Selasa, 15 Mei 2018

PENGALAMAN TERBAIK IMPLEMENTASI “HOTS MELALUI QUESTIONING THROUGH QUESTION CHART” DALAM PEMBELAJARAN READING COMPREHENSION


Pengalaman Terbaik IMPLEMENTASI “HOTS melalui Questioning Through Question Chart” dalam Pembelajaran Reading Comprehension



Disajikan Pada
Lomba Penulisan Best Practice Guru
Dalam Tugas Pembelajaran di Sekolah


Oleh
Drs. Marjohan, M.Pd
NIP. 196503221989031004
Guru Matapelajaran Bahasa Inggeris
SMAN 3 Batusangkar- Kab. Tanah Datar





BIDANG PEMBINAAN SMA
DINAS PENDIDIKAN PROPINSI SUMATERA BARAT

TAHUN 2018


Lembaran Pengesahan


   Naskah Laporan Pengalaman Terbaik (Best Practice) ini
Judul   :  Pengalaman Terbaik Implementasi “HOTS melalui Questioning Through
                Question Chart” Dalam Pembelajaran Reading Comprehension
Penulis :  Drs. Marjohan, M.Pd
Jabatan            :  Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggeris
                SMA Negeri 3 Batusangkar
                Kabupaten Tanah Datar
                Provinsi Sumatera Barat
            Benar-benar merupakan karya asli saya dan tidak merupakan plagiasi. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.


Mengetahui:
Kepala SMAN 3 Batusangkar                                                 Penulis



(Diwarman, S.Pd,. M.Si)                                                 (Drs. Marjohan, M.Pd)
NIP. 196411111989031007                                           NIP.196503221989031004


KATA PENGANTAR

Bahasa Inggeris adalah salah satu matapelajaran yang harus diajarkan sejak dari bangku SLTP hingga perguruan tinggi, malah ada yang mengajarkannya sejak bangku sekolah dasar. Kualitas pengajaran Bahasa Inggeris selali dievalusi setiap tahun. Pada beberapa daerah dan juga beberapa sekolah telah memberikan hasil yang sinifikan dan sangat baik. Begitu pula untuk di SMAN 3 Batusangkar, tempat penulis bertugas.
Secara umum bahwa tujuan belajar adalah agar para siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa yang sedang dipelajari, misalnya dalam Bahasa Unggeris. Adalah fenomena bahwa cukup banyak siswa yang telah belajar keras dan memiliki skor yang tinggi. Namun dalam kenyataan mereka belum mampu untuk menggunakannya secara aktif, hanya baru sebatas teori. Ini juga dialami oleh siswa penulis sendiri Namun penulis selalu mencari solusinya, dan ditulis kedalam bentuk Best Practice atau Pengalaman Terbaik yang pernah dilakukan.
Best Practice ini berjudul: Pengalaman Terbaik Implementasi HOTS melalui Questioning Through Question Chart  Dalam Pembelajaran Reading Comprehension. Sekaligus Best Practice disajikan pada lomba penulisan Best Practice Guru  Dalam Tugas Pembelajaran di Sekolah, yang diselenggarakan oleh Bidang Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Propinsi Sumatra Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Diwarman, S.Pd,.M.Si, sebagai Kepala Sekolah, yang selalu memberi dorongan bagi penulis. Juga ucapan terimakasih pada teman-teman majlis guru, dan teristimewa istri dan dua orang anak penulis.
Tidak ada gading yang tidak retak. Best Practice tentu saja masih punya kelemahan, maka saran dari pembaca ditunggu pada email: marjohanusman@yahoo.com. Moga-moga Best Practice ini bermanfaat.
                          
                                                                               Batusangkar, April, 2018
                                                                               Marjohan, M.Pd


Daftar Isi

Lembaran Pengesahan.....i                                                                                         
Kata Pengantar....ii
Daftar Isi.......iii
A. Latar Belakang..............1
B. Masalah.................3
C. Cara Penyelesaian Masalah.........4
1) Guru Perlu Melakukan Refleksi.....4
2) Persiapan dan Implementasi...............6
D. Simpulan dan Rekomendasi....8
1) Simpulan.....8
2) Rekomendasi....8
E. Pelajaran Yang Diperoleh................9
1). Intisari Pengalaman Terbaik......9
2) Tingkat Pertanyaan HOTS.....10
F. Daftar Pustaka.....11
Biografi Penulis.....12
Lampiran-lampiran....14


