Rabu, 14 Juni 2017

Memahami Proses Kerja Pikiran Kita



Memahami Proses Kerja Pikiran Kita

            Meskipun memiliki ayah, ibu dan saudara kandung kadang-kadang seseorang merasa sebagai anak yang kurang beruntung. Faktor penyebabnya bisa jadi kurang memperoleh cukup perhatian dan sentuhan di masa kecil. Akibatnya dia mengalamami krisis harga diri yang rendah. Itu terjadi karena merasa berbeda dari teman-temannya. Yang mana teman-temannya terlihat berkecukupan dan dia sendiri tidak seperti. Teman-temannya punya banyak pengalaman dan dia tidak. Dari segi orangtua, bisa jadi mereka kurang memahami bagaimana menumbuhkan anak menjadi orang yang punya harga diri, percaya diri, pengalaman berganda, pengalaman bersosial dan berprestasi, dll.
Pengalaman hidup adakalanya memberi berkah. Sebagaimana yang saya alami yang secara kebetulan saat duduk dibangku SD dan SMP saya sempat berlangganan majalah anak-anak- majalah Kawanku- yang saat itu kontennya sarat dengan motivasi dan pengalaman tentang orang-orang sukses dan juga remaja-remaja sukses. Salah satu orang yang mengispirasi saya adalah Leila Chudori Budiman- yaitu redaktur majalah tersebut (majalah Kawanku), karena tulisannya yang bercerita bagaimana menjadi seorang penulis dan apa manfaatnya. Pendek kata saya terinspirasi dan juga berlatih menulis setelah itu.
Secara teratur dan juga sedikit memaksa diri saya belajar menulis. Wah pada mulanya memang susah buat menulis, saya sering kehabisa bahan namun saya selalu berlatih dan juga belajar dari buku biografi para penulis lainnya, seperti Ernest Hemingway, Buya Hamka, La Rose, Zakiah Daradjat, dll, hingga saya merasakan ada progress dalam menulis. Saya berlatih menulis dari usia muda dan setelah bertahun-tahun baru saya- alhamdulillah- bisa menulis di koran-koran. Beberapa tahun setelah itu tujuh judul buku saya bisa terbit secara nasional.
Namun pengalaman-pengalaman masa kecil juga jauh dari pengalaman bahagia yang membuat saya merasa gugup, minder, mudah cemas, pada saat tertentu juga sempat muncul ke permukaan. Rasa minder dan kurang berharga terbentuk oleh cara kita berpikir dan itu semua muncul dari pengalaman berpikir kita. Saya belajar untuk mengatasi rasa rendah diri dan memperbaiki cara berpikir dengan cara bisa memiliki prestasi.
Saya beruntung bisa menemukan sebuah buku bagus- buku international best seller- yang ditulis oleh Dr. Ibrahim Elfiky dengan judul “Terapi berpikir Positif- Biarkan Mukjizat dalam diri anda melesat agar hidup lebih sukses dan lebih bahagia. Saya merasakan ibarah memperoleh hadiah yang sangat hebat dan makanan yang bergizi dan menyehatkan. Maka isi buku tersebut saya nikmati- saya cerna- dengan lahapnya.
Dr. Ibrahim Elfiky adalah direktur utama beberapa hotel bintang lima di Montreal, Kanada. Disamping itu ia sangat aktif menulis dan juga menjadi trainer dalam pengembangan sumber daya manusia. Dia sendiri menggunakana tiga bahasa dunia yaitu bahasa Inggris, Prancis dan Arab. Orang-orang mengatakan bahwa dia adalah seorang motivator terkemuka di dunia, seorang ayah yang hangat dan ia percaya pada apa yang ia ucapkan sehingga ia mampu menembus akal dan hati kita. Dari buku yang dia tulis- Terapi Berpikir Positif- Biarkan Mukjizat Dalam Diri Anda Melesat Agar Hidup Lebih Sukses Dan Lebih Bahagia- saya akan memaparkan opini-opininya, yaitu tentang: Kemuliaan manusia terletak pada pikirannya, Kekuatan Pikiran Kita, Pikiran Membuat Arsip Memori Dalam Akal, dan Pikiran membentuk pribadi kita.
1). Kemuliaan manusia terletak pada pikirannya.
Pikiran kita adalah alat ukur yang kita gunakan dalam memilih sesuatu- yang lebih baik, lebih menjamin masa depan dan keluarga. Melalui berpikir kita bisa menentukan pilihan kita. Proses berpikirlah yang membedakan kita berbeda dari makhluk lain yaitu binatang, tumbuhan dan benda mati. Dengan berpikir kita bisa membedakan mana yang bermanfaat dan yang tidak, yang halal dan yang haram dan yang positif dan yang negatif.
