Pengalaman
Terbaik Implementasi HOTS melalui Questioning Through Question Chart Dalam Pembelajaran Reading Comprehension
Oleh Drs. Marjohan, M.Pd
SMAN 3 Batusangkar-
Kab. Tanah Datar
A. Latar Belakang
Propinsi
Sumatera Barat memperoleh peringkat HDI-human Development Index (BPS Indonesia
2010) pada posisi 9 dari 34 propinsi di Indonesia. Ini adalah posisi yang cukup
bagus. Peningkatan dan perbaikan pada
sektor pendidikan telah memberikan dampak positif untuk masyarakat di daerah
ini. Pemerintah daerah kotamadya/kabupaten dan para stakeholder di bidang
pendidikan selalu memikirkan terobosan, misalnya dengan mendirikan sekolah
model atau sekolah pelayanan keunggulan. Ini juga terjadi untuk Kabupaten Tanah
Datar, dimana daerah ini mendirikan sekolah pelayanan keunggulan, yaitu SMA
Negeri 3 Batusangkar (lihat lampiran 1, gedung SMAN 3 Batusangkar).
Sekolah
ini didirikan di akhir tahun 2004. Sekolah ini dirancang sebagai pioneering school oleh Pemerintah
Kabupaten Tanah Datar. Sekolah ini bebas rayon, semua lulusan SLTP (SMP dan
MTs) yang memenuhi persyaratan boleh mendaftar ke sekolah ini. Persyaratan
rekruitmen ke sekolah ini adalah mengikuti test tertulis (Matematika, IPA, Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggeris) dan juga sejumlah wawancara, termasuk wawancara
dalam Bahasa Inggeris. Tentu saja calon siswa yang memenuhi kuota yang ditetapkan
oleh sekolah ini.
Data
yang diperoleh dari kantor TU SMAN 3 Batusangkar menunjukan bahwa skor rata-rata
UN Bahasa Inggeris siswa SLTP yang tercatat menjadi siswa baru SMAN 3
Batusangkar tahun akademik 2016/2017 adalah 8, 15. Ini berarti bahwa input
Bahasa Inggeris mereka cukup bagus. Namun walau skor Bahasa Inggeris UN mereka
cukup tinggi, ini belum lagi mencerminkan kemampuan berbahasa Inggeris aktif
mereka. Soal ujian UN Bahasa Inggeris hanya terfokus pada kemampuan reading comprehension siswa, dan belum
mengukur kemampuan speaking, writing dan listening
mereka. Jadi belum mencerminkan kemampuan Bahasa Inggeris mereka secara total.
Dari
observasi dan wawancara penulis dengan masyarakat sekitar dan para orangtua
diketahui bahwa mereka yakin siswa SMAN 3 Batusangkar sudah memiliki kemampuan
berbahasa Inggeris. Namun ketika penulis (sebagai guru Bahasa Inggeris di
sekolah ini) mengundang teman-orang asing (tourist)-
ke sekolah ini dan berharap para siswa bisa berkomunikasi- bertukar pikiran-
satu sama lain dengan orang asing tersebut. Dalam keyataannya para siswa
terlihat canggung dan kurang mampu berkomunikasi secara aktif. Mereka terlihat
malu, ragu-ragu dan tidak puya rasa percaya diri (lampiran 2, mengundang orang
asing ke sekolah).
Selain
itu, di perpustakaan sekolah ini juga tersedia English authentic materials seperti novel, buku-buku cerita dan
majalah berbahasa Inggeris. Tetapi terlihat para siswa tidak antusias untuk
membacanya. Di sini muncul assumsi penulis bahwa para siswa punya problem
dengan membaca pemahaman Bahasa Inggeris. Ini mungkin dampak negatif dari
keterampilan berfikir mereka yang masih tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skills (LOTS). Dengan
kata lain ini sebagai dampak pembelajaran yang jauh dari penerapan keterampilan
berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).
