Rabu, 14 Juni 2017

Bagaimana Cara Mempengaruhi Orang



Bagaimana Cara Mempengaruhi Orang

            Beberapa hari lalu saya menghadiri ceramah agama di Mesjid Ihsan, Batusangkar. Sebagaimana biasa jemaah masjid di waktu subuh pada hari-hari biasa jumlahnya hanya bisa dihitung dengan jari. Namun saat itu ada 5000 orang jamah yang hadir, memenuhi lantai atas dan lantai bawah mesjid, mereka sangat antusias untuk mendengarkan dan mengikuti pengalaman rohani Dr. Muhammad Yahya Waloni, seorang muallaf, menemui jalan spiritualnya. Suasana subuh saat itu terasa melebihi suasana hari raya. Jemaah begitu padat, semua fokus mendengar kalimat demi kalimat yang meluncur dari mulut sang mualaf. Saya yakin bahwa rangkaian kata-katanya sangat mempengaruhi para pendengarnya.
            Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang mendengar ceramah dan mengikuti seminar. Juga di berbagai tempat banyak kegiatan pencerahan dilakukan, apakah melalui kuliah, ceramah mingguan, dll, yang disampaikan oleh guru, dosen dan pemuka masyarakat seringkali kegiatan ambil muka, agar absensinya ikut terdaftar dan hikmah yang diperoleh sekedar garbage in and garbage out- masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan.
            Cukup banyak orang pergi mengikuti pelatihan, seminar, workshop dan kuliah namun hasil yang diperoleh tidak maksimal, sebagian hanya sekedar ikut-ikutan dan juga mengharapkan selembar sertifikat pelatihan dari panitia. Mengapa ini terjadi ? Tentu saja karena kesiapan mental yang minim dan juga kiat-kiat mempengaruhi pendengar oleh key speaker masih minim.
            Agaknya keterampilan untuk mempengaruhi orang saat berkomunikasi tidak hanya ditujukan kepada para ulama, penceramah, public relation, dan pembicara saja, namun juga perlu diketahui oleh mahasiswa, guru, dosen, masyarakat umum dan malah juga para orang tua. Untuk itu mereka perlu memiliki pengetahuan tentang public speaking, salah satu cara adalah melalui buku yang ditulis oleh Dale Carnegie, yaitu: how to win friends and influence people in the digital age.
            Dale Carnegie mengatakan bahwa kemungkinan besar masalah yang kita hadapi dalam hidup ini adalah saat berurusan dengan orang lain. Strategi untuk berurusan dengan orang lain juga bisa pelik, utamanya sangat dibutuhkan ketepatan berkomunikasi. Berkomunikasi itu perlu seni yaitu seni berkonunikasi dan berkomunikasi adalah seni kepemimpinan.
            Bila kita ingin memiliki seni memimpin melalui komunikasi maka kita harus memiliki rasa senang kepada orang lain. Kita bisa mendapatkan lebih banyak teman dalam waktu satu atau dua bulan dengan menjadi lebih tertarik kepada orang lain dibandingkan dua tahun bila kita mencoba membuat orang lain tertarik kepada kita, jadi rahasianya kita tidak boleh bersikap mementingkan diri sendiri. Seni kepemimpinan perlu mengawali pergaulan dengan halus bukan hanya sekedar komunikasi yang cerdas.
            Beberapa prinsip dasar saat kita berkomunikasi adalah kita harus menghindari kebiasaan suka menyalahkan orang, mengomeli, dan mengkritik, namun mari berbicara sesuai dengan minat orang lain. Jika kita bersalah mari segera kita akui dengan simpatik dan menyelamatkan muka orang lain. Cara-cara ini akan membuat kita menjadi manusia yang lebih baik dan rendah hati. Karena untuk meningkatkan pengaruh kita bukan dengan menunjukan kecakapan diri melainkan melalui kebiasaan mengekspresikan hormat, empati dan kebaikan hati yang lebih baik. Imbalan yang kita terima adalah kita memperoleh pertemanan yang kaya dan berkelanjutan.
            Kesuksesan apa yang tidak diawali dengan sebuah hubungan ? Yaitu mengawali dengan halus. Kita perlu memiliki soft skill dan hard skill. Soft skill seperti belas kasih dan rasa empati. Hard skill adalah kemampuan melakukan programming, operasi dan perancangan. Seseorang yang sekedar tahu dengan hard skill namun suka mengurung diri- sibuk menelaah laporan, menjadi tidak menarik dibanding dengan seseorang yang menguasai hard skill namun senang berkumpul dengan anak-anak buahnya. Orang yang pertama bisa jadi lebih sukses tetapi tidak begitu memberi pegaruh dibandingkan dengan orang yang punya soft skill.
            Maka jika kita bersikap ramah- kita bisa mempengaruhi orang dengan positif, jadinya kita dapat membuka jalan pada sumber inspirasi, makna dan pemikiran yang lebih mendalam. Selanjutnya bahwa kesuksesan kita, untuk zaman sekarang, tidak diukur dengan skala media dan berapa banyak teman, penggemar, atau pengikut yang bisa kita kumpulkan. Namun kesuksesan itu diukur dengan skala makna- dengan menunjukan apa yang bisa kita lakukan buat orang lain.
Untuk bisa menjadi seseorang yang bisa berbagi makna dengan orang lain, yaitu mampu memberi pengaruh pada mereka dan sekaligus mampu memperoleh teman-teman yang banyak, maka Dale Carnegi memberikan beberapa langkah seperti: tahu apa yang harus dilakukan dalam pertemanan, mampu memberi kesan yang tahan lama, tahu cara untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain dan tahu cara menuntun perubahan tanpa penolakan.
1). Apa yang harus dilakukan dalam pertemanan ? Ada 3 hal yang harus kita lakukan untuk melibatkan diri dalam pertemanan, yaitu mengubur bumerang, menegaskan hal-hal yang baik dan menyentuh keinginan inti. 
a). Mengubur bumerang.
Bumerang adalah alat berburu milik suku Aborigin, Australia. Benda yang dilemparkan dan akan berbalik pada pemiliknya. Namun pengertian bumerang disini adalah prilaku yang buruk kita berikan pada orang yang pada akhirnya berakibat buruk pada diri kita. Bagaimana cara orang menanamkan pengaruh ? Bahwa orang tidak tertarik dengan kekuatan yang berorientasi pada kekuatan tetapi tertarik dengan kekuatan yang mendukung moral, yang benar dan yang baik.
Pengaruh sebagai imbalan kepada orang-orang yang dapat dipercaya dan membawa kebaikan. Apakah kita berkomunikasi dengan tujuan buat menghancurkan orang lain atau untuk membangun orang lain. Bila untuk menghancurkan orang lain, maka mari kuburkan bumerang ini (cara berkomunikasi yang begini). Dengan kata lain kita hindari kebiasaan menyalahkan orang, mengomeli dan mengkritik. Budaya mengkritik dan mengeluh adalah realita yang sering kita temui. Namun orang yang memiliki pengaruh besar akan paham bahwa ini merupakan tindakan ceroboh yang bisa mempercepat rusaknya sebuah hubungan.
Semua orang sepakat bahwa mereka sama-sama tidak suka menjadi subjek yang dicela. Kita malah begitu ingin buat bisa diterima oleh orang lain. Orang-orang akan bisa dituntun ke arah perubahan tetapi tindakan mencela jarang sekali membuahkan hasil yang kita harapkan. Dengan demikian komentar yang mengkritik, mencela dan menyalahkan orang sama saja seperti bumerang yang tidak terlihat. Bumerang tersebut kembali ke kepala orang yang melemparnya. Jadi sebaiknya kita menghindari untuk tidak menyakiti perasaan orang lain. Yang paling penting adalah memusatkan perhatian untuk mengembangkan diri kita, bukan diri orang.
b). Menegaskan hal-hal yang baik.
