Teman Akrab Ternyata Ibarat Api Dalam Sekam
Hari-hari
yang paling indah setelah aku berusia remaja adalah saat aku ikut dalam proses
perpisahan sekolahku di gedung nasional Maharajo di Batusangkar. Papaku usianya
sudah lebih dari separo baya, namun dia bisa menyesuaikan diri dengan para remaja,
dan dia adalah teman curhatku.
Di hari perpisahan tu,
semua orangtua siswa diundang, ayahku juga diundang. Seperti biasanya, ayahku
lebih senang meleburkan diri dengan para remaja, teman-temanku. Dia berbagi
cerita dan juga senang bercanda dengan kami semua.
“Dengar-dengar ada yang
lagi dekat dengan Princess Nad”, kata ayahku tiba-tiba. Kalimatnya memecah
kekakuan kami.
“Ayo ....siapa yang
lagi dengan Princess Nad? Silahkan tampil ke sini...karena aku mau ambil foto
kamu berdua”, sapa papaku dengan nada penuh investigasi.
Aku senyum-senyum malu,
dan aku separo grogi dan juga senang saat Virgo muncul dan duduk dengan jarak
seperempat meter dari sisiku. Di kelas sembilan Virgo memang suka bercanda
denganku, dia sering datang ke mejaku dan teman-teman berbuat usil buat kami
berdua. Virgo kemudian tampil, melangkah dan mendekat pada papaku. Papa membuka
kamera pada gadget.
“Pret...pret....pret”.
Demikian suara jepretan foto dari gadget papa. Ada-ada saja peristiwa kecil
yang penuh arti yang dibikin papa di hari indah itu.
Waktu bergulir cepat
dan aku mengikuti berbagai diskusi dengan papa dan juga bundaku tentang masa
depan studiku. Dalam keluargaku berkembang wacana, apakah aku mau melanjutkan
studi ke SMAN 3 Batusangkar, atau ke Pesantren. Ternyata solusinya aku langsung
mendaftar saja ke MAN 2 Batusangkar. Namun ada sedikit perubahan.
Andai aku studi di SMAN
3 Batusangkar, maka aku pilih jurusan IPS, karena tuntutan akademik sekolah ini
cukup tinggi dan aku jujur mengatakan, aku kurang suka dengan pelajaran yang
banyak menggunakan angka. Jadinya aku pilih jurusan IPS saja. Namun aku
studinya di MAN 2 Batusangkar, dan tuntutan akademiknya lebih rendah dan aku
memutuskan untuk studi di jurusan IPA.
Pendek kata hari
pertama segera tiba. Pagi-pagi sekali aku sudah mandi, sarapan dan memakai
seragam sekolah dan segera menuju madrasah. Hari pertama adalah hari buat MOS-
Masa Orientasi Sekolah. Semua terasa serba baru dan semua anak juga terlihar
gembira. Aku ingin tahu siapa saja teman-teman sekelasku waktu di MTsN
Batusangkar yang jadi siswa baru di sekolah baru ini. Mataku sempat berselancar
di atas berbagai kepala, aku tidak melihat wajah Virgo. Aku ingin Virgo juga
sekolah di sini. Aku masih ingat dan terbayang dengan wajah Virgo. Senyumnya
dan candanya masih terngiang di telinga. Itu semua membuat aku senang.
Aku melihat satu teman
lama yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempat aku berbaris. Aku
melemparkan senyum pada seorang teman perempuan yang satu asal sekolah denganku,
ternyata dia tidak melihat senyumku. Namun pada saat yang sama ada balasan
senyum dari seorang cowok, nama singkatnya AW. Aduh cowok itu senyumnya manis
sekali. Dia mungkin tidak tahu kalau aku buan tersenyum padanya, aku hanya mis-smiling padanya. Tapi aku senang
dengan senyum imutnya. Hari-hari selanjutnya wajah dan senyum imutnya membekas
pada dinding hatiku.
Hari terus bergulir dan
ada perubahan dalam suasana emosiku. Wah aku bengong, mengapa ada campur aduk
perasaan antara rasa pada Virgo dan AW. Wajah AW jadi hadir dalam hatiku dan
wajah Virgo terasa terganggu. Biar aku cari tahu ada apa dan mengapa dengan Virgo
di tempat lain dan di sekolah lain. Aku segera memasang mata-mata atau spionase
lewat bebera orang teman baikku yang tinggal satu blok kampung dengan Virgo.
Beberapa waktu setelah itu ada beberapa laporan dari mereka:
“Lapor, ternyata Virgo
nggak lagi setia padamu !”
“Lapor, ternyata Virgo sudah
main hati dengan gadis lain di kampusnya!”