Pengalaman Terbaik Implementasi HOTS melalui Questioning Through Question Chart  Dalam Pembelajaran Reading Comprehension
Oleh Drs. Marjohan, M.Pd
SMAN 3 Batusangkar- Kab. Tanah Datar
A. Latar Belakang
Propinsi Sumatera Barat memperoleh peringkat HDI-human Development Index (BPS Indonesia 2010) pada posisi 9 dari 34 propinsi di Indonesia. Ini adalah posisi yang cukup bagus.  Peningkatan dan perbaikan pada sektor pendidikan telah memberikan dampak positif untuk masyarakat di daerah ini. Pemerintah daerah kotamadya/kabupaten dan para stakeholder di bidang pendidikan selalu memikirkan terobosan, misalnya dengan mendirikan sekolah model atau sekolah pelayanan keunggulan. Ini juga terjadi untuk Kabupaten Tanah Datar, dimana daerah ini mendirikan sekolah pelayanan keunggulan, yaitu SMA Negeri 3 Batusangkar (lihat lampiran 1, gedung SMAN 3 Batusangkar).
Sekolah ini didirikan di akhir tahun 2004. Sekolah ini dirancang sebagai pioneering school oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar. Sekolah ini bebas rayon, semua lulusan SLTP (SMP dan MTs) yang memenuhi persyaratan boleh mendaftar ke sekolah ini. Persyaratan rekruitmen ke sekolah ini adalah mengikuti test tertulis (Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggeris) dan juga sejumlah wawancara, termasuk wawancara dalam Bahasa Inggeris. Tentu saja calon siswa yang memenuhi kuota yang ditetapkan oleh sekolah ini.
Data yang diperoleh dari kantor TU SMAN 3 Batusangkar menunjukan bahwa skor rata-rata UN Bahasa Inggeris siswa SLTP yang tercatat menjadi siswa baru SMAN 3 Batusangkar tahun akademik 2016/2017 adalah 8, 15. Ini berarti bahwa input Bahasa Inggeris mereka cukup bagus. Namun walau skor Bahasa Inggeris UN mereka cukup tinggi, ini belum lagi mencerminkan kemampuan berbahasa Inggeris aktif mereka. Soal ujian UN Bahasa Inggeris hanya terfokus pada kemampuan reading comprehension siswa, dan belum mengukur kemampuan  speaking, writing dan listening mereka. Jadi belum mencerminkan kemampuan Bahasa Inggeris mereka secara total.
Dari observasi dan wawancara penulis dengan masyarakat sekitar dan para orangtua diketahui bahwa mereka yakin siswa SMAN 3 Batusangkar sudah memiliki kemampuan berbahasa Inggeris. Namun ketika penulis (sebagai guru Bahasa Inggeris di sekolah ini) mengundang teman-orang asing (tourist)- ke sekolah ini dan berharap para siswa bisa berkomunikasi- bertukar pikiran- satu sama lain dengan orang asing tersebut. Dalam keyataannya para siswa terlihat canggung dan kurang mampu berkomunikasi secara aktif. Mereka terlihat malu, ragu-ragu dan tidak puya rasa percaya diri (lampiran 2, mengundang orang asing ke sekolah). 
Selain itu, di perpustakaan sekolah ini juga tersedia English authentic materials seperti novel, buku-buku cerita dan majalah berbahasa Inggeris. Tetapi terlihat para siswa tidak antusias untuk membacanya. Di sini muncul assumsi penulis bahwa para siswa punya problem dengan membaca pemahaman Bahasa Inggeris. Ini mungkin dampak negatif dari keterampilan berfikir mereka yang masih tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skills (LOTS). Dengan kata lain ini sebagai dampak pembelajaran yang jauh dari penerapan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).
HOTS musti diimplementasikan dalam pengajaran Bahasa Inggeris. HOTS sebagaimana dijelaskan oleh Thomas dan Thorne (2009) yaitu sebagai keterampilan berfikir yang melebihi dari sekedar menghafal fakta-fakta dan konsep. HOTS memerlukan para siswa untuk berbuat sesuatu tentang fakta sosial  atau fakta alam. Para siswa seharusnya mampu memahami, menganalisa, mengelompokan, memanipulasi, menciptakan cara-cara baru yang kreatif, dan menerapkannya dalam menemukan solusi atas masalah baru.
Guru Bahasa Inggeris juga harus kenal dengan strategi belajar bahasa Inggeris yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi para siswa. Berikut ini adalah beberapa strategi pengajaran yang mampu meningkatkan HOTS para siswa, yaitu seperti: Encourage Questioning, Connect Concepts, Teach Students to Infer, Use Graphic Organizers, Teach Problem-Solving Strategies, Encourage Creative Thinking, Use Mind Movies, Teach Students to Elaborate Their Answers, Teach QARs (Question-Answer-Relationships), and Questioning Through Question Chart (Abeera P. Rehmat, 2015).

B. Masalah
Permasalahan siswa SMAN 3 Batusangkar yang berhubungan dengan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggeris dapat digambarkan seperti tabel di bawah:
Tabel.1: Permasalahan Siswa SMAN 3 dengan
            Kemampuan Berkomunikasi dalam Bahasa Inggeris.
Input
Fenomena
Faktor Penyebab
- Calon siswa diseleksi
  dengan baik.

-UN Bahasa Inggeris
 SLTP bagus, 8.15
- Kurang percaya diri
  dalam berkomunkasi
  berbahasa Inggeris.

- Tidak tertarik dengan
   materi authentic
   berbahasa Inggeris
- Pembelajaran banyak
  bernuansa LOTS.

- Rendah motivasi
  berkomunikasi
- Kurang berani dalam
  Berekspresi
Tabel.1 di atas menunjukan tentang problem siswa SMAN 3 Batusangkar yang mana mereka kurang percaya diri dalam berkomunkasi berbahasa Inggeris, tidak tertarik dengan materi authentic berbahasa Inggeris. Faktor penyebabnya adalah pembelajaran banyak bernuansa LOTS, rendahnya  motivasi berkomunikasi dalam bahasa Inggeris dan kurang berani dalam berekspresi. Padahal sekolah ini punya input yang bagus, yaitu calon siswa diseleksi dengan baik dan UN Bahasa Inggeris SLTP mereka juga cukup bagus, 8.15.
Lower Order Thinking Skills (LOTS) atau keterampilan berfikir tingkat redah hanya membuat siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan faktual, jawabannya hanya satu. Biasanya jawaban tersebut berupa sesuatu yang dapat ditemukan langsung di buku atau hapalan, seperti pertanyaan “Siapa? Kapan? Dimana?”  
Agar siswa bisa menjadi berani dan mampu mengekspresikan pikiran, maka digunakan Higher Order Thingking Skills- HOTS. Kemampuan HOTS akan membuat siswa mampu menyampaikan gagasan secara argumentatif, logis, dan percaya diri, baik secara lisan, tulisan dan action (tindakan). Kata kunci pertanyaan untuk HOTS adalah seperti “mengapa, bagaimana caranya, berikan alasan, dengan cara apa, harus bertindak bagaimana, seandainya, dan lain-lain”.