Pikiran pulalah yang jadi pendorong atas perbuatan kita dan dampaknya. Pikiran juga menentukan kondisi jiwa, kepribadian dan rasa percaya diri kita. ketika kita merasa lapar dan dihadapan kita tersaji tiga macam makanan, yaitu: masakan restoran, masakan rumah, dan masakan busuk. Maka tidak seorang pun yang akan memasukan ke dalam mulutnya “masakan busuk” tersebut, dan dia sangat suka untuk menikmati makanan rumah atau masakan restoran.
Orang tahu bahwa mengkonsumsi masakan yang busuk akan berdmpak negatif bagi kesehatan tubuh. Otak manusia juga butuh infomasi dan opini dan ini bisa kita umpamakan. Kalau kita tidak suka memasukan makanan busuk ke dalam perut, maka tentu jangan pula memasukan informasi dan opini busuk (opini buruk) ke dalam pemikiran kita, karena informasi dan opini yang buruk juga akan berdampak negatif pada pribadi kita.
2). Kekuatan Pikiran Kita
Pikiran kita bisa menjadi kuat atau jadi lemah. Faktor penentu kekuatan pikiran kita bersumber dari orangtua, keluarga, masyarakat, sekolah, teman, media masa dan diri kita sendiri. Faktor-faktor tersebut memberi kekuatan yang luar biasa pada proses berpikir kita dan menjadi referensi bagi akal yang akan kita gunakan setiap hari kelak.
a). Orangtua
Bahwa proses berpikir kita pertama kali kita peroleh dari orangtua. Kita menyaksikan orangtua dan kita menirunya. Dari orangtua kita belajar berbahasa, tentang ekspresi wajah, tentang gerakan tubuh, perilaku, norma, keyakinan agama, prinsip dan tentang  nilai kehidupan. Orangtua juga menjadi referensi utama kita untuk berinteraksi dengan diri sendiri dan dengan dunia luar.
b). Keluarga
Setelah orangtua, pikiran kita dipengaruhi oleh keluarga, yaitu saudara laki-laki, saudara perempuan, kakek, nenek, paman, bibi dan sepupu kita yang lain. Akal kita bisa menangkap informasi yang baru dan menggabungkannya dengan informasi yang sudah ada, selanjutnya akan berguna sebagai referensi sosial bagi kita.
c). Masyarakat
Orang lain atau masyarakat juga ikut menambah referensi bagi pengalaman sosial kita. Mereka adalah seperti tetangga, tukang ojek, pedagang asongan, sopir bis dan semua orang yang tinggal dilingkungan kita.
d). Sekolah
Orang-orang yang ada di sekolah seperti guru-guru, kepala sekolah, teman-teman, penjaga sekolah. Ucapan, perilaku dan sikap mereka juga memberi pengaruh bagi kita dan selanjutnya berguna sebagai referenso sosial bagi kita.
e). Teman
Teman merupakan orang yang penting setelah anggota keluarga kita. Maka figur teman juga ikut memberi pengaruh dan kekuatan bagi pikiran kita. bersama teman kita bisa mewujudkan aktualisasi kita yang pertama. Dari teman kita akan belajar tentang prilaku positif dan negatif- seperti menonton, merokok, minum alkohol, bolos dari sekolah, dll.
f). Media Masa
Televisi yang kita tonton selama berjam-jam, video dan film yang kita nikmati- konten dan tokoh pemerannya ikut mempengaruhi pemikiran kita. Pengaruh positif dan negatif- seperti kekerasan, persahabatan, kesholehan, kemandirian, kesombongan, dll, juga akan mempengaruhi kita.        
g). Kita Sendiri
Akhirnya kita menambahkan sikap baru yang positif atau yang negatif. Akal kita menggabungkan sikap baru dengan data-data atau pengalaman yang pernah kita peroleh sebelumnya. Hingga pikiran kita menjadi kuat atau lemah, positif atau negatif.
Pikiran bisa jadi penyebab gangguan kejiwaan atau fisik. Pikiran bahagia membuat kita bahagia, pikiran sengsara membuat kita sengsara, pikiran takut membuat kita takut dan pikiran berani membuat kita berani. Pikiran juga bisa membuat kita jadi manusia terbaik atau teladan. Pikiran bisa membuat kita jadi orang yang berprestasi atau merasa gagal. Semua tergantung pada kita, yaitu bagaimana kita merencanakan tujuan dan kemudian merealisasikannya. Yaitu kalau kita ingin sukses maka mari kita pelajari bagaimana strategi untuk bisa jadi orang sukses dan berpikir seperti orang sukses.
3). Pikiran Membuat Arsip Memori Dalam Akal
Ketika lahir, kita adalah manusia yang baru dan manusia yang bersih. Data-data dalam otak kita masih jernih dan polos karena kita belum mengerti tentang makna dan bahasa apapun dan juga kita tidak mengerti apa yang terjadi di sekitar kita. Orang tua kita mulai mengajak kita berkomunikasi dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh (gestur) secara berulang-ulang hingga akhirnya kita mengerti dan juga bisa mengucapkan kata-kata.
