Langkah-Langkah Reformasi Proses Pembelajaran.
Reformasi pendidikan di sekolah bisa
terlaksana tergantung pada kecerdasan kepala sekolah dan stakeholder dalam
mewarnai dan melaksanakan manajemen sekolah. Peran para guru, sebagai unsur
dari sekolah, akan memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Mereka- para
guru, melakukan reformasi dalam proses pembelajaran mereka.
Guru ideal perlu tahu bagaimana
menata lingkungan fisik kelas yang kondusif, agar kelak proses pembelajaran
menjadi lebih bermakna. Lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikian rupa, sehingga
dapat memfasilitasi anak didik dalam melaksanakan kegiatan belajar. Lingkungan
belajar dapat merefleksikan ekspektasi yang tinggi bagi kesuksesan seluruh anak
secara individual. Dengan demikian, lingkungan belajar merupakan situasi yang
direkayasa oleh guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Menurut Saroni (2006) bahwa lingkungan pembelajaran terdiri atas dua hal utama,
yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan
fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang ada disekitar siswa belajar berupa
sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah, dalam hal ini dalam ruang
kelas belajar di sekolah. Lingkungan fisik dapat berupa sarana dan prasarana
kelas, pencahayaan, pengudaraan, pewarnaan, alat/media belajar, pajangan serta
penataannya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan pola interaksi yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Interaksi yang dimaksud adalah interkasi antar siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini, lingkungan sosial yang baik memungkinkan adanya
interkasi yang proporsional antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Dapat diartikan disini bahwa lingkungan sosial pembelajaran di kelas maupun di
sekolah (kantor guru dan staf tata usaha) mempunyai pengaruh baik langsung
maupun tak langsung terhadap proses KBM.
Menata
Lingkungan Fisik Kelas yang Kondusif
Kesuksesan
hasil belajar yang dicapai siswa tidak hanya bergantung pada kemampuan guru
dalam menyampaikan materi pelajaran , tetapi juga dipengaruhi oleh suasana
kelas yang berlangsung. Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim
kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang yang mendukung proses
pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pengaturan atau
penataan ruang kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan.
Pada lingkungan kelas secara fisik perlu diperhatikan pengaturan atau penataan
ruang kelas dan isinya selama proses pembelajaran berlangsung.
Lingkungan kelas perlu ditata dengan
baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara guru dengan
siswa ataupun siswa sesamanya. Tujuan penataan lingkungan kelas adalah
mengarahkan kegiatan siswa dan menegah munculnya tingkah laku siswa yang tidak
diharapkan. Hal ini dilakukan melalui penataan tempat duduk, perabot, pajangan,
dan benda-benda lainnya yang terdapat pada kelas tersebut.
Menurut
Ekosiswoyo dan Maman (2000) bahwa terdapat empat prinsip yang
dapat dipakai dalam menata kelas, yaitu:
a.Kurangi
kepadatan di tempat lalu lalang.
b.
Pastikan bahwa Guru dapat dengan mudah melihat semua anak. Sebagai manajer
kelas, guru penting untuk memonitor anak secara cermat.
c.Materi
Pengajaran dan Perlengkapan anak didik harus mudah diakses.
d.Pastikan
siswa dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.
2)
Mempersiapkan suasana kelas yang kondusif.
Suasana kelas yang kondusif
berhubungan dengan sosial pribadi antara guru dan siswa serta antara siswa
tersebut. Keberhasilan guru dalam mengelola kelas dipengaruhi oleh
karakteristik guru itu sendiri. Karakteristik yang harus dimiliki oleh guru
agar terciptanya suasana kelas yang kondusif adalah:
a.Disukai
oleh siswa
b.Akrab
dengan siswa dalam batas hubungan guru dengan siswa.
c.Bersikap
positif terhadap pertanyaan atau respon siswa.
d.Sabar,
teguh, dan tegar.
Banyak
faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang berkualitas
dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun beberapa faktor
yang perlu diperhatikan tersebut antara lain (Ali Muhtadi, 2005), yaitu:
a.Pendekatan
pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar- fokus pada
siswa (student centered).