C. Cara Penyelesaian Masalah
1) Guru Perlu Melakukan Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah maju (lihat lampiran 3, proses PBM di Sekolah maju) yang sudah mampu menghasilkan siswa yang unggul pada umumnya menerapkan pendekatan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Proses berfikir sebagaimana digambarkan oleh Dewey (1933), bahwa berfikir adalah rangkaian peristiwa berurutan. Proses produktif ini bergerak dari refleksi ke penyelidikan, kemudian ke proses pemikiran kritis yang, pada gilirannya, mengarah pada kesimpulan. Berpikir tidak terjadi secara spontan tetapi harus "dibangkitkan”  melalui problem dan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan.
Penulis menyadari bahwa siswa penulis yang sedang menuntut ilmu di SMAN 3 Batusangkar, seperti diyakini oleh masyarakat Kab. Tanah Datar sebagai sekolah unggul dan siswanya juga unggul. Untuk bahasa Inggeris mereka juga dianggap jago. Ternyata hanya jago dalam menguasai teori yang sebatas dipelajari dalam kelas. Mereka secara umum belum mampu membuktikan “jagonya” secara applikasi, misalnya berkomunikasi langsung dalam bahasa Inggeris dengan percaya diri dan berani.
Sebagai guru, penulis tidak boleh apatis, menutup diri, atau cepat merasa puas dengan skor Bahasa Inggeris siswa yang tertera pada kertas atau atas prestasi yang hanya diraih oleh segelintir siswa. Maka penulis selalu membuka diri, melakukan refleksi dan menemukan solusi. Penulis membaca banyak referensi dari pserpustakaan, membeli buku dan juga dari cyber.
Di dunia ini ada 11 negara yang terbaik sistem sekolahnya, yaitu Jepang, Barbados, Selandi Baru, Estonia, Irlandia, Qatar, Belanda, Singapura, Belgia, Swiss dan Findlandia. Rahasia negara tersebut mengapa sistem pendidikan negara mereka terbaik, adalah karena literasi, sains, dan matematiknya terbaik. Kemudian sekolah menciptakan tradisi pembelajaran seumur hidup dan proses pembelajaran yang unggul- yaitu kreatif, inovasi dan memberi pelayan unggul, dan tentu saja pembalajaran juga bernuansa HOTS (Oscar William Grut, 2016 ).
            Pendidikan Indonesia secara umum, dan lembaga pendidikan di sekitar kita secara khusus, juga akan bisa menciptakan para siswa yang berkualitas, memiliki tingkat pemikiran yang tajam. Tentu saja kalau para guru dan stakeholder pendidik fokus pada peningkatan literasi, sains dan matematika, kemudian membudayakan belajar seumur hidup. Tidak selalu terfokus pada pembelajaran berbasis LOTS (lihat lampiran 4, pertanyaan yang pro pada HOTS). Malahan juga membiasakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Higher Order Thinking Skills-HOTS.
Ada beberapa strategi atau model pembelajaran yang bisa kita terapkan dalam mengimplementsi HOTS (lihat lampiran 5, suasana kelas berbasis LOTS), salah satunya PBM dengan strategi questioning through qustion list, sebuah strategi belajar dengan implementasi keterampilan berfikir tingkat tinggi. Pertanyaan-pertanyaan dalam PBM juga harus menggugah berfikir tingkat tinggi para siswa. Pertanyaan yang mungkin diterapkan untuk strategi ini adalah “how, what is the way...,give your reason, what is your idea about..., what is your action if you see..., if you were the figure what will you do?, why..., etc, etc”(lihat lampiran 4, pertanyaan yang pro pada HOTS).
Setelah melakukan refleksi atas masalah pembelajaran berbahasa Inggeris maka penulis menemukan cara penyelesaian masalahnya. Ini dapat diungkapkan ke dalam tabel berikut:
Tabel.2: Cara Penyelesaian Masalah Pembelajaran Bahasa Inggeris
Problem
Solusi
Hasil yang di harapkan
- Kurang percaya diri
  dalam berkomunkasi
  berbahasa Inggeris.

- Tidak tertarik dengan
   materi authentic
   berbahasa Inggeris
- Pemberian strategi
  mengajar dengan
  pendekatan HOTS.

- Memberi motivasi
- Memberi bimbingan
   khusus lainnya.
Siswa punya argumen, lebih terampil dalam berkomunikasi. Siswa penulis menjadi lebih aktif dan mampu memecahkan masalah
            Dari tabel.2 di atas diketahui bahwa problem siswa SMAN 3 Batusangkar dan pembelajaran Bahasa Inggeris yaitu kurang percaya diri dalam berkomunkasi  berbahasa Inggeris, tidak tertarik dengan materi authentic berbahasa Inggeris. Solusi yang bisa diberikan adalah seperti pemberian strategi mengajar dengan pendekatan HOTS, memberi motivasi dan memberi bimbingan khusus lainnya. Kemudian hasil yang diharapkan adalah siswa punya argumen, lebih terampil dalam berkomunikasi. Siswa penulis menjadi lebih aktif dan mampu memecahkan masalah.
Berdasarkan paparan di atas maka penulis bermaksud untuk menulis Best Practice yang lebih spesifik untuk kemampuan membaca, dengan judul “Pengalaman Terbaik Implementasi HOTS melalui Questioning Through Question Chart Dalam Pembelajaran Reading Comprehension.