Seiring waktu, kita tumbuh, bisa duduk, merangkak dan berjalan. Kita tumbuh lebih besar. Kita melakukan eksplorasi dalam usia bayi, usia balita, usia anak-anak dan seterusnya- hingga kita memilki pengetahuan sederhana tentang sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Kita makin aktif melakukan eksplorasi karena orangtua kita memberi kondisi dan memberi rangsangan pengalaman bagi kita. Jadinya suasana hati kita megalami aneka bentuk perasaan dari pengalaman tersebut, yaitu seperti:
- Pengalaman kasih sayang.
- Pengalaman toleransi.
- Pengalaman ceria.
- Pengalaman takut.
- Pengalaman cemas.
- Pengalaman putus asa.
- Pengalaman persatuan.
- Pengalaman kehilagan.
- Pengalaman harga diri.
- Pengalaman percaya diri.
- Pengalaman kepemilikan.
- Pengalaman kegagalan.
- Pengalaman keberhasilan.
- Pengalaman kebahagiaan.
- Pengalaman kesabaran.
- Pengalaman tentang agama,
- Pengalaman dll.
Jadi dalam akal kita akan terdapat banyak pengalaman dan semua pengalaman tadi ada file atau arsipnya. Maka akan ada file tentang: kasih sayang, toleransi, ceria, rasa takut, cemas, putus asa, persatuan, kehilagan, harga diri, percaya diri, kepemilikan, kegagalan, keberhasilan, kebahagiaan, kesabaran, tentang agama, dll. Begitu banyak file-file pengalaman maka- ibarat pemograman komputer- akal juga menyatukan file- file yang sejenis menjadi folder atau gabungan file. Maka terbentuk pulalah gabungan file menjadi folder dalam memori kita, yaitu seperti folder:
- Lemah.
- Sukses.
- Cemas
- Marah.
- Sabar.
- Malang.
- Bahagia.
- Cinta, dll.
Kemudian dalam menjalani kehidupan melalui eksplorasi, kita mengalami kegagalan baru, maka folder masa lalu tetang kegagalan juga terbuka dan file-file yang berhubungan tentang pengalaman gagal juga saling berhubungan. Folder tentang pengalaman gagal juga berhubungan dengan folder tentang suasana hati yang lain seperti folder tentang cemas, takut, bahagia, khawatir, dll. Ini semua membentuk pemikiran dan respon kita yang baru. Demikianlah bagaimana semua pengalaman kita terarsip/tersimpan engan rapi dalam file dan folder pada memori kita.
4). Pikiran membentuk pribadi kita.
Sejak kecil semua orang bereksplorasi dan mengalami banyak pengalaman. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa dari bentuk-bentuk ribuan pengalaman maka bertebaran pulalah arsip atau file-file pengalaman dalam pikiran kita. Selanjutnya dari file- file pengalaman yang sejenis terkumpul menjadi folder- folder, yang topik atau jenisnya juga sama. Ini adalah deskripsi tentang kerja akal dalam membentuk pola pikiran.
Selanjutnya pikiran-pikiran tadi akan membentuk pribadi kita sendiri. Pribadi kita terbentuk dari gabungan beberapa bentuk fitur lainnya, seperti: intelektualitas, fisik, perasaan, sikap, manusia positif atau negatif, citra diri, harga diri, rasa percaya diri, kondisi jiwa, kondisi kesehatan, dll. Terlebih dahulu ini ditentukan oleh mindset kita sendiri.
Apa itu mindset ? Dalam pergaulan kita sering mendengar seseorang mengatakan “ketika bangun bagi saya sering merasa lelah, agar merasa segar saya minum segelas teh jahe”. Orang lain berkata, “Saya merasa konsentrasi kalau belajar pakai musik”. Dan yang lain lagi berkata, “Saya terbiasa menunda-nunda pekerjaan”. Kalimat- kalimat yang diucapkan tersebut terlontar dari mulut seseorang dan secara berulang-ulang, tanpa disadari akhirnya membentuk mindset  atau pola- pikiran. Jadi mindset adalah pola pikiran.
Dalam setiap aspek kehidupan dan prilaku kita selalu ada mindset. Kita punya mindset tentang tidur, mindset tentang bergaul dengan orang lain. Kita juga punya mindset tentang makandan menyantap makanan, mindset tentang bekerja dan belajar, dll.
Mindset atau pola pikiran itu sendiri ada yang berbentuk positif atau negatif. Selanjutnya mindset kita juga berpengaruh pada keadaan intelektualitas, fisik, perasaan, sikap, manusia positif atau negatif, citra diri, harga diri, rasa percaya diri, kondisi jiwa, kondisi kesehatan, dll.    
a). Pikiran mempengaruhi intelektualitas.
Bila kita berpikir positif terhadap pekerjaan, teman, dan pekerjaan maka akal kita akan mengesampingkan (melupakan) hal-hal negatif yang ada pada pekerjaan, teman, dan pekerjaan kita. Dengan begitu akal bisa berkonsentrasi pada kualitas pikiran (kualitas intelektualitas) kita. Kemudian akal memperkuat pikiran itu dengan informasi sejenis yang tersimpan dalam file/ folder pada memori kita.
b). Pikiran mempengaruhi fisik.
