, menunggang kuda, main base ball, main cricket, hingga main karate. Mereka menekuninya bersungguh- sungguh- sangat menikmati hobinya. Sehingga pada akhirnya banyak yang menjadi atlit nasional atau internasional beneran”.
Bagi yang gemar pada midang music dan seni, mereka pada menyerbu theater. Ada yang mendalami music jazz, music pop, biola, key board, mendalami ballet hingga seni lainnya. Mereka juga menekuni hobi ini hingga pada akhirnya- saat tumbuh dewasa-  mereka bisa berkarir pada bidang ini. Menjadi pemain biola, music, dan theter professional.  
Bagaimana dengan urusan akademik ? Ya mereka juga selalu memahami dan menekuni. Walau mereka pada umumnya tidak beragama Islam, namun mereka berbuat sesuai dengan konsep agama kita “man jadda wa jadda- barang siapa yang bersungguh akan berhasil”.
“Sekali lagi bahwa kualitas PBM di kelas di sekolah Amerika sebagus kualitas bimbel di kelas bimbel terbaik di negara kita, atau lebih baik lagi”.
Orang tua juga punya peran penting dalam mendukung sukses kehidupan seorang anak. Orang tua di negara kita memahami bahwa setiap anak perlu memahami dan menguasai akademik. Mereka sangat bersimpati dengan anak mereka yang telah menghabiskan waktu di sekolah dan di tempat bimbel agar bisa memperoleh skor akademik yang tinggi dan kelak kuliah di tempat yang favorite (?).  Setelah itu seperti ilustrasi yang mereka peroleh bahwa karir cemerlang datang dengan mudah.
Makanya orang tua bersimpati bahwa anak- anak mereka sudah cukup lelah oleh urusan akademik dan mereka tidak mau mengganggu anak lagi. Anak tidak perlu lagi ikut cuci piring, cuci motor, merapikan ruang rumah, juga tidak perlu terlibat dalam kegiatan social di lingkungan tetangga.
Karena anak sudah begitu lelah, mereka perlu dibantu dan dilayani. Kalau perlu anak harus dimanjakan. Ada kesan bahwa pendidikan di rumah sekarang bahwa anak tidak perlu lagi dilibatkan. Jadinya anak tidak kenal dengan pengalaman memasak, mencuci malah juga tidak tahu bagaimana orang tua mereka berbisnis.
Kasihan anak sudah letih, dan akhirnya anak memilih untuk bersenang- senang, bersantai, sibuk dengan gadget, terbenam dengan game online atau hanyut dengan facebook, twitter, bbm, dan media social lainnya. Karena sudah terlanjur suka dengan aktifitas sendiri, tidak melebur dengan tetangga atau lingkungan social maka lahir ribuan generasi yang kurang peduli dengan social.  
Kita mendidik dengan salah konsep, anak korban tekhnologi dan hiburan, hingga rumah-rumah dan sekolah kita yang menciptakan anak yang hanya cerdas akademik namun buta dengan lingkungan- tidak punya life skill- kurang mampu dalam mengurus diri. Pendidikan kita telah menciptakan anak- anak yang sekedar “rancak di labuah”  yang sekedar cakep pada penampilan, smart book but poor life skill.
Hal yang berbeda dengan orang tua di Amerika- bukan bermaksud untuk memuji bangsa Amerika- mereka adalah orang tua yang memahami konsep parenting. Perkawinan di sana punya sarat bahwa semua calon pengantin sebelum menikah musti mengikuti kursus parenting- bagaimana menjadi orang tua yang ideal. Orang tua yang bertanggung jawab dalam mendidik dan menumbuhkan anak- anak yang berkualitas.
Hampir semua orang tua di sana tahu dengan peran mereka. Orang tua sebagai educator, dan guru di sekolah sebagai teacher. Educator berarti pendidik dan teacher berarti pengajar. Orang tua sebagai educator akan menumbuh kembangkan prilaku dan tanggung jawab anak. Individu yang baik adalah individu yang tahu dengan tanggung jawab mereka.
Al-hasil setiap anggota keluarga tahu dengan job description (pembagian tugas) mereka. Setiap orang di rumah punya tugas dan tanggung jawab masing- masing. Ayah dan ibu ikut melibatkan anak dalam aktifitas di rumah dan mendorong anak untuk juga aktif dalam social. Hingga sekolah dan rumah- rumah di Amerika menciptakan anak-anak yang smart book and smart street.
Anak- anak di Indonesia berlomba-lomba buat belajar smart agar kelak mampu menuju perguruan tinggi terbaik. Mereka sudah terbiasa dengan belajar dan belajar demi kualitas akademik- hingga mereka menjadi smart book, dan itu juga sangat penting. Namun proses kehidupan membuat mereka menjadi miskin dengan smart street atau life skill.
Karena memiliki skor akademik yang bagus, pada akhirnya mereka mampu menerobos perguruan tinggi terbaik. Mereka kemudian mengikuti proses perkualiahan hingga tamat dan wisuda. Namun semua universitas tidak memberikan sebuah jabatan dan pekerjaan yang basah buat mereka sebagai sarjana baru, kecuali hanya memberikan selembar janji dalam bentuk ijazah dan transkrip nilai.
Selepas itu bagi sarjana yang miskin smart street dan tidak punya life skill akan dilanda oleh ketidak berdayaan dan kegalauan akademik. Mereka berusaha bertahan buat menunggu datangnya “job- fair” tahun berikutnya atau mengirim lamaran demi lamaran ke daerah yang jauh darim kampung halaman. Mau pulang kampung ahhhhh enggan. Biarlah dulu menghabiskan masa hingga usia merangkak tua.
Anak- anak di sekolah sana, saat masih di level SLTA telah punya pilihan karir yang jelas. Pembinaan dan pilihan karir mereka sangat jelas. Jadi mereka memilih perguruan tinggi tidak secara menerabas atau hantam kromo. Memilih jurusan dan perguruan tinggi bukan sekedar ikut-ikutan atau gengsi- gengsian. Di sana tidak ada fenomena memfavoritekan suatu jurusan dan perguruan tinggi secara berlebihan.
Proses belajar di sekolah dan perkuliahan di Perguruan Tinggi telah menggiring anak- anak untuk menjadi smart book dan smart street. Kemudian semua orang yang mengerti dengan konsep parenting juga telah menjadi guru terbaik bagi anak- anak mereka, hingga juga ikut mendorong mereka menjadi generasi yang cerdas dengan buku, cerdas di lapangan, berani, punya nyali dan punya rasa tanggung jawab.
Kualitas pendidikan kita di tanah air, apakah di sekolah berlabel unggul, apalagi di sekolah biasa- biasa saja mendidik anak menjadi cerdas. Namun cerdas mereka mungkin baru sebatas cerdas di tingkat sekolah, tingkat, kecamatan, atau kota. Hanya segelitir saja yang cedas berkualitas propinsi apa lagi cerdas di level nasional. Sementara pendidikan di sana, juga di negara maju lainnya, seperti di Singapura, Jepang, Eropa, anak- anak belajar untuk menjadi generasi cerdas tingkat nasional, dan kapan perlu cerdas untuk tingkat internasional.
(Marjohan, M.Pd- Guru SMA 3 Batusangkar- Peraih Predikat Guru Berprestasi Nasional)

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...