2) Persiapan dan Implementasi
            Aktifitas pembelajaran untuk meningkatkan HOTS siswa melaui Questioning Through Question Chart untuk keterampilan membaca memerlukan tahap persiapan dan implementasi. Yaitu sebagai berikut:
a) Persiapan:

1.
Mempersiapkan satu paket petunjuk reading comprehension.

-
Membagi siswa atas beberapa kelompok, satu kelompok untuk sekitar 4-5 siswa yang kemampuan membaca mereka sama tinggi/berimbang.
2.
. Mengumpulkan 5-7 copy (buku) dari satu jenis reading text bahasa Inggeris.

-
Memastikan bahwa setiap siswa sudah memiliki masing-masing copy reading text.
3.
Menciptakan berbagai macam pertanyaan untuk pra-membaca (pre-reading)

-
Siswa harus dapat memperkirakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan melihat cover depan dari buku bahasa Inggeris

-
Contoh pertanyaan adalah seperti, what do you think the story will be about? Or who do you think the main characters of  the story are? 

-
Tuliskan setiap pertanyaan pada kartu petunjuk yang terpisah
4.
Membuat bagan pertanyaan.

-
Judul bagan ini bisa  seperti“I Wonder…” dan the headings-nya, “Who, What, Where, When Why, and How” harus muncul di bagian atas halaman
5.
Kumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh siswa.

-
Misalnya, kertas tempelan, pensil, papan tulis mini, dan spidol yang bisa dihapus tintanya.
b). Penerapan:
1.
Ajukan pertanyaan pre-reading

-
Mintalah siswa menggunakan text cover buku yang mereka miliki sebagai petunjuk dan tulis tanggapan mereka pada papan tulis (bisa jadi pada papan tulis mini).
2.
Undanglah siswa untuk berbagi dan menilai respon-respon mereka.
3.
Perkenalkan bagan pertanyaan.

-
Tarik perhatian siswa untuk berbagai kategori pertanyaan dan berikan contoh pertanyaan untuk setiap kategori.
4.
Undanglah siswa untuk mulai membaca beberapa halaman pertama dari cerita secara mandiri dan ajukan pertanyaan-pertanyaan ketika mereka membaca.

-
Mintalah siswa menulis setiap pertanyaan pada kertas tempel yang terpisah dan kemudian tempelkan kertas tempel di bawah judul yang sesuai pada bagan pertanyaan.

-
Misalnya, pertanyaan yang mengandung frase “what…” harus ditempelkan di bawah judul “what”.
5.
Minta siswa berhenti membaca setelah mereka semua membaca beberapa halaman pertama dari cerita dan undang mereka untuk berbagi beberapa pertanyaan yang mereka hasilkan.
6.
Mintalah siswa melanjutkan membaca cerita secara mandiri dan dorong mereka untuk menjawab pertanyaan yang dihasilkan.

-
Undanglah siswa untuk mengeluarkan kertas tempel dan tuliskan jawaban di bawah pertanyaan atau tulis jawabannya pada kertas tempel yang terpisah dan tempelkan pada pertanyaan yang sesuai pada bagan.
7.
Gilirkan sambil siswa menyelesaikan kegiatan dan minta setiap siswa untuk berbagi dan menilai respon-respon mereka.
            Pengalaman pembelajaran melalui strategi di atas, bahwa para siswa terlihat lebih aktif, mereka duduk dalam kelompok masing-masing.       Pembelajaran dengan strategi ini membuat para siswa lebih dinamis, tidak kaku dan malu. Jadinya strategi HOTS tersebut memang membuat siswa aktif.

D. Simpulan dan Rekomendasi
1) Simpulan
Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:  menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik & Rudnick, 1999). Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis  dan berfikir kreatif)  yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi  atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang harus dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Inggeris. Penulis menerapkan strategi “Questioning Through Question Chart”.
            Kesimpulan dari pengalaman terbaik (best practice) yang penulis implementasikan dengan judul: implementasi Questioning Through Question Chart dalam pembelajaran reading comprehension telah memberikan dampak yang cukup significant dalam meningkatkan percaya diri dan keberanian siswa, kemudian keterampilan berfikir tingkat tinggi (HOTS) dalam membaca juga terlihat meningkat. Penulis sering menyuguhkan teks reading yang cukup panjang (3 halaman) dan mereka jarang terdengar mengeluh “wah teksnya terlalu panjang, pak!!!” Mereka malah menikmati isi bacaan teks sambil belajar dengan gembira.

2) Rekomendasi
            Best practice yang penulis susun ini sangat layak dan mendapat perhatian dari rekan-rekan guru Bahasa Inggeris. Penulis memberi rekomendasi agar strategi “Questioning Through Question Chart” bisa diterapkan dalam PBM Bahasa Inggeris, apakah untuk speaking atau reading. Ini berguna agar para siswa bisa memiliki HOTS.
Sebenarnya selain strategi Questioning Through Question Chart ada strategi-strategi lain yang juga bisa meningkatkan HOTS siswa seperti Instructional Communications, Scaffolding, Learning and Thinking Strategies, Direct Instruction, dll. Berharap kalau siswa telah memiliki HOTS yang baik maka mereka akan punya argumen, lebih terampil dalam berkomunikasi. punya percaya diri, dan menyukai bahasa Inggeris seutuhnya.  