Setiap kata yang diucapkan orang kepada kita, akan kita pikirkan. Bila perkataan itu baik atau buruk- negatif atau positif, memberi semangat atau menghancurkan harga diri akan mempengaruhi pikiran kita dan selanjutnya berdampak pada fisik kita. Ucapan positif membuat pikiran kita senang dan fisik kita jadi bersemangat- kita tersenyum. Sebaliknya kalimat negatif, mempengaruhi pikiran kita dan kita menjadi jengkel dan fisik menghindar dari dia.
c). Pikiran mempengaruhi perasaan.
Pikiran memang mempengaruhi perasaan dan bahwa pikiran adalah ciptaan manusia. Sebenarnya orang lain atau dunia luar tidak bisa mempengaruhi kita, kecuali bila kita mengizinkan pikiran/ perasaan kita jadi terganggu. Perasaan tidak akan bisa berubah begitu saja. Untuk bisa berubah maka kita harus mengubah pikiran dan konsentrasi kita.
Memang bahwa setiap pengalaman mempengaruhi perasaan kita sesuai yang ada dalam benak kita dan dalam memori kita. untuk selanjutnya perasaan tak ubahnya bahan bakar bagi manusia, perasaan positif membuat kita lebih bersemangat dan termotivasi, dan persaan negatif bisa menghancurkan semangat dan motivasi kita. jadi kalau kita benar-benar ingin mengubah kehidupan menjadi lebih baik maka kita harus sealu memelihara pikiran positif untuk mendapatkan perasaan yang positif.
d). Pikiran mempengaruhi sikap.
Sikap kita sering terjadi karena kebiasaan dan pengaruh dari luar. Kita tidak boleh melakukan generalisasi bahwa seseorang sebagai sosok yang negatif, temanku itu payah, dosen itu killer. Sebab yang kita vonis adalah buka sikap manusianya. Pikiran seseorang akhirnya membentuk sikapnya dan sikap itu ada yang berbentuk:
-  Sikap memusuhi atau menyerang.
- Sikap taat dan menerima
- Sikap tegas dan percaya diri.    
e). Pikiran membentuk kita jadi orang positif atau negatif.
Pikiran mempengaruhi akal membuat kita berkonsentrasi pada suatu makna. Perasaan adalah bahan bakar bagi sikap yang digunakan orang dalam menggerakan tubuh- mengekspresikan wajah, gestur dan dan cara berbicara. Semua itu mendatangkan hasil yang kita wujudkan yaitu positif atau negatif.
Pikiran memiliki kekuatan yang membuat seorang murid bersemangat- ia belajar lebih serius hingga menggapai prestasi. Pikiran juga memiliki kekuatan sebaliknya, yaitu membuat seorang murid tidak suka pada pelajaran dan pada guru- ia tidak punya semangat hingga gagal meraih prestasi.
Dalam kehidupan rumah tangga atau kehidupan sosial, satu pikiran negatif bisa menyebabkan perpisahan dan perceraian. Sebaliknya pikiran positif bisa membuat suami-istri atau orang yang berteman merasa berbahagia. Sebesar apa pun kekayaan dn seluas apa pun relasi seseorang, kebahagiaan dan kesengsaraan tetap ditentukan oleh pikiran. Jadi pikiran apapun yang kita masukan ke dalam akal akan berubah menjadi perhatian, perasaan, sikap dan hasil yang serupa. Maka kalau kita bisa mengubah pikiran- kehidupan kita inshaAllah juga akan berubah.
f). Pikiran mempegaruhi cita diri
Citra diri adalah gambaran diri ideal yang diharapkan. Cita diri dikategorikan sebagai penyebab mengapa seseorang ingin mengubah bentuk diri, misal orang gemuk ingin jadi langsing, orang pendek ingin tinggi, orang kuper ingin menjadi lincah. Citra diri juga menjadi faktor utama bagi keberhasilan dan kebahagiaan, kegagalan dan kesengsaraan- apalagi kalau mereka kurang bisa menerima keberadaan diri mereka.
Faktor yang mempengaruhi citra diri antara lain media informasi. Di layar televisi terlihat orang cantik, ganteng, pintar, populer- maka penonton yang lemah kepribadiannya ingin pula segera mengubah bentuk diri mereka.
g). Pikiran mempengaruhi harga diri
Penghargaan terhadap diri sendiri adalah perasaan seseorang terhadap diriny, pendapat tetang dirinya dan kepuasan pada dirinya. Penghargaan terhadap diri meliputi: menerima diri sendiri, merasa diri penting dan mencintai diri sendiri.