“Lapor, ternyata Virgo
jago mencuri hati para gadis”
Darahku segera
mendidih. Baliho foto Virgo dalam hatiku jadi zoom in, jadi menciut. Aku
biarkan hatiku kosong. Namun OMG, wajah AW jadi zoom out dalam hatiku. Dan aku
jadi salah tinggkah bila jumpa dengan AW.
Apakah aku jadi
bertepuk sebelah tangan?. Mungkin tidak karena aku lihat AW juga memperlihatkan
tanda-tanda senang denganku.
“AW suka duduk di depan
kelasku, sengaja mondar mandir sambil melemparkan pandangan ke dalam kelas.
Satu lagi bahwa AW sering duduk di atas sepeda motor yang parkir di halaman
sekolah. Bila aku lewat, dia melihat diriku begitu komplit dari ujung jari kaki
hingga ke jilbabku. Aku merunduk malu dan segera berlalu. Setelah itu baru AW
pulang menuju rumahnya di kampung Belimbing. Prilaku itu sering terlihat dan
aku saksikan dengan mata dan kepalaku sendiri.
Aku jadi nggak bisa
menahan diri. Aku lemparkan perasaanku pada beberapa teman wanita dan juga pada
teman pria, seperti pada Naufal. Aku juga makin yakin bahwa AW suka padaku. Aku
tahu ada lima orang cowok yang menjadi supporter AW dalam merebut hatiku. Setelah aku mulai mengenal AW, gaya dan
prilaku-ku jadi sedikit berubah. Teman-temanku tentu tak ada yang tahu, kecuali
ayahku. Tumben ayahku jago berteori.
“Princess NAD, penampilan
(gaya) dan karaktermu terlihat berubah, sedikit serba dianggun-anggunkan”. Kata
ayahku.
“Jadinya karakter dan
penampilanmu terlihat nggak alami lagi. Volume suaramu jadi mengecil. Langkahmu
terlihat lambat, memang itu membuat kamu terlihat anggun seperti gadis kraton.
Tetapi efeknya kamu jadi pemalu. Sementara itu AW juga cowok pemalu. Akhirya di
antara kalian berdua tidak muncul kemampuan untuk berkomunikasi, kecuali hanya
sebatas tersenyum saja. Kalau kalian berdua mau saling dekat musti ada proses
komunikasi. Buat si AW, makanya dia butuh orang untuk mendukung rasa sukanya
atau rasa cintanya padamu”
Aku jadi tertawa dan
malu mendengar paparan papa, meledek dan bercanda padaku. Itu semua betul,
karena aku dan AW sudah satu kelas, tetapi komunikasi kami masih sebatas
tersenyum saja. Tidak ada yang salah atau yang betul dalam hal ini.
Agar aku menguasai
materi pelajaran. Aku segera mencari dukungan papa agar aku bisa ikut bimbel di
GO. Papa semuanya setuju. Ada juga rasa bahagia di sana aku berjumpa dengan teman
yang cantik dan lembut dan berani berkomunikasi. Rasa suka aku pada AW aku
utarakan padanya. Namanya Alicia, dia tinggal di sebuah perumnas di Limo Kaum. Alicia
senang menjadi perantara (mediasi) aku dan AW untuk memuluskan hubungan rasa
suka aku pada AW.
“Nad kalau kamu suka
AW, biar aku bantu, kita pisa ketik pesan-pesan kamu buat AW lewat gadgetku”.
Pucuk dicinta ulam tiba, hatiku senang dengan tawaran Alicia untuk
menghubungkan aku dengan AW. Sejak itu aku juga sering berkunjung ke rumah
Alicia.
Papa sering menjemput
aku dari rumah Alcia. Papa juga sempat bertamu dan ngobrol dengan keluarga
Alicia. Papa juga bercanda dengan Alicia. Tetapi ada terasa keanehan, saat papa
bercanda dan menyebut namaku dan AW, si Alicia terlihat tidak begitu rsponsif,
Alicia jadi cuek kalau papa membahas hubungan aku dan AW. Sepertinya ada rasa
lain pada diri Alicia. Mungkin dia juga ingin punya hubungan spesial dengan
cowok lain yang pribadinya kayak AW. Atau Alicia sendiri mungkin mau bersimpati
pada AW. Ini perasaan yang diungkapkan oleh papa padaku, bukan berarti papa
ingin ikut campur urusan para remaja .
