Membangun
Pengalaman Sambil Menuntut Ilmu
Oleh:Marjohan,M.Pd
Siswa
dan Literasi
Mau
tahu tentang populasi pelajar di Indonesia? Fasli Jalal (2010), seorang tokoh
pendidikan Indonesia, menjelaskan perincian tersebut. Untuk SD populasinya ada
sekitar 26 juta orang, SMP 7,5 juta orang, SMA 5 juta orang dan populasi
mahasiswa Perguruan Tinggi sekitar 3 juta orang. Proporsi populasi pelajar
tersebut dari SD hingga Perguruan Tinggi menyerupai bangunan piramida. Itu
berarti bahwa tidak semua anak SD yang melanjutkan pendidikan ke SMP, tidak
semua anak SMP yang melanjutkan pendidikan ke SMA dan tidak semua anak SMA yang
kuliah ke Perguruan Tinggi, juga tidak semua lulusan Perguruan Tinggi yang
memperoleh pekerjaan.
Andai
kita gunting peta Indonesia dan kita tempelkan ke wilayah daerah lain, maka
luas wilayah negara kita bisa menutupi wilayah geografi Eropa, juga wilayah
geografi Amerika Serikat dan wilayah geografi benua Australia. Jadi terlihat
bahwa negara kita termasuk negara yang besar di dunia, dan penduduknya juga
termasuk terbanyak di dunia. Dengan demikian SDM negara kita juga harus termasuk
yang terbaik di dunia.
Sebagaimana dinyatakan di
atas bahwa ada 26 juta orang pelajar SD dan berarti ada 4,3 juta siswa
pertingkat. Namun hanya 2,6 juta orang yang melanjutkan ke SMP dan 1,7 juta
pada pergi kemana? Begitu juga siswa saat di SMP jumlahnya 2,6 juta menciut
populasi menjadi 2 juta orang saat berada di SMA. Mengapa ini terjadi dan
mengapa angka drop-out termasuk
tinggi di negara kita? Tentu ada banyak penyebabnya, salah satunya karena
rendahnya minat dan motivasi belajar siswa.
Rendahnya
minat dan motivasi belajar terjadi karena daya serap belajar mereka cukup
rendah. Utamanya daya serap membaca, yakni kemampuan membaca pemahaman mereka
yang masih rendah.
Sebuah
badan perekonomian dunia, yaitu OECD (Organisation for Economic Co-operation
and Development) atau Organisasi
untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, dan bekerjasama dengan ADB (Asian
Development Bank) bekerjasama dalam mendukung pendidikan dunia. Kedua badan ini
secara berkala memonitor tentang kualitas pendidikan global. Kedua badan ini
(OECD dan ADB, 2015) memaparkan tentang laporan PISA. PISA merupakan sistem penilaian
secara internasional yang menitikberatkan pada kemampuan anak usia 15 tahun
dalam bidang literasi membaca, literasi matematika dan literasi di bidang sains
.
Hasil tes dan survey PISA,
yang pada tahun 2015 melibatkan para siswa di 70 negara, dianalisa dengan
hati-hati dan lengkap sehingga survey yang dirilis pada bulan Desember 2016.
Diperoleh data bahwa Singapura adalah negara yang menduduki peringkat 1 untuk
ketiga materi sains, membaca, dan matematika. Sementara performa siswa-siswi
Indonesia masih tergolong rendah. Berturut-turut rata-rata skor pencapaian
siswa-siswi Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika berada di peringkat
62, 61, dan 63 dari 69 negara yang dievaluasi (Hazrul Iswadi, 2017).
Jadi ada 69 negara yang
diobservasi tentang kemampuan literasinya. Namun ada 60 negara yang skor
membaca literasinya lebih baik dari Indonesia dan ada 8 negara yang mutu
membaca literasinya dibawah. Dengan demikian secara tidak langsung telah
menggambarkan bahwa kualitas kemampuan membaca anak-anak Indonesia, terutama
untuk tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) sangat rendah di dunia. Apa faktor
penyebabnya?