Penghargaan terhadap diri sendiri kadang-kala menjadi penyebab utama kesengsaraan. Sebab penghargaan terhadap diri sendiri berhubungan dengan perasaan: “Apakah dia menerima dan menghargai diri sendiri atau tidak”. Perasaan kurag menghargai diri sendiri terbentuk dari pengalaman masa lalu, yaitu:
“Seseorang di masa lalu kurang merasakan cinta dan kasih dari orang-orang di sekitarnya. Ketika merasa tidak dicintai maka ia akan kehilangan keseimbangan mental. Selanjutnya ia mencari pengganti cinta yang hilang itu. Sangat mungkin ia lari ke narkoba atau memilih prilaku negatif seperti gila menonton, gila merokok, menghindari kontak dengan orang lain, atau tidur berjam-jam ”.
Orang yang merasa tidak dicintai/ tidak diterima akan merasa kesepian dan merasa terbuang. Kondisi seperti mengakibatkan gangguan psikologi sehingga ia tidak percaya diri- baik pada diri sendiri maupun pada orang lain.  
h). Pikiran mempengaruhi rasa percaya diri
Percaya diri adalah berbuat dengan penuh keyakinan. Rasa percaya diri adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk maju dan berkembang serta selalu memperbaiki diri. Tanpa rasa percaya diri, seseorang akan hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Dia tidak berani melakukan perubahan sekecil apa pun untuk keluar dari kebiasaan. Jika seorang siswa yang telah belajar dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh namun saat menghadapi ujian ia selalu memikirkan kegagalan akhirnya mempengaruhi rasa percaya dirinya hingga prestasi belajarnya rendah.
Pikiran positif akan membangun rasa percaya diri yang positif, dampaknya kita akan berbuat, berpikir dan berbicara dengan positif. Pikiran negatif juga akan membangun rasa percaya diri yang juga negatif. Jadi pikiran sangat berbahaya karena pikiran bisa menjadi penyebab kegagalan dan juga menjadi pendukung keberhasilan. Pikiran adalah sumber dari percaya diri kita.
i). Pikiran mempengaruhi kondisi jiwa
Cukup banyak orang mengalami gangguan jiwa dan juga sakit jiwa. Itu berawal dari bentuk pikiran yang juga terganggu. Pikiran terganggu karena rasa cemas, takut menghadapi masa depan atau sesuatu yang tidak jelas. Rasa gelisah dan frustasi juga mengganggu pikiran dan menggangu ketenangan jiwa. Meski kita punya banyak harta namun kalau pikiran terganggu maka jiwa terasa tidak tenang. Gangguan jiwa bisa mengganggu tanpa memandang usia dan status. Orang kaya, orang miskin, orang cantik, orang biasa-biasa, pemuka agama, mahasiswa, orang berusia tua atau remaja, semua bisa terganggu jiwa.
j). Pikiran mempengaruhi kondisi kesehatan.
Pikiran juga mempengaruhi kondisi kesehatan. Apa yang dipikirkan oleh jiwa berpengaruh pada seluruh anggota tubuh- terlihat pada ekspresi wajah, gerak tubuh, detak jantung, suhu tubuh, proses bernafas dan tekanan darah yang ikut mengganggu fungsi hati, ginjal, limpa, lambung, paru-paru, dll. Jadi dialog negatif dengan jiwa bisa menyebabkan serangan jantung, pusing, tekanan darah tinggi, melemahnya sistem saraf, mlebarnya kekebalan tubuh, hingga kanker. Pikiran negatif bisa membuat degup jantung kencang, tekanan darah meninggi, napas semakin epat, tubuh gementar, merasa tercekik, berkeringat dingin, dan berbicara terbata-bata.  
Itulah paparan tentang proses kerja pikiran kita. Ada seseorang mengatakan bahwa dirinya gugup dan penyebabnya adalah orang lain. Sebetulnya bukan orang lain penyebabnya melainkan data atau pengalaman negatif yang tersimpan di akal bawah sadarnya. Ketika sejak kecil seseorang terbiasa gugup ketika menghadapi suasana tertentu, dalam kondisi yang sama, maka akal bawah sadarnya akan terbuka. 
Jika seseorang ingin perubahan maka ubahlah file dan isi folder pengalaman terdahulu. Caranya cari proble di masa lalu, kemudian cari penyebabnya dan kemudian kita cari kemungkinan-kemungkinan buat solusi. Selanjutnya kita pahami dengan pikiran, kalau ada penyebab yang membuat kita terluka maka kita maafkan oknum penyebabnya. Demikian demikian inshaAllah ada perobahan melalui alur pikiran kita. Jika perubahan sudah kita lakukan maka perubahan akan terlihat dari luar. Jadi jika kita menghendaki perubahan dalam hidup, maka lihatlah diri sendiri. inshaAllah kita akan menemukan solusi yang kita butuhkan.