Kok ada rasa aneh
antara aku dan Alicia. Alicia yang pada mulanya terlihat anggun dan terasa
tulus padaku. Kemudian aku merasa ada ganjalan. Alicia jadi bersemangat dan
malah jadi lebih aggersif dalam mengurus hubungan aku dan AW, apakah
selanjutnya dia (Alicia) ingin aku dan Aw saling mendekat atau saling menjauh.
Pada mulanya AW dan
Alicia tidak ada komunikasi karena mereka tidak berasal dari satu sekolah saat
di SMP atau di MTsN. Hanya lewat namaku Alicia jadi berkenalan dengan AW. Dan
Alicia jadi bersemangat, apalagi AW ini orangnya punya wajah attraktif dan
kayaknya setelah saling berkenalan Alicia dan AW menjadi bersahabat dan lebih
dekat. Tentu saja saat berjumpa ada berbagi chatting mereka berdua membahas
tentang aku. Aku ingin tahu...apa saja yang disampaikan oleh Alicia pada AW
...apakah tentang diriku apa adanya...atau Alicia dengan kemampuan berkonunikasinya
yang jitu ingin mengada-ada tentang aku sehingga aku terlihat negatif di mata
AW.
Aku tidak bisa
mendustai perasaanku bahwa aku jadi curiga, kok ada rasa mengganjal dalam
hatiku tentang pribadi Alicia. Papa juga bersikap sama, katanya:
“Alicia itu memang
cantik, terlihat menganggun-anggunkan diri. Saat papa ikut campur membaca nama
AW dan nama aku di rumah Alicia. Alicia terlihat cuek, dan diam tak bergeming.
Saat papa menyapa Alicia, dia hanya menjawab dan berkata-kata dengan begitu
hemat. Dia terlihat bikin jarak dengan papa, apakah setelah Alicia berkenalan
dengan AW dia juga ikut bersimpati pada AW, juga ikt ingin memiliki AW, Jadinya
Alicia merasa cemburu dengan kedekatan AW dan aku (NAD).
Hari terakhir papa
jumpa dengan Alicia, yaitu saat menjemputku pulang Les di GO. Tentu saja Alicia
genjar mempengaruhiku agar berfikir logika dan agar menjauh dari AW, ada
beberapa kalimat Alicia yang masih aku ingat:
“Buat apa sih NAD kamu
ingin dekat dengan AW, mungkin dia nggak cocok denganmu....dia ada hubungan
dengan gadis lain...dia itu play boy”. Di lain hari selalu Alicia memasang
gaya-gaya diplomatik dan berkata:
“NAD....jangan kamu
begitu terobsesi pada si AW atau kalau kamu mau dekat maka nanti akan aku atur”
Hari terakhir aku masih
akran dengan Alicia, kami baru saja selesai dari belajar di bimbel GO. Malam
itu Alicia berbusana hitam, dia telah telah melancarkan strategi-strategi
bagaimana aku bisa menjauhi dan menghilngkan rasa suka pada Aw.
Pada Aw, si Alicia juga
berupaya buat berlogika agar AW segera menjauhi aku. Kalimat kalimat sopan tetapi
tujuannya berbeda tentu telah mengaduk-aduk logika dan rasa suka AW pada ku. Mungkin
Alicia berkata:
“AW.....apakah kamu
suka pada si NAD ? Apakah kamu cinta pada si NAD ?”. Tentu saja AW akan berkata
tidak, karena AW sendiri sudah merasa terpikat oleh wajah cantik Alicia dan
mulut manisnya. Selanjutnya Alicia, aku fikir juga berkata:
“AW cobalah kamu
pikir....Nad itu orangnya taat, orangnya sholeh....dan dia tentu akan pilih
cowok sholeh. Sementara itu kamu seperti biasa-biasa saja tentu NAD hanya akan
bersandiwara saja padamu. Aku dengar dia juga punya hubungan spesial dengan
cowok lain. Aku rasa ini hanya mungkin perkiraan aku saja, tetapi bisa jadi
benar”. Mungkin kata si Alicia untuk memperdaya dan mencuci pemikiran AW.
Sebaliknya si Alicia
memberi perhatian pada AW seratus kali...seribu kali...sejuta kali. Akhirnya AW
merasa nyaman dalam berkomunikasi pada Alicia. Dan Alicia memang jago dalam
melumpuhkan rasa dan hati AW, akhirnya AW memang takluk. Buktinya AW kalau sudah
sampai di sekolah pasti selalu mencari-cari dan mengejar-ngejar Alicia. AW terlihat
seperti sudah mabuk dan sudah menjadi patuh dalam rasa pada Alicia.
Imbasnya...AW terlihat tidak begitu butuh pada kehadiranku, dia jadi cuek
padaku.