Pangkal dari seluruh tindakan adalah sebuah pikiran. Pikiran yang terlindas dari otak seseorang bisa diwujudkan menjadi sebuah tindakan.
Kita semua memiliki keinginan yang tidak terpenuhi untuk mengetahui apakah kita dihargai, untuk mengetahui apakah kita ini penting atau tidak. Kita bisa terobsesi dengan hal-hal yang dangkal dan tidak penting disekeliling kita. waktu berminggu-minggu kita habiskan hanya untuk membahas gaya terbaru seorang selebriti atau kesalahan seorang atlet. Kita menghabiskan berjam-jam untuk mengamati kehebohan kehidupan mahasiswa.
Bila ada seorang mahasiswa yang sedang dilanda keraguan bertanya pada kita, apa yang seaiknya dia lakukan dalam hidupnya- apakah sebaiknya dia melanjutkan pendidikan atau pergi mencari masa depannya ? Maka disini kita perlu menegaskan bahwa dia harus selalu berada di jalurnya, yaitu selesaikan kuliahnya.
Kita meyakini bahwa manusia bukanlah sesuatu yang harus dibentuk, seperti membentuk tanah liat dan itupun bukan tugas kita. Manusia punya kehidupan yang harus dibuka. Itulah yang dilakukan oleh pemimpin sejati, mereka membuka kehidupan orang lain dan membantu mereka untuk meraih potensi yang dianugerahkan oleh Allah.
Setiap orang berhak dihargai atas momen-momen terbaiknya. Namun berarti mereka tidak memiliki kesalahan, malah bisa jadi kesalahanya lebih banyak dari kebaikannya. Namun jika kita berusaha mempengaruhuniya untuk berubah dengan menunjukan kealahannya, maka tidak banyak hasil yang bisa diperoleh. Namun dengan cara memberi tahu tentang kesuksesan dan wawasanyang mereka miliki maka energi positif akan bangkit dari diri mereka.
c). Menyentuh keinginan inti
Cara mempengaruhi orang lain agar bertindak adalah dengan menyentuh keinginan inti mereka. Ini adalah kebenaran universl. Dale Carnegie membuat kisah:
“Bahwa pada suatu hari seorang filsuf terkenal berusaha memasukan seekor anak sapi ke dalam kandang. Dia mengalami kesulitan dan mendorong-dorong serta dan anak sapi tersebut menarik. Saat sang filsuf menarik, anak sapi itu malah mendorong. Melihat kejadian itu assisten rumah tangga sang filsuf datang. Dia berjalan mendekati anak sapi dan menaruh jarinya di mulut anak sapi itu. Anak sapi itu mengulum jarinya dan dengan lembut dia bisa menuntun anak sapi untuk masuk ke dalam kandang.
Sang filsuf hanya tahu teori dan lupa akan keinginan anak sapi. Namun asisten rumah tangga tidak tahu teori, ia hanya mempraktekan dan memenuhi keinginan dasar anak sapi yaitu makanan. Saat ia berhasil memenuhi kebutuhan anak sapi- menyuapkan sekeping bongkahan sagu kecil ke dalam mulut anak sapi, hingga anak sapi bersedia mengikuti keinginannya.
2). Cara untuk memberi kesan yang bisa bertahan lama.
Ada 6 cara yang bisa kita berikan pada seseorang agar pengaruh yang kita berikan bisa bertahan lama. Cara-cara tersebut adalah seperti: menunjukan minat terhadap orang lain, tersenyum, berkuasa dengan nama, menyimak lebih lama, membahas apa yang penting bagi mereka, dan membuat orang lain merasa lebih baik.
a). Menunjukan minat terhadap orang lain.
Kalau kita ingin tahu cara tercepat untuk mendapatkan teman, apakah sebaiknya kita bertanya pada orang yang jumlah followernya paling banyak pada Facebook, Twitter atau blogger ? Ternyata jawaban mereka tidak bisa kita yakini sepenuhnya. Sebenarnya kita bisa memiliki lebih banyak teman dalam hitungan jam jika kita dengan tulus tertarik dengan minat orang lain. Dan kita butuh waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk membuat orang lain tertarik kepada kita. Egoisme adalah faktor terbesar yang menghalangi persahabatan kita. minat utama kita adalah kepada diri kita sendiri.
Para individu yang tidak tertarik dengan sesama manusialah yang akan mengalami kesulitan terbesar dalam hidup dan menimbulkan kerusakan terbesar kepada orang lain. Pada individu-individu seacam inilah seluruh kegagalan manusia berasal. Jadi kegagalan terbesar umat manusia adalah hasil dari sikap orang-orang yang hanya tertarik pada diri mereka sendiri. Mereka memiliki pengaruh yang dangkal dan tidak bertahan lama.
Sikap mementingkan diri sendiri adalah bentuk termurni dari sifat manusia. Prinsip ini malah menunjukan bahwa sebagian besar orang sering kali melupakan orang lain. Sebaliknya, mereka yang memilih untuk memikirkan minat orang lain dalam kehidupan sehari-hari pun menjadi berbeda. Kita akan mengingat orang-orang semacam itu, berteman dengan mereka dan menjadi lebih percaya kepada mereka.
b). Tersenyumlah
Tidak mungkin kita bisa membuat orang setuju dengan segalanya. 99,7 persen orang dewasa percaya bahwa senyum adalah aset sosial yang penting. Kita menyukai senyum dan gelak tawa. Video yang paling banyak dilihat di YouTube adalah yang berkaitan dengan senyum. Senyum berasal dari dalam hati dan senyum penting untuk menjalin hubungan. Emosi dapat menyebar dalam jangka waktu singkat, dalam proses yang dikenal sebagai penularan emosi.
Orang- orang yang tersenyum cenderung memiliki lebih banyak teman. Saat kita tersenyum kita memberitahu pada orang bahwa kita bahagia bersama mereka. Sebagai balasannya, mereka juga merasa lebih bahagia karena berurusan dengan kita.
Selalu awali dan akhiri pesan dengan positif, bukannya dengan pesimistis atau tidak acuh. Banyak hubungan rusak karena pesan yang tidak sensitif dan menyebalkan, sama seperti penghinaan atau cercaan verbal. Tersenyum secara fisik, bahkan saat kita sedang menelpon sebenarnya membuat nada suara kita mengucapkan kata-kata terdengar lebih menyenangkan. Jadi sebuah senyuman akan membuka jalan menuju hubungan- walaupun senyuman itu tidak terlihat, yaitu secara tertulis atau verbal. Senyuman memang selalu meningkatkan nilai wajah kita.
c). Berkuasa dengan nama.
Ada kekuatan dalam nama seseorang. Nama adalah simbol verbal dari sesuatu yang lebih mendalam dan lebih berarti. Seseorang pasti ingin suara mereka didengar, tetapi mereka juga ingin nama mereka diketahui. Kita harus ingat bahwa seseorang lebih tertarik dengan namanya sendiri. Jika kita mengingat nama orang dan menggunakannya secara tidak langsung kita telah memberikan pujian yang halus dan sangat efektif.
d). Menyimak lebih lama
Untuk mendapatkan pekerjaan, mendapatkan klien, meningkatkan wibawa dan memperoleh keuntungan adalah dengan menyimak. Dengan menyimak kita mendapat kekuatan untuk mengubah hati dan pikiran. Selain itu, menyimak adalah kekuatan untuk memberikan apa yang sangat diinginkan orang lain- yaitu untuk didengar dan dimengerti.