E. Pelajaran Yang Diperoleh (Lesson Learned)
1). Intisari Pengalaman Terbaik
            Tentu saja ada pembelajaran yang diperoleh. Strategi Questioning Through Question Chart untuk kemampuan membaca pemahaman berdampak pada peningkatan HOTS siswa. Ini seperti digambarkan dalam tabel.3 di bawah:
Tabel.3: Intisari Pengalaman Terbaik Guru
Permasalahan terindefikasi
Kegiatan nyata yang telah dilakukan dan dinyatakan sebagai pengalaman terbaik
Hasil kegiatan berupa Best Practice
Siswa yang menjadi peserta didik SMAN 3 Batusangkar, telah diseleksi dengan baik, skor UN Bahasa Inggris mereka juga cuup tinggi, 8.15 namun sebagai fenomena mereka terlihat takut, malu dan kurang percaya diri dalam  menggunakan bahasa Inggeris termasuk membaca authentic English materials yang ada di perpustakaan
Guru menerapkan strategi pembelajaran Questioning Through Question Chart untuk reading comprehension.

Juga lebih sering mengimplementasikan pertanyaan yang bersifat HOTS seperti “Based on your readings, what can you conclude about ________ ? What was the author's point of view? Solve a logic puzzle”
Percaya diri siswa meningkat, pertanyaan dan jawaban yang dibuat siswa lebih mendalam.

Keaktifan dan partisipasi belajar mereka lebih terlihat
Dalam tabel.3 di atas terlihat intisari pengalaman terbaik penulis (sebagai guru di SMAN 3 Batusangkar). Dalam tabel terlihat permasalahan terindefikasi, kemudian Kegiatan nyata yang telah dilakukan dan dinyatakan sebagai pengalaman terbaik dan selanjutnya Hasil kegiatan berupa Best Practice.
Belajar dengan strategi bisa membuat siswa memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi akan membetuk  SDM siswa yang terampil dan berkualitas. Higher-Order Thinking Skills (HOTS) merujuk pada ketrampilan berpikir kritis, kemampuan menyusun strategi dan pemecahan masalah. Adapaun keterampilan berpikir kritis termasuk kemampuan untuk berpikir kreatif, membuat keputusan, memecahkan masalah, menganalisa, dan meng-enterpretasikan.
Pembelajaran di kelas yang berorientasi HOTS merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan kognitif, sehingga siswa tidak hanya diajari apa yang harus dipikirkan (what), melainkan mengapa dan bagaimana berpikir (why and how). Pengajaran dengan pendekatan HOTS tidak dapat dikembangkan terpisah dengan mata pelajaran melainkan dengan mengintegrasikannya dalam pengajaran materi yang disampaikan melalui proses pembelajaran.

2) Tingkat Pertanyaan HOTS
            Pelajaran lainnya yang bisa diperoleh adalah juga tetang HOTS- Higher Order Thinking Skills. Salah satu untuk meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa tentu saja dengan meningkat frekuensi penggunaan pertanyaan berkategori HOTS. Menurut taxonomi Bloom (lihat lampiran 6, taxonomy Bloom), Pertanyaan kategori HOTS adalah pada level analisis, sistesis dan level evaluasi (Suyadi, 2013).
a) Pertanyaan analisis, siswa diminta berpikir kritis untuk mengidentifikasi masalah, membuktikan dan menarik kesimpulan. Biasanya, pertanyaan ini diawali dengan kalimat tanya mengapa.
b) Pertanyaan sintesis, pertanyaan yang membutuhkan jawaban berdasarkan pemikiran mendalam, gagasan tersebut berupa prediksi, ramalan atau model sederhana. Contoh frase pertanyaan untuk ini: “Apa yang akan terjadi jika...?, Bagaimana meningkatkan...?”
c) Pertanyaan evaluasi, pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan cara menilai atau berpendapat sesuai dengan pandangan masing-masing. Contoh frase pertanyaan untuk ini: “Menurut pendapat anda, mana yang....?, Apa yang anda ketahui tentang....?”.
Itulah paparan best practice yang penulis miliki. Moga-moga pengalaman terbaik ini (best practice) juga akan menjadi pengalaman terbaik rekan-rekan guru yang lain. Tentu saja best practice masih punya kekurangan dan selalu butuh perbaikan.

F. Daftar Pustaka
Abeera P. Rehmat (2015). Engineering the Path to Higher-Order Thinking in
            Elementary Education: A Problem-Based Learning Approach for STEM
            Integration. Las Vegas: University of Nevada- UNLV
            (https://pdfs.semanticscholar.org/)

 

Dewey, J. (1933). How we think: A restatement of the relation of reflective

thinking to the educative process. Boston: D. C. Heath and Company.

 

Krulik & Rudnick, (1999). Innovative Tasks To Improve Critical And Creative

Thinking Skills. Dalam Developing Mathematical Reasoning in Grade K-12. Stiff. L.V dan Curcio FR ED. 1999 Yearbook NCTM, Reston, Virginia (http://repository.upi.edu/7814/6/d_mat_0707026_bibliography.pdf)

 

Oscar William Grut (2016 ). The 11 best school systems in the world. London:

Independent (https://www.independent.co.uk/news/education/11-best  

school-systems-in-the-world-a7425391.html).