Tentang tindak tanduk
antara aku dan AW di kelas jadi perhatian teman-teman, kata mereka kami berdua
(aku dan AW) ada hubungan saling dekat dan spesial. Namun setelah kehadiran
Alicia pada AW, semua jadi berubah. AW jadi lebih dekat dan terlihat lebih
mengejar-ngejar Alicia yang lebih berani.
Jadinya setelah itu
banyak juga info-info yang aku peroleh dari teman-teman ku. Semuanya mengatakan
bahwa aku harus hati-hati pada Alicia..karena Alicia terkenal jago dalam mengotak
atik pemkiran cowok. Dia (Alicia) mungkin telah menikung hubungan dekat aku dan
AW dan dia sendiri sekarang yang merapas persahabatan aku dan AW.
“NAD.....aku lihat, si
AW main mata dengan Alicia......NAD aku lihat AW ngantarin Alicia dan Alicia
dibonceng dengan wajah senang dan penuh rasa malu”.
Dan pada mulanya aku
curhat pada teman dan juga pada papaku. Papaku selalu mengajak aku buat tenang
dan berfkiran positif.
Namun akhirnya darahku
jadi mendidih. Emosiku jadi berantakan. Aku rasa dan aku lihat si Alicia yang
menyatakan niat lain Bahwa dia yang bakal memuluskan hubungan persahabatan aku
dengan AW, ternyata dia malah membikin rasa dekan AW padaku jadi porak-poranda.
Dia bikin strategi “Devide et impera...pecah belah lalu kuasai. Betul ...dia
telah memecah dan membelah hubungan aku dengan AW dan kemudian dia sendiri yang
menguasai AW. Aku dan banyak teman melihat bahwa Alicia terlihat lebih aggerif
buat mengajak AW agar selalu datang padanya. AW sendiri rasa sukanya padaku
sudah menipis dan mata hatinya buat ku juga mulai rabun, atau sudah buta.
Akhirnya aku pencet SMS
protes pada AW dan pada Alicia. Aku protes bahwa Alicia sudah menekuk hubungan
rasa sukaku pada AW. Sekarang dialah yang menari-menari menikmati hari-hari indah
di atas jalan palsu dan dusta berlapis bahasa indah pada aku.
Bahasa SMS-ku cukup
santun tetapi penuh menggugat. AW yang aku rasa sebagai cowok pemalu jadi
berani datang ke rumahku, katanya buat klarifikasi atau menjelaska. Sore itu
dia datang, aku nggak percaya dan aku gugup. Untuk ayahku menemani. Ayah menyambut
AW dan menjembatani komunikasi aku dan AW. Hari berikutnya aku tidak datang ke
sekolah, aku jadi malas ke sekolah.
AW katanya ingin
menyelesaikan perselisihan aku dan Alicia. Akhirnya keduanya Alicia dan AW
datang padaku ..ke rumahku. Pasti ada rasa berat bagi Alicia buat datang pada
ku, ke rumahku. Mereka berdua dan ditemani satu teman netral datang lagi.
Alicia merasa berat melangkah masuk ke rumahku. Akhirnya setelah dibujuk-bujuk
semua masuk rumahku. Dan papaku menggelar semacam pengadilan kecil-kecilan di
Mahkamah Persahabatan.
Papa menanyai
satu-persatu, bahwa sumber masalah adalah AW, karena anugerah wajahnya yang
simpati, karakternya yang lembut membuat dua gadis berebut perhatian AW. Ya di
situ ada sebuah pengadilan kecil. Papa dan ibuku berkesimpulan bahwa “Alicia
memang cantik...namun juga aggresif....suka mengatur...suka merebut rasa suka
AW....mungkin juga berhati ganda...lain di mulut lain di hati.
Buat Aw sendiri, dia bukan
lagi AW sebagai mana aku kenal di awal tahun aku bersekolah di Madrasah Aliah
ini. Dia juga sudah menjadi AW yang terasa asing, AW yang yang mudah diotak
atik oleh Alicia...AW yang pendirianya seperti ilalang di lereng. Artinya tanpa
punya pendir
Ya sudahlah, ini adalah
kisah hidup dan pengalaman pahit yang membuat aku lebih dewasa. Aku dinasehati
agar jeli dalam memilih teman dan tidak lagi menitip perasaan pada teman yang suka menikung. Kini aku akan
diam dan tenang seribu bahasa, karena kata pribahasa “Silent Is Golden- Diam itu Emas”. Inilah Catatan dukaku tentang “Rasa
Perih Dalam Hati Saat Teman Akrab Ternyata Ibarat Api Dalam Sekam, yaitu saat dikhiatani oleh teman akrab yang ternyata
berhati ganda.