Seeorang mungkin berkata “sepertinya saya merasa lebih enak setelah melakukan percakapan itu”. Itu terjadi karena dia menginginkan seseorang pendengar yang simpatik dan dapat dipercaya, tempat dia bisa melepaskan beban yang dipikulnya.
Sama seperti senyuman, kekuatan menyimak itu besar. Saat kita menyimak, kita tidak hanya menimbulkan sebuah kesan yang instan- kita juga membangun sebuah jembatan yang solid untuk hubungan yang berkelanjutan. Ternyata mendengarkan juga membuat seseorang mendapatkan rasa hormat yang besar.
e). Bahas apa yang penting bagi orang lain.
Saat kita ingin membuat diri kita penting di hadapan orang lain, maka kita harus membahas hal yang penting bagi mereka terlebih dahulu. Jika kita banyak membahas tentang diri sendiri maka maka telinga mereka tidak akan mendengarkan kita. ini perlu kita pahami bagaimana cara banyak orang dalam berkomunikasi. Yakni sebagian besar pesan disampaikan untuk mengedukasi orang lain tentang kehidupan mereka. Namun ini terkean sebagai sebuah monolog, bukan dialog. Sementara itu dunia ini lebih butuh dialog.
f). Membuat orang lain merasa lebih baik.
Ada sebuah toko yang menyediakan keperluan harian menjadi digemari oleh banyak orang, penyebabnya adalah karena semua personel dalam toko itu bisa membuat orang lain- pengunjung toko tersebut- merasa lebih baik. Para pegawai toko mencari setiap peluang untuk melayani pengunjung toko: seperti mengantarkan mereka ke kamar kecil. Gendong bayi mereka, tim penjualan fokus pada bagaimana cara membuat hari para pengunjung menjadi sedikit lebih enak, tidak peduli mereka membeli atau tidak.
Kebijakan membuat orang merasa lebih baik mampu mendatangkan keuntungan bagi toko dan usaha mereka. Benih-benih lebih kecil yang ditanam dengan penuh arti memberikan hasil yang lebih besar.
3). Cara-cara untuk mendapatkan kepercayaan orang lain.
Ada 10 cara yang ditawarkan oleh Dale Carnegie untuk mendapatkan dan menjaga kepercayaan orang lain, cara tersebut adalah seperti: menghindari rgumen, tidak pernah menyalahkan orang, mengakui kesalahan dengan cepat, mengawali dengan sikap ramah, mengakses afinitas (kesamaan), membiarkan orang lain memperoleh pengakuan, terlibat secara empatik, menggugah sifat mulia, berbagi perjalanan, dan memberikan tatangan.
a). Menghindari argumen
Beradu argumen, atau berdebat, dengan orang lain jarang sekali membuahkan hasilbagi kita. biasana sebuah perdebatan akan berakhir dengan salah satu pihak semakin yakin dengan kebenarannya. Mungkin dalam perdebatan tersebut kita benar, tetapi berdebat sama sia-sianya jika kita memiliki pendapat yang salah.
Kita yakin bahwa komunikasi adalah masalah penyampaian. Kalau begitu bagaimana kita membangun kebiasaan untuk menghindari argumen. Kita perlu menyadari bahwa keuntungan bukan dengan cara berdebat, tetapi adalah dengan bekerja sama, dan untuk mendapatkan hasil-hasil interpersonal yang lebih hebat akan menjadi lebih besar saat pengalaman dan wawasan kita dipadukan dengan pengalaman dan wawasan orang lain. 
b). Jangan pernah menyalahkan orang.
Jangan pernah menyalahkan orang atau jangan pernah berkata “anda salah !”. memang sangat mudah bagi siapa saja untuk menyalahkan orang lain sebelum meluangkan waktu untuk memikirkan apa yang sedang dikatakan.
Memberitahu orang bahwa mereka salah hanya akan membuat orang memusuhi kita. hanya sedikit orang yang akan menaggapi dengan logis saat diberitahu bahwa mereka salah. Kebanyakan orang menaggapi dengan emosi dan defensif karena kita mempertanyakan pendapat mereka. Kita lebih baik memberitahu bahwa seseorang itu salah hanya dengan melalui tatapan atau gerak-gerik. Jadi kita harus menjaga diri agar tidak terkesan menghakimi mereka dalam setiap berkomunikasi dengan kita. Tunjukanlah selalu sikap yang ramah.
c). Mengakui kesalahan dengan cepat (dengan segera).
Dalam berbagai pertandingan, selalu ada wasit. Dan wasit adalah juga manusia, mereka juga melakukan kesalahan. Namun yang membuat kejengkelan para penonton adalah ketidakmampuan para wasit untuk mengakui kesalahan mereka. Tidak hanya wasit, kita sendiri juga sering melakukan kesalahan maka mengapa kita harus sulit mengakui kesalahan. Jika kita langsung mengakui kesalahan kita dengan sungguh-sungguh, sikap tersebut sama saja seperti mengirimkan sebuah press release ke semua orang untuk mengkonfirmasi bahwa kita sungguh-sungguh peduli dengan orang-orang yang kita sakiti dan kita meluruskan permasalahannya. Bila kita segera mengakui kesalahan maka dengan cepat kesalahan yang kita lakukan lenyap dari hadapan mereka.
d). Awali dengan sikap ramah.
Keramahan mendapatkan keramahan. Kita cenderung setuju dengan orang lain dari perspektifnya saat kita memiliki perasaan yang akrab dengannya. Tidak ada pendekatan yang lebih efektif dibandingkan kelembutan hati dan afabilitas (keramah-tamahan)sebuah salam yang ramah memiliki kekuatan yang besar.   
Jika kita mengawali percakapan dengan ramah, kita jauh lebih mungkin mendapatkan hasil positif yang kita cari, terlebih jika kita dan orang yang kita ajak berinteraksi tersebut sedang bermasalah. Memang orang yang selalu menanam keramahan dan sopansantun akan menuai pertemanan. Jadi adalah selalu untuk mendapatkan teman dimulai dengan sikap ramah.
e). Mengakses afinitas (daya tarik atau kesamaan)
Beberapa kata yang terpajang pada fitur media sosial (medsos) seperti FaceBook dan Twitter adalah kata-kata “like, friend, follow dan share”. Ini merupakan kata-kata yang menunjukan afinitas atau daya tarik/ kesamaan. Dalam dunia medsos afinitas sering kali hadir sebelum kita saling bertegur sapa di alam nyata. Pada hal sebelumnya pertemanan dan kesamaan berjalan beriringan. Namun sekarang afinitas ditunjukan sebelum kita saling bertemu.
Dalam komunikasi kita harus menawarkan kepada orang lain apa yang mereka inginkan. Jika kita ingin memulai dengan kata “ya” dan terus menjaganya, dengan demikian kita berada dalam level kepercayaan untuk bidang produk, jasa atau misi kita. dengan demikian akseslah afinitas secepat dan sesering mungkin.
f). Biarkan orang lain mendapat pengakuan.
Apa yang diingat oleh seseorang tentu saja tentang kemurahan dan kebaikan hati. Semakin banyak kita menyerahkan pengakuan kepada rang lain atas apa yang kita lakukan, maka kita makin lebih sering diingat dan pada akhirnya semakin banyak pengakuan yang kita dapatkan. Jadinya kesuksesan bukanlah mengenai perhatian dan pujian tetapi kesuksesan adalah mengenai kemitraan dan kemajuan.   
g). Terlibat secara empatik.