Lima Kekuatan Untuk Menunjang Sukses Dalam Belajar



Lima Kekuatan Untuk Menunjang Sukses Dalam Belajar

            Menuntut ilmu dan mendapatkan pengalaman sudah menjadi kebutuhan banyak orang. Dewasa ini banyak pelajar yang memburu sekolah dan perguruan tinggi yang bergengsi (karena kualitasnya). Mereka menuntut ilmu dan berburu perguruan tinggi: pergi kuliah  ke pulau Jawa, universitas yang berlokasi di ibu kota Propinsi sampai kepada tempat kuliah di kota-kota kecil yang juga memiliki universitas, sekolah tinggi, politeknik atau akademi. Sukses kuliah itu ada di mana-mana dan cara untuk memperoleh kualitas pendidikan tentu saja tergantung pada proses pribadi yang kita lakukan.
 Namun ada juga sebagian orang yang berkarakter ikut-ikutan, “orang kuliah maka kita juga kuliah”. Sebahagian dari mereka  mengikuti proses kuliah begitu simple- hanya sekedar  datang, duduk, dengar  dan diam saja di dalam kelas. Sementara itu  di tempat kost aktivitas atau kerja mereka juga simple, yaitu hanya sekeda rutinitas makan, minum, menghafal, menghayal, hura-hura, main game, sampai begadang tidak karuan.  Padahal sang dosen di kampus mungkin pernah berkata:
“Anda sebagai seorang  mahasiswa telah menjadi kaum intelektual dan berfungsi sebagai “agent of change” atau agen perubahan social di tengah masyarakat”.
Tapi kalau  demikian gaya belajar dan gaya hidup  mereka apakah  pantas disebut sebagai agent of change ? Oh tentu saja belum pantas.
Namun tentang prilaku mahasiswa dalam belajar atau kuliah juga bermacam-macam. Tentu saja ada yang rajin dalam mengikuti kuliah. Semua waktu mereka curahkan untuk kegiatan akademik. Tentu saja ada yang hanya sebatas kutu-buku- terbenam dalam tumpukan buku-buku teks- hingga tidak punya kesempatan untuk bergaul. Mereka yang malas bergaul pada akhirnya akan memiliki karakter yang kaku , dingin, serta kurang peka terhadap orang lain. Kelak walau mereka bisa meraih prestasi tinggi dalam pekerjaan namun  mereka akan menjadi orang yang kaku.
            Sebagaimana yang telah kita nyatakan bahwa gaya belajar siswa dan mahasiswa sangat bervariasi. Misal, ada yang bergaya study oriented atau academic oriented. Masa muda mereka dihabiskan hanya untuk berkutat dengan diktat dan buku-buku pelajaran, tujuannya agar bisa memperoleh nilai sempurna pada setiap mata pelajaran. Ada pula yang hanya senang berorganisasi, namun masa bodoh dengan urusan belajar. Ya ujung-ujungnya jadi gagal dalam bidang akademik.
            Selanjutnya  ada  yang telah berkarakter produktif. Yaitu bagi mereka yang telah memiliki agenda hidup- punya banyak aktifitas, mulai dari membaca buku, kuliah/ bersekolah, berolahraga, beribadah sampai merencanakan agenda-agenda hidup lainnya. Namun juga ada yang bengong saja sehingga tidak tahu apa yang mau dikerjakan. Mereka hanya pandai  menghabiskan waktu dalam box warnet-  duduk terpaku di depan komputer untuk bermain game atau kecanduan nonton TV selama ber jam-jam. 
            Memang terasa bahwa saat kita tidak punya aktivitas maka akan sulit bagi kita untuk memulai sebuah aktivitas yang bermanfaat, misalnya mengerjakan tugas sekolah, mencuci pakaian, atau membantu orang tua. Ada gejala penyakit yang sering melanda remaja (pelajar dan mahasiswa), yaitu banyak tidur, boros (buang buang uang terhadap hal  yang tidak perlu),  menganggap sepele terhadap tugas- tugas sekolah, kecanduan talk maniac (gila ngobrol pake HP), gila main game,  dan senang hura-hura.  Namun kita harus berhati-hati, bahwa kebiasaan ini kalau selalu kita biasakan maka akan berubah menjadi karakter kita.
            Gejala yang kita jelaskan tadi bisa menjadi indikasi bahwa seseorang sedang mengalami demotivasi (merosotnya motivasi seseorang). Dan sebetulnya ada beberapa tips untuk mengcounter (mencegah) gejala-gejala demotivasi tersebut:
a). Segera melakukan silaturahmi kepada sahabat dan orang orang yang memiliki
      inspirasai dan motivasi hidup.
b)  Kemudian, bacalah buku-buku untuk penambah semangat hidup atau motivasi.
c) Kalau ingin sukses, maka cobalah membuat agenda hidup- target kegiatan harian,
     mingguan dan bulanan.
d) Juga perlu melakukan hijrah (andai lingkungan menjadi penyebab kemalasan
     kita),
     karena  lingkungan teman yang santai akan juga membuat kita santai.
Untuk itu  kita perlu mencari teman yang smart dalam hidupnya. Kalau demikian, kita perlu mencari komunitas di mana berkumpulnya orang-orang yang punya semangat hidup, produktif dan suka berbagi pengalaman.