Proses
pembelajaran hendaknya diarahkan pada siswa yang aktif mengkonstruksi atau
membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, proses pembelajaran yang
dilaksanakan hendaknya berusaha memberi peluang terjadinya proses aktif siswa
dalam mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Guru hanya
bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam pembelajaran.
Pendekatan ini biasa disebut dengan pendekatan konstruktivistik.
Dalam
pendekatan ini yang perlu dilakukan guru adalah membantu siswa membangun
pengetahuan sendiri di dalam benaknya, dengan cara membuat informasi
pembelajaran menjadi sangat bermakna dan relevan bagi siswa. Hal ini dapat
dilakukan guru dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
dan menerapkan sendiri ide-idenya dan mengajak siswa agar menyadari dan secara
sadar menggunakan cara-cara mereka sendiri untuk belajar. Dengan pendekatan
pembelajaran ini diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas dan
bermakna bagi siswa yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kompetensi
dan prestasi belajar siswa.
b.
Guru harus mampu memberi penghargaan terhadap partisipasi aktif siswa dalam
setiap konteks pembelajaran.
Hal
ini akan mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya, dan berani
mengkritisi materi pembelajaran yang sedang dibahas. Dengan demikian siswa akan
terbiasa untuk berpikir kritis, kreatif, dan terlatih untuk mengemukakan
pendapatnya tanpa adanya perasaan minder atau rendah diri. Dalam kaitannya
dengan penghargaan terhadap partisipasi aktif siswa ini, hendaknya tidak
sekedar dinilai dari segi keaktifannya saja, tetapi juga perlu diperhatikan
sikap penghargaan siswa terhadap aktivitas teman-temannya dan kemampuannya
didalam bekerja sama dengan orang lain.
Oleh
karena itu, guru hendaknya mampu mengarahkan siswa untuk dapat bekerjasama
dengan anggota kelompok yang lain dan selalu bersikap positif terhadap
teman-temannya serta selalu berusaha sebaik mungkin dalam setiap kesempatan
yang diberikan saat interaksi pembelajaran berlangsung. Partisipasi siswa yang
tergolong baik dalam proses pembelajaran secara garis besar antara lain
diindikasikan sebagai berikut: siswa dapat bekerjasama dengan anggota kelompok
yang lain, siswa selalu bersikap positif terhadap teman-temannya dan selalu
berusaha sebaik mungkin dalam setiap kesempatan.
c.Guru
hendaknya bersikap demokratis dalam mengelola kegiatan pembelajaran.
Hal
ini diperlukan karena kepemimpinan guru yang demokratis dalam mengelola proses
pembelajaran akan dapat menjadikan siswa merasa nyaman untuk dapat belajar
semaksimal mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa setting demokrasi merupakan
pemberian kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk belajar, yaitu bahwa
sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk semaksimal mungkin mereka
belajar. Kemampuan guru dalam menanamkan setting demokrasi pada siswa sangat
berpengaruh terhadap pencapaian misi pendidikan. Dengan demikian suasana
pembelajaran yang disetting secara demokratis sangat penting untuk menciptakan
proses pembelajaran yang kondusif, berkualitas dan bermakna.
d.
Setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran sebaiknya dibahas
secara dialogis.
Hal
ini diperlukan karena proses dialogis dalam interaksi pembelajaran lebih
mendudukkan siswa sebagai subyek didik yang mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama dalam setiap interaksi pembelajaran. Proses dialogis juga akan mampu
mengembangkan pemikiran kritis siswa dalam membahas dan menyelesaikan setiap
permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran.
e.Lingkungan
kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar siswa dan
mendorong terjadinya proses pembelajaran.
Salah
satu cara yang dapat dilakukan dalam menyetting lingkungan kelas yang kondusif
untuk belajar siswa yaitu dengan cara mengatur tempat duduk atau meja-kursi
siswa secara variatif dan pengaturan perobot sekolah yang cukup artistik, serta
pemanfaatan dinding-dinding rungan kelas sebagai media penyampai pesan
pembelajaran. Pengaturan setting tempat duduk hendaknya dilakukan sesuai
kebutuhan dan strategi pembelajaran yang digunakan. Pesan yang ditempel di
dinding hendaknya kontekstual dengan materi pembelajaran. Oleh karena itu,
icon-icon, grafis-grafis di dinding yang memuat pesan pembelajaran hendaknya
selalu di perbaharui atau diganti-ganti setiap bulannya.