HOTS musti diimplementasikan dalam pengajaran Bahasa
Inggeris. HOTS sebagaimana dijelaskan oleh Thomas dan Thorne (2009) yaitu
sebagai keterampilan berfikir yang melebihi dari sekedar menghafal fakta-fakta
dan konsep. HOTS memerlukan para siswa untuk berbuat sesuatu tentang fakta
sosial atau fakta alam. Para siswa
seharusnya mampu memahami, menganalisa, mengelompokan, memanipulasi,
menciptakan cara-cara baru yang kreatif, dan menerapkannya dalam menemukan solusi
atas masalah baru.
Guru Bahasa Inggeris juga harus kenal dengan strategi belajar
bahasa Inggeris yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
para siswa. Berikut ini adalah beberapa strategi pengajaran yang mampu
meningkatkan HOTS para siswa, yaitu seperti: Encourage Questioning, Connect Concepts, Teach
Students to Infer, Use Graphic Organizers, Teach Problem-Solving Strategies,
Encourage Creative Thinking, Use Mind Movies, Teach Students to Elaborate Their
Answers, Teach QARs (Question-Answer-Relationships), and Questioning Through
Question Chart (Abeera P. Rehmat, 2015).
B. Masalah
Permasalahan
siswa SMAN 3 Batusangkar yang berhubungan dengan kemampuan berkomunikasi dalam
bahasa Inggeris dapat digambarkan seperti tabel di bawah:
Tabel.1:
Permasalahan Siswa SMAN 3 dengan
Kemampuan Berkomunikasi dalam
Bahasa Inggeris.
Input
|
Fenomena
|
Faktor Penyebab
|
- Calon siswa diseleksi
dengan baik.
-UN Bahasa Inggeris
SLTP bagus, 8.15
|
- Kurang percaya diri
dalam berkomunkasi
berbahasa Inggeris.
- Tidak tertarik dengan
materi authentic
berbahasa Inggeris
|
- Pembelajaran banyak
bernuansa LOTS.
- Rendah motivasi
berkomunikasi
- Kurang berani dalam
Berekspresi
|
Tabel.1
di atas menunjukan tentang problem siswa SMAN 3 Batusangkar yang mana mereka kurang
percaya diri dalam berkomunkasi berbahasa Inggeris, tidak tertarik dengan
materi authentic berbahasa Inggeris.
Faktor penyebabnya adalah pembelajaran banyak bernuansa LOTS, rendahnya motivasi berkomunikasi dalam bahasa Inggeris dan
kurang berani dalam berekspresi. Padahal sekolah ini punya input yang bagus,
yaitu calon siswa diseleksi dengan baik dan UN Bahasa Inggeris SLTP mereka juga
cukup bagus, 8.15.
Lower Order Thinking
Skills (LOTS)
atau keterampilan berfikir tingkat redah hanya membuat siswa mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan faktual, jawabannya hanya satu. Biasanya jawaban tersebut
berupa sesuatu yang dapat ditemukan langsung di buku atau hapalan, seperti
pertanyaan “Siapa? Kapan? Dimana?”
Agar siswa bisa menjadi berani dan mampu mengekspresikan
pikiran, maka digunakan Higher Order
Thingking Skills- HOTS. Kemampuan HOTS akan membuat siswa mampu
menyampaikan gagasan secara argumentatif, logis, dan percaya diri, baik secara
lisan, tulisan dan action (tindakan).
Kata kunci pertanyaan untuk HOTS adalah seperti “mengapa, bagaimana caranya,
berikan alasan, dengan cara apa, harus bertindak bagaimana, seandainya, dan
lain-lain”.