            Sebenarnya hidup ini juga dipengaruhi oleh hukum sebab akibat. Hukum sebab akibat tidak hanya ada dalam pelajaran sains, tetapi juga ada dalam pribahasa: siapa yang menanam dia yang akan menuai (memetik). Cepat atau lambat maka  setiap kebaikan yang kita lakukan akan membuahkan hasil.
Kejelekan yang sering kita kerjakan juga akan kembali pada kita. Oleh sebab itu kita perlu  banyak-banyak menanam kebaikan. Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkannya. Ya seperti pepatah dalam bahasa Arab yang berbunyi : man jadda wa jadda- barang siapa yang bersungguh-sunggu akan berhasil.
Dan semua kebiasaan atau karakter yang kita miliki, penyebabnya adalah kita sendiri. Siklus pembentukan karakter tersebut adalah sebagai berikut: Bermula dari pola berpikir, pikiran akan jadi perkataan, perkataan jadi perbuatan, perbuatan jadi kebiasaan, kebiasaan akan menjadi karakter, dan karakter menjadi budaya”.
Tentang kebarhasilan, bahwa kadang-kadang keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh faktor kesempatan. Sebagaimana kita ketahui bahwa  itu kadang kala hanya datang sekali saja. Jadi kalau ada datang kesempatan, maka kita harus memanfaatkannya. Contohnya, ada orang yang sangat jenius, namun mendapatkan nasib yang tidak terlalu bagus. Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak punya antusias dan usaha yang besar untuk mengambil kesempatan yang datang. Untuk itu kita harus mencari kesempatan dan peluang. Kita sendiri juga harus rajin mencari informasi.
            Sekali lagi bahwa di negara kita banyak orang yang cerdas dan memiliki nilai akademik, namun mengapa menjadi pengangguran ?  Penyebabnya adalah akibat gaya belajar yang hanya sekedar  study oriented- pintarnya hanya belajar melulu. Idealnya mereka harus cerdas dalam belajar dan juga cerdas dalam kehidupan. Total learning bisa menjadi solusi bagi kita.
Total learning dapat  kita lakukan  dengan mengembangkan potensi atau kekuatan yang ada pada diri kita. Tulisan yang saya tulis ini terinspirasi oleh training yang diberikan Setia Furqon (2010) untuk memotivasi banyak anak muda- terutama para pelajar dan mahasiswa- catatan training tersebut dijadikannya buku  yang berjudul “Jangan kuliah kalau gak sukses”.
Ia sendiri adalah seorang penulis dan motivator berusia muda. Ia mengatakan bahwa untuk sukses dalam belajar, maka kita memerlukan  lima fondasi dasar sebagai kekuatan kita,  yaitu : kekuatan spiritual, kekuatan emosional, kekuatan finansial, kekuatan intelektual dan kekuatan aksi.
Istilah dari lima kekuatan tersebut dalam bahasa Inggris adalah  spiritual power, emotional power, financial power, intellectual power dan actional power”. Saya akan merefleksikan pemikirannya tentang kiat-kiat sukses dalam belajar, dengan judul: Lima Kekuatan Untuk Menunjang Sukses Dalam Belajar. Pembahasannya sebagai berikut:
            1) Spiritual power
Ini berarti kekuatan spiritual. Bahwa kesuksesan sejati adalah saat kita merasa dekat dengan sumber kesuksesan itu sendiri, yaitu Allah- Sang Khalik. Untuk itu ada beberapa kiat yang dapat kita lakukan agar hidayah/ petunjuk bisa datang. Bahwa hidayah (petunjuk hidup) itu sendiri  harus dijemput, bukan ditunggu. Kemudian kita harus mencari lingkungan yang kondusif, karena sangat sulit bagi kita untuk keluar dari lingkaran kemalasan jika lingkungan itu sendiri mendorong kita untuk jadi pemalas. Untuk mengatasinya, maka  kita bisa hijrah atau pindah kost ke tempat yang mendukung. Kalau sulit untuk pindah kost, maka kita bisa melakukan hijrah melalui perobahan sikap dan pikiran. 
            Untuk memperoleh hidayah,  kita bisa menemukan guru-guru dalam kehidupan. Guru tersebut adalah orang-orang yang akan  memberi  kita inspirasi agar bisa  bangkit setelah kita terjatuh. Sang inspirator kita tidak harus jago dalam ngomong, orang tersebut  bisa jadi sedikit bicara, namun karya dan prilakunya membuat kita termotivasi.
            2) Emotional power
Kekuatan ini (kekuatan emosi) juga dapat kita sebut dengan istilah  kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan ini juga sebagai penentu kesuksesan seseorang. Di dunia ini ada banyak orang-orang cerdas atau jenius dengan IQ di atas rata-rata namun pekerjaanya selalu pada level bawah. Itu terjadi karena kepribadiannya yang kurang disukai atau sulit bersosialisasi. Kecerdasan emosional bisa berkembang, karena ia merupakan akumulasi dari karakter individu, dan dukungan dari faktor lingkungan. Sikap atau karakter sangat penting  dalam membentuk kecerdasan emosi seseorang. Apakah ia berkarakter ramah, gigih dan ulet- adalah contoh dari bentuk emosional power. 