Faktor penyebab adalah
lemahnya kemampuan membaca. Akibat kemampuan membaca mereka yang rendah (lemah)
membuat mereka belum merasakan kepuasan dalam menuntut ilmu hingga terindikasi
banyak yang hengkang setelah tamat SD. Karena tidak merasakan indahnya membaca
dan puasnya menuntut ilmu membuat banyak lulusan SMP tidak melanjutkan
pendidikan ke SMA, begitu pula tidak bayak pula yang melanjutkan pendidikan ke
Perguruan Tinggi.
Ada beberapa hal yang
membuat skor reading siswa Indonesia
rendah, diantaranya: Poor learning
condition-kondisi belajar yang rendah kualitasnya, Low teacher ability - kemampuan mengajar guru yang rendah, dan Unmotivated environment for learning- lingkungan
belajar yang kurang memotivasi anak didik (Mochamad Basuki, Yanti Muchtar, dan
Theresia, 2012).
Seharusnya kita di
Indonesia perlu belajar dan meniru pengalaman terbaik (best practice) beberapa negara tetangga dalam praktek pengajaran
sehingga score reading literacy
mereka sangat baik. Dari negara-negara yang terbaik score membacanya, 3
diantaranya adalah negara: Singapura, Australia dan Selandia Baru. Ke tiga
negara ini dalah tetangga Indonesia. Pada hal dalm pribahasa internasional
mengatakan: “ Good neighbour makes good
friend- tetangga yang baik akan menjadi sahabat yag baik”.
Tentang populasi mahasiswa
Indonesia, yaitu ada sekitar 3 juta orang. Dengan demikian jumlah mahasiswa
yang 3 juta tersebut diasumsikan sebagai pembaca yang bagus score reading-nya. Mereka adalah orang yang menyukai membaca
hingga mampu menyelesaikan program perkuliahan mereka.
Namun setelah mereka
diwisuda menjadi seorang sarjana, mereka menjadi pelamar kerja dan pencari
kerja. Bagaimana strategi mereka merebut karir- karir yang ada? Begitu banyak
tamatan perguruan tinggi di negeri kita yang sangat ingin bekerja di sektor
pemerintahan atau di sektor pertahanan, atau berkompetisi untuk bisa masuk BUMN
saja.
Bukan
Sebatas Nilai Yang Tinggi
Umumya orang masih
meyakini bahwa kalau mereka mampu memperoleh nilai atau IPK yang tinggi, mereka
dengan mudah akan memenangkan kompetisi untuk meraih pekerjaan. Apalagi kalau
mereka mampu memperoleh nilai cum-laude.
Mereka semakin yakin bahwa dunia kerja (perusahaan) akan segera menyambutnya.
Fenomena begini tidak ada
lagi, semuanya nonsense. Untuk itu
dari sekarang kita informasikan kepada pada remaja bahwa semua dunia kerja
punya strategi sendiri untuk menilai- menseleksi para pelamar. Perusahaan akan
mencari pelamar yang punya kualitas dan yang bisa menumbuh-kembangkan
perusahaan mereka.
Ada kasus, bahwa ada
seorang lulusan universitas degan IPK cum-laude,
namun kemampuan sosialnya biasa-biasa saja, maka dia tidak akan tidak bisa
lolos dalam rekruitmen. Beda dengan lulusan yang memiliki skor standard namun
mereka memiliki kemampuan sosial (soft
skill) yang lebih. Mereka punya kemampuan dalam bidang kepemimpinan, keterampilan dalam
berkomunikasi, pemecahan masalah dan mampu dalam pelayanan pelanggan, mereka
adalah sebagai pelamar yang lebih diminati oleh dunia perusahaan.
Ruth Callaghan (2016)
menjelaskan bahwa untuk bisa lolos dalam rekruitmen maka ada 3 hal yang perlu
diketahui dan dimiliki oleh para pelamar kerja yaitu- cultural fit, experience dan vocal graduates. Penjelasannya sebagai
berikut:
a).
Cultural fit
Cultural
fit atau
kesesuaian dengan budaya perusahaan. Dalam menseleksi para pelamar yang sesuai
dengan kultur perusahaan maka para pelamar diseleksi melalui proses yang cukup
komplek yang meliputi tahap sebagai berikut:
- Telephone interviewing (wawancara lewat telepon).