Dalam zaman digital sekarang banyak orang lebih suka mengedepankan promosi dan keuntungan interpersonal, kita jarang meluangkan waktu memikirkan apa yang orang lain rasakan pada sebuah keadaan. Saat kita meluangkan waktu untuk melihat dari perspektif orang lain, maka kita akan bersimpati pada perasaan dan gagasannya. Kebanyakan orang hanya mencari seseorang yang bersedia mendengarkan mereka dan bersimpati dengan keadaan buruk yang mereka alami, tak peduli seberapa kecil atau besar masalah mereka. Secara alami kita bukanlah makhluk yang empatik, jadi kita harus berusaha untuk mewujudkannya. Jika kita bisa melakukannya untuk orang lain, berarti kita memberikan hadiah yang mencerahkan hari-harinya.    
h). Menggugah sifat mulia.
Kita semua menginginkan transendensi- yaitu ingin menjadi orang yang berguna untuk orang banyak. Saat kita kecil kita ingin menjadi prajurit yang hebat atau pangeran yang gagah. Anak perempuan ingin menjadi gadis yang cerdas atau putri yang mempesona. Karena manusia sifat transendensi tersebut maka kita bisa menggugah sifat-sifat baik dalam diri orang-orang yang ingin kita pengaruhi untuk bisa jadi orang hebat, selanjutnya bisa saling bermanfaat dengan kita.
i). Berbagi perjalanan.
Mnusia tidak ingin diperlakukan sebagai komoditas, lebih dari itu, mereka tidak ingin kehidupan mereka dipandang sebagai kehidupan biasa. Manusia ingin merasa penting dan cara terbaik untuk menunjukannya adalah dengan memperbolehkan mereka terhubung dengan sebuah kisah yang lebih besar. Orang-orang dan bisnis yang memahami prinsip ini tak terkalahkan yaitu berbagi perjalanan. Saat perjalanan kita menjadi perjalanan mereka, maka kita sama-sama tertarik untuk melihat ke mana perjalanan ini mengarah.
j). Berikan tantangan.
Sebagian orang menganggap bahwa kompetisi sebagai sebuah kata yang kotor, sebenarnya tidak. Kompetisi adalah salah satu realitas yang paling menarik di dunia. Koneksi kita perlukan agar kita terus berusaha sementara kompetisi diperlukan agar kita terus berjuang dan berkualitas.
Seperti besi menajamkan besi, begitu pula manusia menajamkan manusia lain. Bunyi besi yang sedang menajamkan besi lain sama seperti suara kuku yang sedang menggaruk papan tulis. Satu-satunya cara terbaik untuk membangkitkan diri kita dan orang lain adalah melalui tatangan dan kompetisi. Saat kita bersaing, kita berusaha untuk menang karena kemenangan membuat kita merasa sukses dan penting. Kemenangan terasa semakin menarik, karena kompetisi mendorong kita untuk berkomunikasi dan berhubugan satu sama lainnya.
4). Cara melakukan perubahan tanpa penolakan.
Dale Carnegie menjelaskan bahwa ada 8 cara untuk melakukan perubahan tanpa penolakan atau tanpa menimbulkan rasa benci. Cara- cara tersebut seperti: mengawali dengan positif, mengakui kekurangan kita, menyampaikan kesalahan tanpa menarik perhatian, lebih baik mengajukan pertanyaan daripada memberi perintah secara langsung, peringan kesalahan, fokus pada kemajuan, semangatkan reputasi yang baik pada orang lain, dan terus terhubung pada pijakan yang sama.  
a). Awali dengan positif
Tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah menjelaskan kenyataan yang ada. Tanggung jawab terakhir adalah mengucapkan terima kasih. Di antara kedua tanggungjawab tersebut, pemimpin menjadi seorang pelayan. Dalam keadaan tegang atau bermaalah, tidak ada gunanya mengawali percakapan dengan negatif. Sama saja seperti sebuah sandiwara yang adengan pertamanya menunjukan tragedi, hal ini membuat penonton menjadi muram dan tidak senang.
Pemicu negatif di otak kita jauh lebih sensitif ketimbang pemicu positif. Kita bahkan mampu mengingat peristiwa-peristiwa buruk dengan lebih baik. Tidak hanya terbatas pada peristiwa tetapi juga kesan-kesan yang kita dapatkan dari orang lain. Kita cenderung lebih memikirkan sifat atau perilaku negatif ketimbang positif. Otak kita sibuk dengan perilaku negatif, tidak heran pada saat berkomunikasi kita tidak bisa menahan diri untuk langsung membahas masalah, mengungkapkan kritik.
Sebaiknya kita awali percakapan dengan apresiasi yang jujur dan tulus. Lawan bicara kita pun bisa lebih bersedia menerima ide-ide kita dan sikap menolak atau melawan yang ditunjuk pun tidak lebih besar. Jika topiknya sangat memancing perdebatan sebaiknya kita melakukan percakapan empat mata.
b). Mengakui kekurangan kita.
Sangatlah efektif jika kita mengawali dengan membicarakan kesalahan-kesalahan kita terlebih dahulu. Mengakui kesalahan diri bisa membantu meyakinkan lawan bicara untuk mengubah perilakunya sendiri. Kita membuat diri kita terlihat seperti manusia saat membicarakan kesalahan-kesalahan kita. Orang pun merasa lebih mudah untuk merasa terhubung dengan kita dan mereka merasa kita lebih memahami perspektif mereka. Dalam keadaan seperti itu, mereka menjadi lebih terbuka saat mendengar saran kita.
c). Menyampaikan kesalahan tanpa menarik perhatian.
Tidak selalu kegagalan di dalam pekerjaan disebabkan oleh ketidakmampuan kita. kita bisa mengalami kegagalan karena hati dan otak kita berada di tempat lain akibat masalah yang kita alami di rumah atau di tempat lain. Kesalahan dan kegagalan harus ditangani sebagai hal yang bisa ditebus dan tidak perlu digembar-gemborkan.
d). Lebih baik mengajukan pertanyaan daripada memberi perintah.
Melontarkan pertanyaan tidak hanya membuat sebuah perintah terdengar lebih menyenangkan dan mengurangi rasa jengel. Kita tahu bahwa dengan bertanya, kita membuat orang-orang yang ingin kita pengaruhi menjadi semakin terlibat. Manusia tidak suka diperintah, itu alasannya.
e). Peringan kesalahan
Kegagalan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari kita di rumah, dalam pekerjaan, di dalam segala upaya kita. Yang harus kita ingat saat menghadapi seseorang yang telah membuat kesalahan adalah cara orang tersebut menghadapi kesalahan tergantung dari dukung yang diterimanya saat melewati momen tersebut dan menarik pelajaran darinya. Perbedaan utama antara orang biasa dan luar biasa adalah bagaimana mereka melihat dan menaggapi kegagalan.
Jika kita meringankan kesalahan seseorang, kita tidak hanya menyelamatkan jiwa orang tersebut, kita juga membangun kepercayaan diri dan rasa percaya ke dalam hubungan kita dengan orang tersebut. Jika kita pernah menyelamatkan wajah seseorang sekali saja, kemampuan kita untuk mempengaruhi orang tersebut pun meningkat.
f). Fokus pada kemajuan.