Pengaturan
lingkungan kelas ini, jika diperhatikan akan mampu mendukung terciptanya iklim
pembelajaran yang kondusif dan berkualitas. Pengaturan itu hendaknya
memungkinkan siswa duduk berkelompok dan memudahkan guru secara leluasa
membimbing dan membantu siswa dalam belajar. Pengaturan meja secara
berkelompok, akan mampu meningkatkan kerjasama yang baik antar siswa. Dengan
terciptanya gairah siswa dalam belajar, tentunya akan berpengaruh pada
efektifitas belajar siswa. Dan dengan terciptanya suasana belajar yang wajar
tanpa tekanan tentunya akan memungkinkan munculnya daya kritis dan kreatifitas
siswa.
f.Menyediakan
berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang berkaitan dengan berbagai
sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari siswa dengan cepat.
Hal
ini berarti guru bukan satu-satunya sumber belajar dalam proses pembelajaran.
Siswa dapat belajar dalam ruang perpustakaan, dalam ”ruang sumber belajar” yang
khusus atau bahkan di luar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan yang
berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu. Peranan guru adalah memberi
bimbingan konsultasi, pengarahan jika ada kesulitan siswa dalam memahami materi
pembelajaran. Selain itu guru juga dituntut untuk memberikan informasi tentang
dimana sumber belajar yang harus dipelajari tersebut berada, sehingga siswa
secara aktif dan mandiri dapat menemukan dan mengakses sumber belajar tersebut.
Keberadaan
berbagai jenis sumber belajar yang memadai di lingkungan sekolah cukup membantu
siswa untuk membangun dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Jenis sumber
belajar tersebut bisa dalam bentuk: buku, modul, pembelajaran berprograma,
audio, video, dan lain sebagainya. Hal ini akan mempermudah siswa untuk dapat
belajar sesuai dengan kemampuan dan karakteristik gaya belajarnya
masing-masing. Dengan demikian pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna dan
berkualitas.
Kelas sebagai komunitas terkecil
dapat mempengaruhi suasana kelas dalam berinteraksi dan berpengaruh terhadap
prestasi siwa baik dibidang akademik maupun non akademik. Kelas yang kondusif
memiliki ciri-ciri:
1.Tenang
2.Dinamis
3.Tertib
4.Suasana saling menghargai,
saling mendorong.
5.Kreatifitas tinggi,
persaudaraan yang kuat.
6.Saling berinteraksi dengan baik
dan saling bersaing sehat untuk kemajuan.
Dalam proses
pembelajaran tentunya siswa juga melakukan kegiatan yang hiruk namun terkontrol
dan member manfaat bagi siwa, tentunya tidak semua guru mampu melakukannya. Alternative
lain yang dapat dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana kelas yang
kondusif adalah:
1.Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yang
bertolak dari potensi, minat, dan kebutuhan siswa.
2.Selama kegiatan belajar berlangsung guru dapat
mengembangkan sense of humor, dengan syarat harus pada etika dan tidak
memojokkan siswa.
3.Kegiatan belajar hendanya diseling dengan berbagai
atraksi atau game terutama dilakukan pada saat suasana kelas tidak kondusif.
4.Sewaktu-waktu ajaklah siswa melakukan kegiatan
pembelajaran diluar kelas agar siswa tidak selalu terkurung dalam kelas.
5.Memberikan materi dan tugas akademik dengan tingkat
kesulitan
yang moderat atau tidak terlalu mudah dan menggunakan pendekatan humanistic yang bertujuan mengembangkan
pola hubungan yang akrab, ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan baik
dengan guru maupun dengan siswa.
Untuk membangun kondisi kelas yang kondusif dan mantap
sebenarnya mudah kalau guru dapat mengkondisikan kelas dengan baik. Sebaliknya
akan sulit jika guru kurang peduli dengan kondisi kelas. Oleh karena itu
terciptanya kondisi kelas yang mantap dan kondusif bagi pembelajaran yang
efektif merupakan langkah awal dalam peningkatan prestasi belajar siswa.