 

Suyadi. (2013). Strategi Pemebelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

 

Thomas, A. dan Thorne, G., (2009). How to Increase Higher Order Thinking:

 http://www.cdl.org/articles/how-to-increase-high-orderthinking.



Biografi Penulis

Marjohan, M.Pd, Guru SMA Negeri 3 Batusangkar,  Program Pelayanan Keunggulan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Dia mengikuti seleksi tenaga kependidikan dan tercatat sebagai peraih “Peringkat 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional 2012” dan penerima penghargaan Satyalencana Pendidikan dari Presiden RI. Ia menulis berbagai judul artikel yang diterbitkan pada  koran Singgalang, Serambi Pos, Haluan dan Sripo (Sriwijaya Post).
             Pernah menulis pada jurnal Spelelogie (Perancis). Dia sempat  menjadi seorang pemandu wisata (West Sumatra Tourism Guide). Dia telah melakukan kunjungan pendidikan ke Australia, Singapura dan Malaysia, Thailand dan dan perjalanan ibadah  ke Arab Saudi. Marjohan telah  menulis  dan menerbitkan sejumlah buku dengan judul:
            - School Healing- Menyembuhkan Problem Sekolah (Pustaka Insan
              Madani, Yogyakarta, 2009).
            - Generasi Masa Depan- Memaksimalkan Potensi Diri Melalui
              Pendidikan (Bahtera Buku, Yogyakarta , 2010).
            - Tuntutlah Ilmu Hingga ke Negeri Prancis (Diva Press,
              Yogyakarta, 2012).
            - Akhirnya Kutaklukan Kampus Jerman (Diva Press, Yogyakarta, 
               2012).
            - Budaya Alam Minangkabau (Citra Pustaka,Solo,  2012).
            - Pengalaman Meraih Guru Berprestasi Selangit  (Diva Press,
              Yogyakarta, 2013).
            - Berguru Di Negeri Jepang (Diva Press, Yogyakarta , 2013).
            - Melbourne Memang Dahsyat (Diva Press, Yogyakarta , 2013).
            Marjohan  menikah dengan Emi Surya, dan memiliki dua orang anak- Muhammad Fachrul Anshar dan Nadhila Azzahra. Ia juga tertarik dengan travelling dan tulisan-tulisan serta foto-foto kegiatan Marjohan yang lain dapat diakses pada Blogger
http://penulisbatusangkar.blogspot.com, dan ia dapat dihubungi melalui email: marjohanusman@yahoo.com.


Selasa, 20 Maret 2018

Sukses Edukasi Findlandia Sebagai Cermin Akademik Bagi Indonesia


https://www.express.co.uk/life-style/top10facts/740124/Top-ten-facts-Finland-trivia-Finnish-Independence-Day

Sukses Edukasi Findlandia Sebagai Cermin Akademik Bagi Indonesia
Oleh: Marjohan, M.Pd (Guru SMAN 3 Batusangkar)