C. Cara
Penyelesaian Masalah
1) Guru Perlu
Melakukan Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah maju
(lihat lampiran 3, proses PBM di Sekolah maju) yang sudah mampu menghasilkan
siswa yang unggul pada umumnya menerapkan pendekatan keterampilan berpikir
tingkat tinggi atau Higher Order Thinking
Skills (HOTS). Proses berfikir sebagaimana digambarkan oleh Dewey (1933),
bahwa berfikir adalah rangkaian peristiwa berurutan. Proses produktif ini bergerak
dari refleksi ke penyelidikan, kemudian ke proses pemikiran kritis yang, pada
gilirannya, mengarah pada kesimpulan. Berpikir tidak terjadi secara spontan
tetapi harus "dibangkitkan” melalui
problem dan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan.
Penulis menyadari bahwa siswa penulis yang sedang
menuntut ilmu di SMAN 3 Batusangkar, seperti diyakini oleh masyarakat Kab.
Tanah Datar sebagai sekolah unggul dan siswanya juga unggul. Untuk bahasa
Inggeris mereka juga dianggap jago. Ternyata hanya jago dalam menguasai teori
yang sebatas dipelajari dalam kelas. Mereka secara umum belum mampu membuktikan
“jagonya” secara applikasi, misalnya berkomunikasi langsung dalam bahasa Inggeris
dengan percaya diri dan berani.
Sebagai guru, penulis tidak boleh apatis, menutup
diri, atau cepat merasa puas dengan skor Bahasa Inggeris siswa yang tertera pada
kertas atau atas prestasi yang hanya diraih oleh segelintir siswa. Maka penulis
selalu membuka diri, melakukan refleksi dan menemukan solusi. Penulis membaca
banyak referensi dari pserpustakaan, membeli buku dan juga dari cyber.
Di dunia ini ada 11 negara yang terbaik sistem sekolahnya, yaitu Jepang, Barbados, Selandi Baru, Estonia, Irlandia, Qatar,
Belanda, Singapura, Belgia, Swiss dan Findlandia. Rahasia negara tersebut mengapa
sistem pendidikan negara mereka terbaik, adalah karena literasi, sains, dan matematiknya terbaik. Kemudian sekolah menciptakan tradisi
pembelajaran seumur hidup dan proses pembelajaran yang unggul- yaitu kreatif,
inovasi dan memberi pelayan unggul, dan tentu saja pembalajaran juga bernuansa
HOTS (Oscar
William Grut, 2016 ).
Pendidikan Indonesia
secara umum, dan lembaga pendidikan di sekitar kita secara khusus, juga akan
bisa menciptakan para siswa yang berkualitas, memiliki tingkat pemikiran yang
tajam. Tentu saja kalau para guru dan stakeholder
pendidik fokus pada peningkatan literasi, sains dan matematika, kemudian
membudayakan belajar seumur hidup. Tidak selalu terfokus pada pembelajaran
berbasis LOTS (lihat lampiran 4, pertanyaan yang pro pada HOTS). Malahan juga
membiasakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Higher Order Thinking Skills-HOTS.
Ada beberapa strategi
atau model pembelajaran yang bisa kita terapkan dalam mengimplementsi HOTS
(lihat lampiran 5, suasana kelas berbasis LOTS), salah satunya PBM dengan
strategi questioning through qustion list,
sebuah strategi belajar dengan implementasi keterampilan berfikir tingkat
tinggi. Pertanyaan-pertanyaan dalam PBM juga harus menggugah berfikir tingkat
tinggi para siswa. Pertanyaan yang mungkin diterapkan untuk strategi ini adalah
“how, what is the way...,give your
reason, what is your idea about..., what is your action if you see..., if you
were the figure what will you do?, why..., etc, etc”(lihat lampiran 4,
pertanyaan yang pro pada HOTS).
Setelah melakukan refleksi atas masalah pembelajaran
berbahasa Inggeris maka penulis menemukan cara penyelesaian masalahnya. Ini
dapat diungkapkan ke dalam tabel berikut:
Tabel.2: Cara Penyelesaian Masalah Pembelajaran
Bahasa Inggeris
Problem
|
Solusi
|
Hasil
yang di harapkan
|
- Kurang percaya diri
dalam berkomunkasi
berbahasa Inggeris.