Pujian dan semangat adalah dua elemen penting dalam memotivasi seseorang untuk mewujudkan potensi mereka, untuk memperbaiki atau mengatasi tantangan. Namun fenomena dalam dunia kerja bahwa jarang karyawan atau bawahan yang mendapat pujian dari pimpinan, jarang menerima ucapan terima kasih secara tertulis dan juga jarang menerima pujian di depan publik. Padahal pujian, ucapan terima kasih secara tertulis dan pujian di depan umum dari pimpinan merupakan tiga motivasi level teratas yang memberi pengaruh pada bawahan. Kemampuan menjadi layu saat didera kritik dan mekar saat diberi semangat. Maka berfokuslah pada kemajuan degan cara demikian kita pun membangun bakat orang lain ke titik maksimum.
g). Semangatkan reputasi yang baik kepada orang lain.
Agar dapat mengubah perilaku seseorang, ubahlah level kehormatan yang diterimanya dengan memberikan reputasi bagus yang bisa diembannya.
h). Terus terhubung pada pijakan yang sama.
Kita musti menciptakan win-win situation yang akan membuat semua orang senang. Komunikasi yang lebih baik akan terdapat dalam atmosfir yang egaliter- semua dapat kesempatan yang sama. Bahwa dunia ini selalu terbuka untuk berbagai aktivitas, namun tugas pertama kita adalah tetap beraktivitas secara kemanusiaan, yaitu saling tergantung dan saling interaktif, dan melakukan aktivitas dengan menjalin hubungan dan terus berhubungan dalam pijakan yang sama.
Itulah prinsip-prinsip bagaimana mendapatkan teman dan sekaligus cara-cara mempengaruhi orang lain yang saya sarikan dari buku Dale Carnegie- How to win friends and influence people in the digital age. Dia, sekalilagi, memaparkannya melalui pendekatan bagaimana kita bisa memberi kesan yang bisa bertahan lama pada orang lain. Kita juga harus tahu cara untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain, dan juga tahu cara menuntun perubahan tanpa penolakan. Moga-moga kita bisa selalu bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.  

Kemampuan Akademik Dan Pengalaman Kerja Sebagai Jalan Toll Menuju Masa Depan



Kemampuan Akademik Dan Pengalaman Kerja Sebagai Jalan Toll Menuju Masa Depan

            Saya sangat tertarik dengan tulisan Annie Mueller yang berjudul: work experience vs education- which lands you the best job ? Tulisan ini dijabarkan dalam bentuk tinjauan pro dan kontra. Beberapa argumen yang dipaparkannya adalah seperti:
             - Pendidikan tinggi hanya membuktikan bahwa anda hanya bisa sukses dalam
             bidang akademik, bukan dalam dunia kerja yang nyata.
            - Sukses dalam pekerjaan yang aktual (pengalaman kerja) lebih berarti dari sukses
             dalam bidang pendidikan.
            Tinjauan pro dan kontra di atas didukung oleh pendapat George D Kuh yang menulis tentang “the chronicle of higher education”. Ia mengatakan bahwa seseorang yang bekerja saat masih kuliah akan memperoleh keterampilan yang sangat berguna seperti keterampilan team work dan manajemen waktu.
            George D Kuh menambahkan bahwa bekerja part time (sambil kuliah) akan membantu mahasiswa untuk melihat dari dekat tentang nilai praktek sesuai dengan teori yang dipelajari dalam kelas dan diapplikasikan dalam bentuk nyata. Pengalaman tersebut juga akan punya dampak langsung dengan cita-cita atau karir yang sedang dicari.
            Gelar kesarjanaan yang diperoleh seseorang 20 tahun lalu, khususnya untuk bidang tekhnologi, ilmunya bisa jadi tidak begitu terpakai untuk saat ini. Kecuali kalau seseorang memiliki akumulasi pengalaman kerja yang relevan yang lamanya juga 20 tahun. Dengan demikian pengalaman kerja lebih punya nilai signifikan dibandingan teori yang diperoleh melalui pendidikan sebelumnya. Sekarang banyak hal telah berubah maka kita sangat direkomendasi untuk memahami berbagai kecendrungan- trendy- di dunia ini namun kita selalu bisa melatih diri agar selalu memiliki banyak pengalaman kerja.
Paparan di atas, sekali lagi, merupakan pro dan kontra atas issue “mana yang lebih punya pengaruh signifikan antara pengalaman kerja atau keberadaan pendidikan dengan pengalaman akademiknya ?”.Namun saya ingin menggabungkan kedua titik pandang tersebut menjadi dua kekuatan yang aat bermanfaat untuk menuju masa depan menjadi konsep pemikiran yaitu: Kemampuan Akademik Dan Pengalaman Kerja Sebagai Jalan Toll Menuju Masa Depan.
Saya juga termasuk orang yang mendukung bahwa pengalaman kerja tetap lebih signifikan dari hanya sekedar memiliki segudang teori yang diperoleh lewat gelar kesarjanaan. Saya terinspirasi dengan kesuksesan dua orang tokoh yaitu pengalaman hidup Presiden Sukarno dan Ciputra, seorang pengusaha sukses dan konglomerat terkaya di Indonesia. Kedua-duanya adalah alumnus ITB.    
             Yang menjadi pertanyaan adalah “apakah ITB yang telah mampu membuat mereka sukses atau malah mereka yang secara sugnifikan membuat ITB menjadi lebih populer ?” Dan pertanyaan ini tidak perlu untuk direspon.
            Benar bahwa ITB merupakan salah satu perguruan tinggi yang paling populer dan bergengsi di tanah air. Dan pada perguruan tinggi ini sempat belajar dua orang yang juga cukup populer. Dari biografi kita tahu bahwa yang membuat mereka lebih sukses adalah proses belajar dan proses kehidupan yang mereka ciptakan dan lewati.
            Bagaimana pendapat banyak orang tentang apa yang perlu dimiliki oleh para siswa dan juga mahasiswa agar mereka mampu meraih masa depan ? Mayoritas orang tua berpendapat bahwa sekolah atau pendidikan merupakan jembatan emas buat mengantarkan mereka menuju mimpi mereka tersebut. Sekolah yang juga identik dengan dunia akademik. Maka di sekolah para siswa yang jagoan dalam bidang akademik, ya merekalah yang dianggap sebagai orang yang sukses. Para siswa yang memperoleh juara kelas, juara bidang studi, juara olimpiade, hingga juara umum, ya mereka dielu-elukan ibarat seorang hero.
            Para orangtua juga demikian, mereka rela untuk membebaskan anak dari tanggung jawab ikut mengerjakan house work- membersihkan rumah, menyapu, cuci piring, menutup warung, dll- asal anak mereka bisa ikut bimbel dan melahap semua contoh-contoh soal ujian. Sebab terbayang sudah bahwa kalau sang anak mampu memperoleh ijazah dengan skor- skor yang fantastis, wow dapat dipastikan bahwa jalan toll menuju masa depan sudah terbentang. Sang anak akan melenggang kangkung buat melangkah menuju perguruan tinggi favorit dan sebentar lagi mimpi mereka akan menjadi kenyataan.
            Fenomena bahwa cukup banyak anak- anak yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi namun terlihat kebingun. Mereka bengong hendak mau dibawa kemana dibawa ijazah tersebut. Bahkan cukup banyak pemuda dan pemudi yang telah menyelesaikan studi di perguruan tinggi, sekalipun dari perguruan tinggi favorit, masih memperpanjak kontrak rumah kost mereka agar bisa tinggal lebih lama dan berharap kerja favorit yang mereka impikan jatuh dari langit atau segera datang melayang mendekatinya. Itu semua nonsense !!!