            Karakter adalah ibarat sebuah perjalanan yang panjang. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa karakter adalah akumulasi dari bentuk pikiran, ide yang kita ekspresikan lewat ucapan dan tindakan, kemudian dipoles dengan suasana emosi. Orang lainlah yang  akan melihat kualitas emosional  kita tadi- apakah disana ada unsur “ jujur, peduli, ikhlas, disiplin, dan berani”, atau malah yang terlihat banyak unsure “suka berkhianat, angkuh, boros, cepat bosan dan malas”.
            Emosi itu sendiri dapat dilatih. Beberapa cara untuk melatihnya adalah seperti : tersenyum dengan tulus, bila berjumpa teman ya jabat tangannya dengan penuh antusias. Kalau ngobrol mari kita biasakan untuk mendengar orang terlebih dahulu. Kita perlu ingat bahwa tidak bijak untuk membuat orang tersinggung. Kalau kita sedang ngobrol maka kita usahakan untuk  menatap mata lawan bicara sebagai tanda bahwa kita sedang serius dan ia juga akan  merasa dihargai. Kita juga harus ingat dan tahu dengan nama lawan bicara kita.
            3) Financial power
Financial power  berarti kekuatan dalam hal keuangan. Bahwa kita harus memiliki kekuatan keuangan agar bisa sukses dalam studi. Namun  banyak orang  menganggap bahwa uang bukanlah hal yang  utama- mereka takut dikatakan sebagai orang yang matre (mata duitan).  Paling kurang ada dua karakter orang berdasarkan pendekatan ekonomi atau keauangan. Ada  orang bermental miskin dan orang bermental kaya.
Karakter orang bermental miskin adalah mereka yang menginginkan hasil sesuatu yang serba instan, lebih banyak membeli barang yang konsumtif, tidak mau berubah, dan senang mengandalkan bantuan orang lain. Mereka juga  berkarakter  suka  menerima,dan kalau belajar hanya untuk mengejar nilai yang bagus. Sementara itu orang yang bermental kaya adalah mereka yang karakter terbiasa menyukai  proses. Dalam shopping ya lebih suka membeli barang yang produktif. Selanjutnya ia (mereka) bersifat kreatif, mandiri, senang memberi, dan dalam belajar/ kuliah bertujuan  untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
            4) Intelectual Power
Kemudian lain yang harus kita miliki adalah “intelektual power”. Bahwa otak kita sedikit banyak juga harus memahami tentang keberadaan otak. Otak kita  membutuhkan waktu istirahat yang cukup agar ia  bisa beroperasi secara optimal. Maka kita perlu untuk bisa memperoleh tidur yang nyenyak, karena  sangat berguna untuk kesehatan otak. Salah satu fungsi otak adalah membantu kita dalam memahami apa yang kita amati dan yang kita tiru.
5) Actional Power
Ini berarti kekuatan bertindak. Seorang pemuda (siswa atau mahasiswa) yang menjadi atlit sepak bola menghabiskan puluhan jam untuk membaca buku sepak bola, tentu saja susah baginya untuk menjadi sepak bola yang sejati. Kecuali kalau ia memang sangat rajin dalam latihan menendang bola. Karena praktek menendang bola lebih berarti dari pada hanya membaca buku teori tentang bermain sepak bola.
Dikatakan bahwa orang Jepang bisa menjadi cerdas karena punya kebiasaan mengamati, meniru dan memodifikasi. Bangsa Jepang bukanlah bangsa yang mula-mula menemukan  kendaraan roda dua dan roda empat. Namun mereka adalah bangsa yang  gigih dalam meniru-melakukan atau karena memiliki action power- dan memodifikasi penemuan bangsa lain. Budaya senang meniru dan senang memodifikasi tersebut  telah membuat Jepang sebagai negara produsen mobil terbesar di dunia. Negara Jepang pada mulanya mengamati dan  meniru serta  memodifikasi mobil Ford buatan Amerika dan mobil buatan negara lainnya. Jepang  memodifikasinya  hingga bisa menjadi mobil yang cantik, seksi dan hemat bahan bakar.
            Jadi dapat dikatakan bahwa sekarang kita perlu menjadi cerdas, cerdas dalam belajar dan juga cerdas dalam hidup.  Untuk  bisa cerdas atau  berhasil dalam  hidup ini maka kita memiliki dan memperdayakan lima kekuatan yaitu action power, financial power, spiritual power, intellectual power, dan emotional power. Dengan demikian pelajar dan mahasiswa yang bakal sukses itu adalah mereka yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosi, kecerdasan dalam bersikap/ aksi dan memiliki dukungan keuangan- biar pas-pasan namun bisa menunjang studi.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...