Lynnell Hancock menulis tentang mengapa pendidikan Findlandia bisa sukses. Dia menceritakan sebuah peristiwa kecil pada hari-hari terakhir di semester kedua di Sekolah Komprehensif Kirkukjarvi (Kirkukjarvi Comprehensive School) di Espoo, sebuah kota kecil di pinggiran  kota Helsinki. Seorang guru, Kari Louhivuori, memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda menurut standar pendidikan Finlandia. Yang mana salah seorang muridnya di SD yang telah lama putus sekolah di ajak lagi untuk datang ke sekolah. Hatinya terpanggil untuk melayani siswa yang kurang beruntung tersebut dan dengan tulus memberi bimbingan belajar secara khusus.
Siswa tersebut bisa diberi julukan (label) sebagai anak yang pemalas. Namun tentu saja kita tidak boleh mencela anak yang punya masalah dalam belajar sebagai anak yang pemalas. Maka apa yang di lakukan oleh Kari Louhivuori merupakan karakter ideal dan ketulusan seorang guru. Dia selalu tergugah untuk mendidik, membimbing dan menemani sang siswa untuk bisa tumbuh secara wajar dan berkembang kualitas pribadinya. Karakter positif begini ternyata dilakukan oleh banyak guru Findlandia hingga berkontribusi dalam meningkatkan pendidikan negara ini.  
Di tahun 1980-an, saya (penulis) belum banyak mendengar tentang Findlandia sebagai negara yang unggul dalam bidang pendidikan. Saat itu negara yang menonjol dalam bidang edukasi adalah seperti Perancis, Inggris, Jepang, Amerika, Kanada, dan beberapa negara lain. Sementara Findlandia lebih terkesan sebagai sebuah negara kecil, dekat kutub utara yang pasti selalu memiliki suhu yang dingin. Namun sekarang negara ini telah menjadi sebuah negara yang sangat terkemuka dalam bidang pendidikan di dunia.  
Kualitas akademik Finlandia telah jauh meningkat, terutama dalam kemampuan membaca, matematika dan literasi sains. Ini terjadi karena para guru dipercaya untuk melakukan apa pun untuk mengubah kehidupan generasi mudanya. Kalau begitu bagaima strategi sukses negara ini dalam meningkat kemampuan literasi membaca para siswa mereka?
Pirjo Sinko  yang bekerja pada Badan Pendidikan Nasional Findlandia (Finnish National Board of Education) memaparkan tentang faktor-faktor utama mengapa skor reading literacy Findlandia begitu bagus. Masyarakat Findlandia sangat mendukung aktivitas membaca, jadinya sekolah dan guru tidak sendirian.
Perpustakaan Findlandia memiliki sistem perpustakaan terbaik di dunia. Perpustakaan merupakan lembaga kebudayaan yang paling disukai oleh masyarakat, warga merasa dekat dengan Perpustakaan. Ibarat kedekatan hati orang Islam dengan mesjid, atau pemeluk agama lain dengan rumah ibadah mereka. Karena itu jumlah buku-buku yang dipinjam dari perpustakaan umum dan juga jumlah buku-buku baru buat anak-anak dan para remaja begitu tinggi. Kaum wanita sendiri merupakan pembaca buku yang sangat antusias dan mereka begitu memahami pentingnya membaca buku.
Umumnya rumahtangga Findlandia berlangganan, paling kurang, satu koran. Nah bagaimana dengan rumahtangga di negara kita ? Jelas bahwa kita belum punya budaya dan rasa butuh untuk berlangganan koran. Kemudian bahwa program TV asing tidak didubbing dengan bahasa melainkan menggunakan subtitles. Ini berguna dalam meningkatkan rutinitas membaca anak-anak.
Di Findlandia, bahwa selalu ada kegiatan menceritakan kisah-kisah menjelang tidur (bed-time stories) buat anak-anak. Kegiatan ini sangat penting hadir dalam keluarga. Dengan demikian warga Findlandia sangat menilai tinggi pada aktivitas membaca dan sekaligus dalam mencintai bahasa nasional. Beginilah cara-cara mereka dalam membuat literatur tersebut selalu hidup.
Bahwa menjadi guru di negara Findlandia merupakan profesi yang sangat diminati oleh banyak warga negara. Para siswa dan mahasiswa terbaik banyak yang memutuskan untuk menjadi guru. Sehingga sekarang banyak guru yang berbuat ekstra untuk kemajuan pendidikan. Mereka bekerja sebagai guru bukan karena ingin dipantau dan dinilai oleh kepala sekolah dan supervisor pendidikan. Kebaikan dan keikhlasan yang mereka lakukan di luar agenda resmi mengajar sudah dilakukan oleh banyak orang.
Bagaimana gambaran tentang pendidikan di Findlandia? Kesempatan yang sama- tanpa memandang gender, status sosio ekonomi, bahasa, agama, budaya, dan domisili- diberikan untuk semua orang dalam memperoleh pendidikan. Sekolah yang terdekat adalah sekolah yang terbaik bagi seorang anak, jadi warga Findlandia tidak mengenal istilah sekolah elit atau sekolah berlabel unggul.
Prinsip pendidikan Findlandia bahwa setiap sekolah memiliki wilayah geografisnya sendiri, tidak ada sekolah elit, tidak ada sekolah swasta. Pendidikan dasar bersifat komprehensif dan tidak ada pilih-pilih sekolah. Tidak ada ujian nasional (ini bisa jadi terwujud karena Findlandia adalah negara kecil dengan populasi yang juga kecil).
Menjadi guru adalah profesi impian bagi kaum muda, terutama anak perempuan yang mana punya prestasi lebih baik di sekolah daripada anak laki-laki. Namun status profesi guru juga dipandang cukup tinggi, sebagaimana profesi dokter dan pengacara.
Pendidikan Findlandia agaknya sangat bercorak inklusif, bukan eksklusif, maksudnya tidak pilih-pilih murid. Anak-anak difabel (siswa cacat) dengan prosedur mudah diterima sebagai siswa. Begitu pula dengan anak-anak para immigran, sebagaimana Eropa telah menjadi destinasi immigrasi banyak bangsa di dunia. Maka anak-anak para immigran dari Somalia, Iraq, Russia, Bangladesh, Estonia and Ethiopia juga bisa dijumpai di sekolah Findlandia.
Tentu saja anak-anak immigran merupakan siswa yang punya problem dengan keuangan. Namun walau mereka kurang mampu dalam hal finansial dan lemah SDM-nya, pelayanan guru-guru tetap profesional dan berkualitas sebagaimana mereka mendidik warga negara Findlandia secara umum.   