            Ternyata nggak ada pekerjaan yang jatuh dari langit atau datang melayang-layang mendatangi seseorang yang sekalipun jagoan akademik. Bahwa pekerjaan itu tidak akan datang mengejar kita dan juga tidak datang dengan mudah. Bahwa kitalah yang wajib mencari pekerjaan atau menciptakan suatu pekerjaan. Ya kesuksesan kerja yang hebat itu kitalah yang menciptakannya.
            Pernah dinyatakan bahwa kalau dahulu, 20 atau 30 tahun lalu, kalau ada kelulusan 100 % dari sarjana baru, maka yang 80 % memperoleh pekerjaan, sementara yang 20 % menjadi pengangguran. Mereka menjadi sarjana pencaker- pencari pekerjaan. Fenomena tersebut berbalik 180 derajat untuk kelulusan sarjana hari ini. Maka dari 100 % dari kelulusan sarjana baru, yang 20 % mampu memperoleh pekerjaan dan yang 80 % menjadi PTT alias Pengangguran Tingkat Tinggi.
            Siapa sih 20 % dari para sarjana baru yang mampu memperoleh pekerjaan dan dari mana mereka berasal dan apa kegiatan mereka saat di SLTA dan saat jadi mahasiswa ? Para sarjana yang mampu memperoleh pekerjaan setelah wisuda adalah mereka para mahasiswa yang bukan mahasiswa “kupu-kupu”. Yaitu para mahasiswa yang kebanyakan hanya terfokus pada urusan akademik dan tahunya hanya “kuliah pulang- kuliah pulang”. Atau juga BUKAN tipe mahasiswa yang terjebak dalam karakter pasif- karakter 4D yaitu tahunya cuma “datang, duduk, dengar, diam”. Mereka adalah para mahasiswa yang selain aktif belajar juga ikut melibatkan diri dalam ekskul di kampus dan punya seabrek peran dalam hidup mereka.
            Juga diperkirakan bahwa para sarjana yang mampu memperoleh pekerjaan tak lama setelah mereka wisuda adalah mereka yang saat jadi siswa SLTA bukan termasuk tipe siswa yang tahunya hanya jadi anak manis, siswa yang patuh, kaku, kuper, nggak punya banyak waktu buat membuka diri. Namun mereka adalah para siswa yang selain bertanggung jawab dalam belajar , juga meluangkan waktu dan pikiran dalam mengurus kegiatan OSIS di sekolah. Malah di rumah mereka adalah juga para anak yang juga pinter buat menyenangi hati orang tua- ayah dan ibuya.
“Jadinya mereka juga peduli dalam mengurus diri sendiri, merapikan kamar, membantu mama di dapur, menemani papa untuk beres-beres di perkarangan rumah”.
            Untuk zaman sekarang para siswa yang hanya sekedar jago dalam menaklukan buku, bisa jadi juara kelas dan juara lomba bidang akademik, namun kurang membuka diri dan juga kurang peduli dengan sesama. Susah diajak ngomong dan susah buat bekerja sama dengan team work, maka diprediksi bahwa skor-skor yang tinggi pada selembar ijazah tidak akan banyak berguna bagi orang lain.
            “Cukup banyak para pelajar yang pinter di sekolah, ya sekedar pinter cari nilai dan miskin pengalaman hidup, setelah dewasa hanya mampu jadi wong kecil atau pekerjaan biasa-biasa saja. Sementara itu ada orang yag saat remaja- sekolah di SMA/ MA yang pintarnya biasa-biasa saja, namun sangat peduli dengan sesama dan juga aktif dengan kehidupan sosial. Singkat kata dia adalah tipe orang yang cepat kaki- ringan tangan. Senang bekerja dan suka memberi bantuan pada sesama, maka setelah dewasa mereka alhamdulillah menjadi orang yang rata-rata tergolong sukses”.
            Kalau demikian bagaima jadinya tentang sekolah ?  Ya keberhasilan dalam hidup ini tidak hanya ditentukan semata-mata pada prestasi akademik. Prestasi akademik yang tinggi juga mutlak diperlukan bagi orang-orang yang juga akan berkarir dalam akademik, munkin untuk menjadi tentor pada bimbel, guru dan dosen. Namun pekerjaan di luar itu sangat direkomendasi untuk memiliki nilai dan keterampilan sosial yang juga ekstra. Kemampuan akademik tidak cukup buat meraih masa depan. Jadinya mereka mutlak untuk memili kecakapan hidup yang lain seperti kemampuan kerja sama (team work), keberanian, keterampilan berkomunikasi, kemampuan manajemen, kemampuan memimpin, kemampuan beradaptasi, dll.        
            Dari proses kehidupan bapak proklamator negara kita, Presiden Sukarno, tercatat bahwa prestasi akademik dan serangkaian pengalaman sosial/ pengalaman hidup telah menjadi kunci utama dalam mengantarkannya menjadi orang yang hebat dalam sejarah Indonesia, bahkan juga dalam sejarah dunia. Sejak berusia masih muda Presiden Sukarno sangat gemar belajar, membaca dan berorganisasi. Ia belajar secara otodidak untuk banyak bidang. Saat dia pindah rumah maka dia membutuhkan truk untuk membawa buku-bukunya dalam berbagai bahasa. Karena ia menguasai bahasa Inggris dan Belanda secara fasih dan beberapa bahasa asing lainnya.
            Sukarno juga membaca banyak buku-buku politik, filsafat, agama, sosial dan biografi yang langsung ditulis oleh penuls besar di dunia. Dengan membaca buku-buku dalam bahasa Belanda dan Inggris maka ia langsung bersentuhan dengan para tokoh dunia. Untuk keterampilan sosial maka Sukarno banyak mengunjungi para tokoh hebat yang ada di kota dimana ia hidup. Dia senang bertukar pikiran, menulis dan berpidato sehingga ia adalah juga presiden yang jago menulis dan seorang orator ulung yang telah menggemparkan dunia. Melalui Sukarno maka orang-orang di dunia mengenal dan menyegani bangsa Indonesia.
            “Betul bahwa ia tidak terpaku pada teori yang ia baca, maka ia juga aktif bergabung dengan berbagai klub dan partai politik yang mana merupakan wadah yang membuatnya bisa saling berbagi dan menyalurkan aspirasi untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka hingga bisa setara dengan bangsa-bangsa lain di duna”.
            Begitu juga dengan Ciputra. Saat dia tercatat sebagai mahasiswa ITB, kemiskinan telah menjadi teman kehidupannya. Maka untuk melawan kemiskinan ini, ia memutuskan untuk bekerja sambil kuliah. Ia berkolaborasi dengan temannya untuk  mendirikan usha konstruksi, pada mulanya hanya secara kecil- kecil. Ia memberanikan diri untuk menawarkan jasa konstruksi kepada pihak pemerintah dan swasta. Dia mengalami jatuh bangun dalam mengelola kehidupan dan bisnis. Walau ada badai menerjang, ia tetap bangkit dan bertahan. Hingga usahanya ikut mencerahkan konstruksi ibu kota dan beberapa persada nusantara.
            Hidup memang selalu berjuang, bangkin dan bergerak. Kemampuan akademik yang didukung oleh berbagai keterampilan lain seperti keberanian, manajemen waktu, rasa tanggung jawab, kemampuan berkomunikasi an beradaptasi mutlak untuk dimiliki. Ini semua merupakan jalan toll untuk memudahkan kita dalam menggapai masa depan kita.  

