Resensi Melbourne Memang Dahsyat!
Catatan Inspiratif Pelajar Melbourne
Australia
merupakan salah satu negara yang memikat. Pasalnya benua kecil ini
termasuk dalam kategori sepuluh negara terbaik di dunia dalah hal
kesejahteraan. Menurut Heritage Foundations, Australia telah memnuhi
kreteria yang ditetapkan, yaitu dinilai dari segi ekonomi, pemerintahan,
pendidikan, kesehatan, keamanan, kebebasan individu, dan modal sosial.
Mimpi indah ini harus ditanamkan dalam-dalam. Dengan begitu, mimpi akan
selalu tersimpan rapi dan termotivasi untuk selalu mengusahakan agar
tiap hari semakin dekat dengan mimpi tersebut.
Mimpi
kecil itulah yang membawa Marjohan ke negeri kanguru ini. Dengan
semangat juangnya yang tanpa kenal putus asa, ia membentuk suatu
lintasan yang berujung pada mimpi yang menjadi kenyataan. Prestasi
sebagai pendidik terbaik nasional membawanya pada mimpi yang tertancap
subur dalam dirinya. Negara cukup respek pada guru yang berprestasi.
Telah banyak buktinya, seperti diberikan studi banding ke singapura,
malaisia, dan australia.
Marjohan
tidak sendirian mendapat hadiah studi banding ke Melbourne. Ia bertiga
dengan yang lain; Desi dan Inhedri. Awalnya, direncanakan sebanyak lima
orang yang berangkat. Tetapi dengan alasan tertentu dua orang tidak
bisa ikut. Penerbangan dari bandara sukarno-hatta ke sidney membutuhkan
waktu selama enam jam. Penukaran uang rupiah ke dolar australia
dilaksakan di sidney, karena saat di bandara bung karno-hatta tidak
menyediakan dolar australia dengan maksimal. Setelah itu, transit
pesawat lagi dari sidney menuju Melbourne.
Sesampainya
di Melbourne mereka dikagetkan oleh penerima mereka. Profesor ismet dan
istrinya menyambut dengan sangat ramah, bahkan rela mengangkatkan
tas-koper milik Desi. Tetapi jawaban profesor hebat itu lebih
mengagetkan “adalah biasa sorang profesor di sini menjadi sopit atau
tukang angkat-angkat,”. Dalam perjalanan ke penginapan suasana berbeda
mulai tampak. Jalanan begitu sepi dan beraspal mulus, padahal bukan
jalan tol. Jalan raya juga dipagari tembok yang tinggi, katanya untuk
menjaga agar kanguru tidak tertabrak mobil.
Walau
dirinya telah tumbuh dewasa, Marjohan mengaku tetap merasa sedikit
was-was dengan perjalanannya yang cukup jauh dari keluarga. Tetapi
kedewasaannya telah berhasil dikuasai, sehingga tindak-gerak-geriknya
tidak terlalu menampakkan bahwa ia baru pertama kali ke australia.
Marjohan memilki strategi dalam mengatasi ini; yaitu memasang mata dan
telinga. Artinya selalu melihat sekitar, siapa tahu ada petunjuk tujuan.
Dan telinga untuk mendengar percakapan atau mendengar jawaban saat
bertanya.
Mereka
mulai menyusuri kota. Melihat statistik pendidikan juga unik. Jumlah
siswa SMP, SMA, dan mahasiswa grafiknya sama. Artinya mereka semua
terorgansir dengan baik. Sangat berbeda dengan pendidikan di indonesia.
Grafik pendidikan seperti piramida, semakin tinggi pendidikan, semakin
sedikit pula pesertanya. Sepuluh perguruan tinggi terbaik merupakan
pendidikan negeri. Artinya, mereka semua mendapat bantuan dari negara.
Sistem
transportasinya jangan disamakan dengan di negeri seribu pulau ini.
Selama di australia, Marjohan belum pernah menemukan jalan yang
berlubang, begitu mulus dan lebar. Di tiap pertigaan atau perempatan
bertraffic light memiliki tempat sampah yang tidak kumuh. Kebanyakan
yang dipakai adalah mobil. Walau begitu tidak ada yang ugal-ugalan.
Karena ada banyak kamera pengintai. Jika over speed, beberapa hari
berikutnya pasti datang penagih denda over speed d rumahnya.
Jangan
dikira hidup di australia begitu mudah. Karena tidak ada yang gratis di
sana. Di apartemen, melihat DVD harus membayar 6 dolar, internet 3
dolar perjam, hanya televisi yang tidak bayar. Marjohan mengaku, selama
tinggal di sana, ia belum pernah sekali pun bertemu dengan serangga;
lalat, nyamuk, kecoak, atau pun jangkrik. Kehidupan di australiah begitu
mapan dan disiplin. Tidak ada jam karet di sana.
Tujuan
utama mereka studi banding masalah pendidikan. Di Australia juga
diadakan UN (ujuan nasional). Hanya saja tujuannya berbeda. Jika di
indonesia dijadikan standar kelulusan, tetapi di australia hanya sebagai
alat ukur pemahaman siswa. Sama dengan ujian sekolah biasa. Jika ada
nilai yang kecil, ia akan diberikan pelajaran intensif sendiri. Atau
bahkan UN dijadikan momentum mencari bidang pelajaran yang sesuai dengan
pikirannya. Artinya bisa saja mereka tidak mengulang nilai yang jelek,
tetapi menambah kualitas pendidikan yang disukainya.
Buku
bertajuk Melbourne memang dahsyat ini menarik disimak. Banyak saran
konstruktif yang terkandung di dalamnya. Yang patut dipetik ialah
tentang alat transportasi dan metode pendidikannya. Banyak sekali hal
yang dapat ditiru dari pelajaran buku ini. Walaupun cara penceritaannya
datar-datar saja, ini tidak mengurangi nilai buku. Karena yang
ditekankan dalam catatan harian ini adalah mendapatkan inspirasi dari
buku ini, bukan fantasinya.
Data Buku
Judul: Melbourne Memang Dahsyat!
Penulis: Marjohan
Penerbit: Diva Press, Jogjakarta
Cetakan: Pertana, Mei 2013
Tebal: 193 halaman
Harga: Rp. 35.000,-
Peresensi: Achmad Marzuki, Pegiat Farabi Institute, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang
*Pernah tayang di Eramadina.com
http://eramadina.com/catatan-inspiratif-pelajar-melbourne/