Sebagai contoh, bahwa Louhivuori yang berprofesi sebagai guru mendapatkan Besart Kabashi yang berusia 13, anak pengungsi dari Kosovo. Tidak seperti anak-anak lain, bahwa siswa ini punya kendala dalam belajar, sehingga Louhivuori memberi perhatian khusus yang sangat tulus. Dia membawa Besart Kabashi ke kantornya dan memberi bimbingan ekstra dan mempersilahkan Besart Kabashi membolak-balik buku-buku milik Louhivuori dengan rasa aman hingga minat literasi Besart Kabashi tumbuh dan berkembang. Akhirnya dia mampu menaklukan (membaca) banyak literatur secara aktif dan mandiri. Membaca secara aktif dan mandiri merupakan budaya belajar anak-anak di negara maju. Dan ini menjadi rahasia mengapa para siswa Findlandia sangat menonjol dalam bidang pendidikan.
Beberapa belas tahun kemudian Besart Kabashi telah tumbuh dewasa dan telah memiliki usaha sendiri. Ia membuka usaha bengkel resmi mobil dan sebuah usaha lain. Dia menyempatkan waktu untuk mengunjungi Louhivuori yang telah menjadi mentor terbaik dalam kehidupannya.
Kisah Louhivuori dan Besart Kabashi, gurunya, bukanlah sebuah cerita dongeng, namun kisah nyata dan juga mungkin dilakoni oleh banyak guru-guru lain. Kisah-kisah sukses dan kebaikan hubungan guru dan murid, tanpa pilih-pilih latar belakang mereka, telah menjadi fenomena positif bagi kemajuan pendidikan Findlandia.
Lynnell Hancock menambahkan bahwa kisah Louhivuori dan Besart Kabashi, yaitu kisah kebaikan dan ketulusan dalam mendidik tidak hanya terjadi pada mereka dan di sekolah mereka, namun juga terjadi pada 62.000  guru Finlandia di 3.500 sekolah. Mengapa bisa terjadi ?
Karena yang direkrut menjadi guru adalah 10 persen dari lulusan terbaik dan kemudian melanjutkan pendidikan ke level master dalam bidang pendidikan. Rata-rata ukuran sekolah kecil-kecil dan populasi siswa di kelas juga relatif kecil, sehingga memungkinkan bagi setiap guru buat mengenal dan memahami setiap anak didik mereka.   
Tentu saja dalam mengajar para guru menerapkan bervariasi metode dan model pembelajaran. Jika satu metode gagal, maka sang guru berkonsultasi dengan rekan kerja untuk mencoba metode yang lain. Mereka tampaknya menikmati tantangan. Hampir 30 persen anak-anak Finlandia menerima semacam bantuan khusus selama sembilan tahun, yaitu dari kelas satu hingga kelas sembilan.
Selama bertahun-tahun banyak negara, termasuk Indonesia, terinspirasi dengan kemajuan Amerika. Apalagi negara ini dipandang sebagai negara adidaya, yang mana kuat peranan ekonomi, militer, media massa dan pendidikannya. Bahwa Amerika Serikat memperkenalkan persaingan pasar ke sekolah umum. Dalam beberapa tahun terakhir, sekelompok pemodal Wall Street telah menempatkan uang di balik  sektor  pendidikan. Kemudian uang sudah menjadi standar ukuran dalam test dan dalam mengukur kualitas seorang guru, akhirnya muncul semboyan “money is everything”.
Sementara hal begini tidak terjadi dalam pendidikan Findlandia.  Timo Heikkinen, seorang pendidik Findlandia mengatakan bahwa “If you only measure the statistics (money), you miss the human aspect.” Tidak ada tes standar yang diamanatkan di Finlandia, selain satu ujian di akhir tahun terakhir  di sekolah menengah. Tidak ada rangking, tidak ada perbandingan atau persaingan antara siswa. Tidak ada persaingan  antar sekolah atau daerah. Setiap sekolah memiliki tujuan nasional yang sama. Hasilnya adalah bahwa anak Finlandia memiliki kesempatan untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang sama tidak peduli apakah dia tinggal di desa atau kota universitas. Perbedaan antara siswa terlemah dan terkuat adalah yang terkecil di dunia.
Meskipun peringkat pendidikan Findlandia menempati posisi terbaik di dunia, namun untuk mendapatkan posisi terbaik menurut score Pisa bukanlah menjadi tujuan utama pendidikan negara ini. Di sekolah anak-anak lebih antusias untuk merayakan kemenangan tim hockey mereka, bukan merayakan peringkat score Pisa yang tinggi. Sebagaimana dikatakan oleh Pasi Sahlberg bahwa sekolah mempersiapkan anak untuk belajar bagaimana belajar, bukan bagaimana cara memperoleh skor test yang tinggi.  
Praktek pembelajaran di sana bukan sekedar mencari muka- seperti mengejar skor yang tinggi atau malah mencari target-target yang semu semata. Jadinya iklim belajar jauh dari rekayasa, kebosanan dan tekanan atau stress. Suasana belajar yang menonjol adalah suasana rileks, nyaman, satau dan antusias, ramah tamah dan sangan bebas dari tekanan.
Praktek pembelajaran di sekolah perlu selalu memberikan suasana nyaman dan menyenangkan, bukan suasana yang menegangkan dan membosankan. Makanya pada hari-hari tertentu, misanya saat merayakan May Day (? ), para guru mendekorasi penampilannya hingga terlihat menyenangkan. Maija Rintola, salah seorang guru sekolah dasar, sengaja memakai jalinan benang warna-warni menutupi rambut tembaganya seperti wig yang dicat. Guru-guru lain juga memakai kostum yang memikat perhatian siswa. Dan para siswa juga memakai assesori yang lucu-lucu.
Apakah kita masih terobsesi semata-mata hanya oleh kemajuan pendidikan Amerika Serikat? Namun beberapa negara seperti Findlandia, Korea Selatan, Hongkong dan Singapura lebih mengungguli Amerika Serikat ditinjau dari kemampuan reading-litercynya.
Amerika Serikat adalah negara dengan populasi penduduk termasuk kategori terbesar di dunia. Mengelola pendidikan dengan populasi penduduk yang cukup besar bukanlah masalah yang mudah. Sejauh ini, menurut penilaian PISA bahwa kategori SDM siswa negara ini masih tergolong bagus. Sementara SDM pendidikan Findlandia telah menjadi rujukan pendidikan terbaik di dunia. Jadinya kita masih perlu mengadopsi model kedua pendidikan negara tersebut.

Catatan:
1). Lynnell Hancock (2011). Why Are Findland’s Schools Successful? Helsinki: Smithsonian

2). Pirjo Sinko (2012). Main factors behind the good PISA reading results in Finland.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...