Melejitkan Kecerdasan Yang Berimbang



Melejitkan Kecerdasan Yang Berimbang

            Lebih dari sepuluh tahun lalu, sekitar tahun 2000-an, dunia pendidikan kita mengenal istilah quantum quotient atau kecerdasan quantum. Maka saya juga sempat menemukan literatur yang relevan. Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2002) menjelaskan tentang quantum learning, yaitu bagaimana membiasakan belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Dimakah sekolah yang menyenangkan dalam hidup ini bisa kita jumpai ?
            Bagi saya pribadi, sekolah utama yang menyenangkan ada di Taman Kanak-kanak. Karena taman kanak-kanak adalah sebuah taman pendidikan yang indah. Kemudian di tempat bimbel yang dikondisikan. Selanjutnya bahwa sekolah yang menyenangkan tersebut pada beberapa sekolah dasar, SLTP dan SLTA.
            Fokus belajar pada taman kanak-kanak juga meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Tujuan pembelajarannya adalah agar anak menguasai gerak kasar dan gerak halus dan juga dasar-dasar keterampilan sosial. Adapun metodepembelajaran di taman kanak-kanak adalah dalam bentuk learning by doing, learning by playing, learning by imitating and learning by exploring. Karena merasa nyaman dan begitu menyenangkan belajar di taman kanak-kanak, maka cukup umum anak-anak TK yang sangat mengidolakan guru mereka dan lebih mendengar apa yang diucapkan dan dikomentari oleh guru-guru mereka.
            Juga banyak siswa yang merasa nyaman dan senang belajar pada beberapa SD, SLTP dan SLTA. Juga ada rasa nyaman dalam belajar terjadi pada beberapa bimbingan belajar. Mengapa ini terjadi ?
            Yang diperlukan oleh anak-anak untuk belajar adalah memang lingkungan yang menyenangkan, kemampuan berkomunikasi, keterampilan belajar dan menumbuhkan rasa percaya diri. Dorothy Law Nolte menulis puisi edukasi yang berjudul “children learn what they live- anak anak belajar dari lingkungan”, sebagaimana saya baca pada buku SEFT- Spiritual Emotional Freedom Technique (Ahmad Faiz Zainuddin, 2009). Beberapa cuplikan puisinya mengenai suasana pendidikan dengan lingkungan positif, yaitu sebagai berikut:
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh toleransi, ia belajar untuk bersabar.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang memberi pujian, ia belajar untuk menghargai.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang menerimanya apa adanya, ia belajar untuk
               mencintai.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang memberikan dukungan, ia belajar untuk
               menyenangi dirinya.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang memberikan penghargaan, ia belajar untuk
               memiliki tujuan dan cita-cita.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang suka berbagi, ia belajar untuk bermurah hati
               dan suka memberi.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang menjunjung tinggi kejujuran, ia belajar untuk
               mencintai kebenaran.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang menghargai keadilan, ia belajar untuk
               bersikap adil.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang baik hati dan penuh tenggang rasa, ia belajar
               untuk menghormati.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh rasa aman, ia belajar untuk memiliki
               keyakinan dan berbaik sangka.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang bersahabat, ia belajar untuk merasa bahwa
              dunia ini indah dan hidup ini begitu berharga.
            Nah bagaimana dengan anak-anak di lingkungan kita ? Mengapa di sekolah-sekolah dan kelas-kelas tersebut aktivitas terasa nyaman dan menyenangkan ? Suasana ini terjadi karena adanya lingkungan yang memberi semangat dan dukungan, lingkungan yang memberi pujian dan juga menerimanya, lingkungan yang memberi penghargaan dan rasa aman, serta lingkungan yang penuh bersahabat dengan anak didik.
            Bobbi De Porter dan Mike Hernacki menambahkan bahwa setiap hari anak akan memperoleh dua macam komentar dari  teman, orangtua, guru dan lingkungan mereka, yaitu komentar positif dan komentar negatif. Adalah berbahaya bila anak banyak memperoleh komentar negatif, sebab semangat belajar mereka bisa melorot.
            Jika anak sering kena ancam atau tidak memperoleh modeling  dalam hidup, maka kecerdasannya pada akhirnya akan mandek. Lingkungan yang kaya akan rangsangan, menghasilkan siswa yang sukses. Sementara lingkungan yang miskin dengan rangsangan akan menghasilkan siswa yang lambat cara belajarnya.   
            Saya menjumpai sebuah lingkungan rumah yang memungkinkan seorang anak bisa belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Memang orangtua harus menyediakan ruang belajar dan merancangnya seapik mungkin. Rumah tersebut adalah rumah seorang mahasiswa Asia yang memperoleh beasiswa di Universitas Melbourne. Umumnya orang di Australia hidup mandiri, dan tidak terbiasa punya pembantu. Punya pembantu melambangkan ketidak berdayaan dan juga tidak mandiri dalam hidup.
            Mahasiswa doktoral ini membawa anaknya dan merancang ruang belajar dan ruang eksplorasi buat anak. Ada sarana bermain edukatif, ada bacaan, ada aturan kehidupan, ada interaksi. Lingkungan memberikan rasa aman bagi anak, ada pujian dan penerimaan. Orangtua mua ini menyediakan pengalaman yang banyak dan beragam buat anaknya. Sang anak punya pengalaman mencoba, bergaul dan pengalaman perjalanan. Sebab anak atau seseorang yang punya koleksi pengalaman pribadi yang banyak akan lebih kreatif dari orang yang kurang pengalaman.
            Orangtua dan guru juga tidak perlu terlalu mencampuri dan terlalu mendikte mengapa dan bagaimana seorang anak alam belajar. Bahwa orang belajar tergantung pada faktor fisik, faktor emosional dan faktor sosiologi. Ada anak yang senang belajar dengan cahaya terang dan juga ada yang suka cahaya agak redup. Ada yang suka belajar dengan berkelompok dan ada yang suka sendiri. Kemudian ada yang suka belajar pakai musik dan ada yang suka suasana sepi, dan juga ada yang suka belajar dengan kondisi rapi dan ada yang suka suasana berantakan.
            Sekarang ini banyak orang beranggapan bahwa belajar yang nyaman dan menyenangkan hanya terjadi di sekolah-sekolah unggul, karena sekolah tersebut sengaja dirancang dan para siswanya menjadi cerdas karena diprogramkan. Namun jauh di sana, pada sebuah sekolah biasa-biasa saja di kita Ambon telah muncul seorang siswa polyglot- menguasai lebih dari 10 bahasa-bahasa dunia, sementara itu orangtuanya hanya seorang buruh kecil, namun dia (namanya Gayatri) menemukan quantum learning sendiri dalam menguasai banyak bahasa, sehingga mengantarkan dia menjadi duta bangsa ke PBB di New York.
            Latif Pramudiana, seorang teman asal Tangerang, yang mengabdi sebagai guru di Lintau, sebuah kota kecil, tidak berhenti belajar dalam hidupnya. Laki-laki ini terbiasa untuk selalu belajar dalam hidupnya. Saya menemukan alat musik dan juga tumpukan buku-buku di kontrakannya. Dia terbiasa kalau belajar senang melihat buku-buku bertebaran di sekitarnya, lain waktu ia bermain gitar atau membaca buku yang ditemani lantunan instrumen lembut.
            Baginya memegang buku itu sebuah kenikmatan. Ia melahap buku dengan sepenuh hati. Ia menggunakan sebuah pensil untuk mencoret-coret, menggaris bawahi dan menghubungkan ide-ide dalam buku tersebut. Bila bisa menamatkan satu buku, ia merasakan bahwa ia berhasil menaklukan sebuah peradaban dan ia pun merayakan. Banyak membaca bukan berarti membuat ia menjadi kurang pergaulan. Ia juga meluangkan waktu untuk saling bertukar pikiran dengan sesama dan juga melakukan banyak perjalanan untuk menemui orang baru dan pengalaman baru.