- Video
interviewing (wawancara lewat video).
- Aptitude test (test kecakapan)
- Profile personality (wawancara tentang profil pribadi)
- Group discussion (kemampuan diskusi kelompok)
- Presentation (kemampuan presentasi)
Melalui
6 tahapan seleksi ini akan ditelusuri potensi-potensi yang dimiliki para
pelamar atas: kemampuan leadership
mereka, karakter mereka untuk mampu bertanggungjawab dan bekerja sama, dan
kemudian apakah mereka mampu melaksanakan peran-peran yang diberikan serta
mampu memberi kontribusi pada perusahaan.
b).
Experience
Experience
atau
pengalaman. Maka disarankan kepada para pelamar yang kelak akan memasuki dunia
kerja agar tahu bahwa dunia pekerjaan selalu mencari calon pelamar yang punya
pengalaman yang luas. Maka calon pelamar jangan hanya terfokus pada
urusan-urusan akademik semata dan kurang peduli dalam pengembangan potensi yang
lain.
Dunia
perusahaan juga ingin tahu tentang alasan calon pelamar dan bagaimana bentuk
motivasi mereka. Juga apa alasan mereka ingin bergabung dengan perusahaan.
Selanjutnya apakah saat menjadi mahasiswa mereka punya pengalaman yang lain
seperti:
-
Ekskul dalam bidang olahraga
-
Ekskul dalam bidang musik
-
Kegiatan volunteering dan juga bidang yang lain
Karena
semua catatan pengalaman tentang ekskul juga akan diperhitungkan dalam
rekruitmen oleh perusahaan. Perusahaan sangat tetarik dengan pelamar yang
berpenampilan happy dan punya
pengalaman yang berimbang yaitu:
-
Extracuricular activities (kegiatan
ekstrakurikuler)
-
Achievement motivation to join with the
firms (motivasi berperstasi untuk
bergabung dengan firma).
-
Work experiences (pengalaman kerja)
-
Problem solving (kemampuan memecahkan
masalah)
Tim
assessmen perusahan akan mengakses (menilai) poin-poin di atas melalui dokumen
otentik dan wawancara dan sekaligus team assessment/ perekrut tenaga kerja juga
memperhatikan beberapa hal tentang:
- Action oriented (berorientasi pada tindakan)
- Willing to speak (kesediaan untuk berbicara)
- Willing to brainstorming (kesediaan untuk brainstorming)
- Willing to have opinion (kesediaan untuk punya opini sendiri).
Dan
tentu para pelamar juga harus mencaritahu tentang apa dan bagaimana profil
perusahaan yang juga sedang diincar agar bisa memiliki perasaan yang mantap
kelak.
c).
Vocal graduate
Vocal
graduate maksudnya
adalah berbagai opini-opini yang berkaitan dengan calon pelamar. Ada beberapa
poin (item) yang perlu diperhatikan oleh pelamar untuk menjadi pelamar yang
ideal. Hal-hal ini akan terpantau saat melalui wawancara, yaitu: para pelamar
opini perlu memiliki opini sendiri, latarbelakang yang harus bervariasi,
bagaimana titik pandang yang baru.
Kemudian
juga ada beberapa kompetensi yang tidak bisa ditawar-tawar, yaitu seperti
kemampuan mendemonstrasikan kecerdasan dalam bekerja, dan kemampuan dalam
berkomunikasi, yang meliputi assessment
secara online atas kompetensi
numerical, logika dan beralasan secara verbal, juga angket tentang kepribadian
dan wawancara tentang kepribadian.
Jadi
kita rekomendasikan kepada para remaja yang sedang bersekolah di tingkat SLTA
dan bagi mereka yang sudah menjadi mahasiswa, agar sedini mungkin bisa
membangun pengalaman sambil menuntut ilmu. Mereka diharapkan juga melibatkan
diri dalam kegiatan sosial di kampus dan juga di luar kampus. Karena pribadi
yang laku adalah mereka yang jago dalam menuntut ilmu dan juga luas pengalaman
vokasionalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them