            Secara tidak sengaja dahulu saya sering berkunjung ke sebuah rumah di Lintau,  yang di dalamnya terdapat beberapa lemari yang penuh dengan berbagai macam buku. Orang yang memiliki buku-buku tersebut dan telah membaca/ menamatkan dan mentelaah semua isi buku tersebut bernama Fasli Jalal. Yang kemudian pernah menjadi Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
            Quantum learning- kebiasaan belajar nyaman dan menyenangkan- telah mengantarkan Fasli Jalal menjadi salah seorang tokoh pendidikan terkemuka di Indonesia. Itu diawali dengan keputusannya saat muda untuk memilih sekolah berkualitas Di Kota Solok  jauh dari kampungnya di Lintau. Di sana dia hidup mandiri dan terbiasa dengan active learning dan peduli denga literasi membaca yang banyak dan berkualitas. Semangat suka berkompetisi memberinya motivasi yang tinggi untuk mencapai visinya melalui strategi hidupnya yang terencana hingga ia memperoleh puncak karirnya.
            Untuk zaman sekarang, bahwa seseorang yang hebat bukan hanya harus memiliki IQ (inteligent quotient) yang bagus, namun juga harus juga peduli dengan eksistensi EQ (emotional quotient)dan SQ (spiritual quotient). Dia harus memiliki komponen kecerdasan yang berimbang. IQ yang bagus menjadi syarat mutlak untuk berkompetisi. EQ yang bagus menjadi syarat untuk mencapai prestasi puncak dan SQ menjadi syarat untuk mencapai tujuan dunia dan akhirat. Ksuksesan kita ditentukan oleh IQ, dan kebahagiaan kita ditentukan oleh IQ dan SQ. Maka inilah hakekat untuk melejitkan kecerdasan yang berimbang.
            Agus Nggermanto (2003) menjelaskan tentang bagaimana cara melejitkan IQ, EQ dan SQ secara harmonis.salah satunya adalah melalui accelerated learning atau percepatan belajar. Percepatan belajar bagi siswa dengan IQ yang mantap bisa dilakukan melalui membaca cepat, membaca yang cepat, dan berpikir kreatif.
            Rata-rata kita memiliki Iq yang standard dan kita perlu mengasah iq kita. kebiasan yang bisa kita lakukan untuk mengasah iq adalah melalui membaca cepat, menghafal yang cepat, berpikir kreatif, berhitung cepat dan, mencatat yang cepat- misal melalui mind mapping.   
            Menghafal yang cepat dapat kita lakukan dengan menggunakan semua indera yang berhubungan penyerapan informasi seperti audio (pendengaran), visul (penglihatan) dan kinestetik atak praktek. Intensitas dan pengulangan pokok pikiran dengan cara membaca bersuara atau melalui peta pikiran juga menentukan kualitas hafalan. Menggunakan unsur emosional, seperti bernyanyi/ pakai musik dan melakukan gerakan juga menentukan kualitas hafalan. Bergerak dapat membangkitkan semangat. 
            Membaca cepat adalah kebutuhan dasar manusia. Membaca telah dianjurkan oleh Allah seperti yang dapat kita baca dalam alquran. Membaca merupakan kunci untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Untuk mengatasi masalah membaca adalah dengan mempercepat kemampuan membaca, kita harus membiasakan banyak membaca.
            Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2002: 178) menjelaskan tentang menulis dan mencatat, kita semua adalah penulis. Dorongan untuk menulis itu sama besar dengan dorongan untuk berbicara, yaitu untuk mengkomunikasikan pikiran dan pengalaman kita. tentang mencatat, bahwa mencatat berguna unuk meningkatkan daya pikir kita. Ada 2 cara mencatat yang dapat kita terapkan yaitu dengan cara membuat peta pikiran atau mind mapping dan yang lain dengan bentuk catat tulis susun. Kiat-kiat tambahan dalam mecatat adalah untuk membuat kita bisa mendengar secar aktif.
Seseorang kalau mendengar ceramah, pidato dan seminar, kalau hanya sekedar mendengar maka daya tahan atau fokusnya tidak begitu lama, setelah itu dia akan merasa bosan dan mengantuk. Maka mendengar aktif perlu dilaksanakan, yaitu mendengar dan mencatat ide-ide penting. Maka saat mendengar ceramah, pidato dan seminar, duduklah dibagian depan dan mendengar sambil menctat poin-poin penting.
Tentang korelasi multi-intelegensi (kecerdasan berganda) dengan IQ, SQ dan EQ. Yang termasuk kecerdasan intelektua (IQ) meliputi kecerdasan logis dan linguistik atau numerikal dan verbal. Kecerdasan emosional (EQ) meliputi kecerdasan intrapersonal (memahami dan menguasai diri) dan interpersonal (bergaul dan beradaptasi  dengan orang lain), kemudian kecerdasan spiritual (SQ) meliputi kecerdasan substantial (zat) dan kecerdasan ekistensial (memahami keberadaan hidup dan penciptaan kehidupan). Bentuk kecerdasan yang lain (quotient lain) adalah kecerdasan kinestetik (psikomotorik atau kecerdasan tubuh)  dan kecerdasan musik.
Melejitkan kecerdasan yang berimbang, yaitu antara kecerdasan IQ, EQ dan SQ perlu diusahakan. Kalau kita hanya sekedar ceras dengan IQ, kita memang mampu bersaing dalam hidup, namun kita akan susah untuk mencapai karir puncak karena karir puncak dilalui lewat tangga sosial atau kecerdasan emosional (EQ). Kemudian hidup juga terasa kosong dan miskin dari nilai-nilai kehidupan, karena kita lemah dalam kecerdasan spiritual (SQ). Sebelumnya kita sudah memaparkan cara meningkatkan potensi IQ, maka berikut adalah cara buat meningkatkan potensi EQ dan SQ. Emotional quotient kita bisa berkembang melalui:
- Bergaul dengan banyak orang, dengan cara demikian kita akan memiliki
   pengalaman yang kaya dengan berbagai jenis emosi orang.
- Sudi untuk mengambil tanggungjawab.
- Mendengar dengan cara berempati, utamanya pada anak dan murid, dan juga pada
   orang yang lebih muda usianya.
- Mengungkapkan suasana hati.
- Membantu untuk menemukan solusi lewat curhat (curah hati atau curah perasaan).
- Dengan cara menjadi modeling atau teladan bagi orang sekitar. Seseorang suka
   melihat atau meniru contoh daripada diceramahi atau digurui.
Tentang spiritual quotient, bahwa banyak orang yang sukses ditinjau dari ukuran dunia, namun mereka merasa kering dan gersang pada rohaninya. Itu terjadi karena mereka kurang memahami substansial zat diri dan penciptanya, dan juga kurang memahami eksistensi atau keberadaanya. Menurut ajaran Islam bahwa setiap manusia harus punya hubungan yang berimbang antara “ hablul minallah wa hablul minannas- berhubungan dengan Allah (Tuhan) dan juga berhubungan dengan manusia”. Untuk meningkatkan kualitas spiritual quotient atau kecerdasan spiritual, maka kita harus punya ilmu pengetahuan tentang agama, kita mampu menerapkan atau mengamalkan ilu tersebut. Kemudian kita harus memiliki komunitas atau jamaah dimana disana kita dapat saling bercermin diri atau melakukan refleksi serta introspeksi diri.      

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...