- Tidak tertarik dengan
materi authentic
berbahasa Inggeris
|
-
Pemberian strategi
mengajar dengan
pendekatan HOTS.
-
Memberi motivasi
-
Memberi bimbingan
khusus lainnya.
|
Siswa punya
argumen, lebih terampil dalam berkomunikasi. Siswa penulis menjadi lebih
aktif dan mampu memecahkan masalah
|
Dari
tabel.2 di atas diketahui bahwa problem siswa SMAN 3 Batusangkar dan
pembelajaran Bahasa Inggeris yaitu kurang
percaya diri dalam berkomunkasi berbahasa Inggeris, tidak tertarik dengan materi
authentic berbahasa Inggeris. Solusi
yang bisa diberikan adalah seperti pemberian strategi mengajar dengan pendekatan
HOTS, memberi motivasi dan memberi bimbingan khusus lainnya. Kemudian hasil
yang diharapkan adalah siswa punya
argumen, lebih terampil dalam berkomunikasi. Siswa penulis menjadi lebih aktif
dan mampu memecahkan masalah.
Berdasarkan paparan di
atas maka penulis bermaksud untuk menulis Best
Practice yang lebih spesifik untuk kemampuan membaca, dengan judul “Pengalaman
Terbaik Implementasi HOTS melalui Questioning Through Question Chart Dalam
Pembelajaran Reading Comprehension.
2)
Persiapan dan Implementasi
Aktifitas
pembelajaran untuk meningkatkan HOTS siswa melaui Questioning Through Question Chart untuk keterampilan membaca memerlukan
tahap persiapan dan implementasi. Yaitu sebagai berikut:
a)
Persiapan:
1.
|
Mempersiapkan
satu paket petunjuk reading
comprehension.
|
|
|
-
|
Membagi
siswa atas beberapa kelompok, satu kelompok untuk sekitar 4-5 siswa yang
kemampuan membaca mereka sama tinggi/berimbang.
|
2.
|
.
Mengumpulkan 5-7 copy (buku) dari satu jenis reading text bahasa Inggeris.
|
|
|
-
|
Memastikan
bahwa setiap siswa sudah memiliki masing-masing copy reading text.
|
3.
|
Menciptakan
berbagai macam pertanyaan untuk pra-membaca (pre-reading)
|
|
|
-
|
Siswa
harus dapat memperkirakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
melihat cover depan dari buku
bahasa Inggeris
|
|
-
|
Contoh
pertanyaan adalah seperti, what do you think the story will be about? Or who do you think
the main characters of the story
are?
|
|
-
|
Tuliskan
setiap pertanyaan pada kartu petunjuk yang terpisah
|
4.
|
Membuat
bagan pertanyaan.
|
|
|
-
|
Judul
bagan ini bisa seperti“I Wonder…” dan the headings-nya, “Who, What, Where, When Why, and How” harus muncul di bagian atas halaman
|
5.
|
Kumpulkan
bahan-bahan yang dibutuhkan oleh siswa.
|
|
|
-
|
Misalnya,
kertas tempelan, pensil, papan tulis mini, dan spidol yang bisa dihapus
tintanya.
|
b). Penerapan:
1.
|
Ajukan
pertanyaan pre-reading
|
|
|
-
|
Mintalah
siswa menggunakan text cover buku
yang mereka miliki sebagai petunjuk dan tulis tanggapan mereka pada papan
tulis (bisa jadi pada papan tulis mini).
|
2.
|
Undanglah
siswa untuk berbagi dan menilai respon-respon mereka.
|
|
3.
|
Perkenalkan
bagan pertanyaan.
|
|
|
-
|
Tarik
perhatian siswa untuk berbagai kategori pertanyaan dan berikan contoh
pertanyaan untuk setiap kategori.
|
4.
|
Undanglah
siswa untuk mulai membaca beberapa halaman pertama dari cerita secara mandiri
dan ajukan pertanyaan-pertanyaan ketika mereka membaca.
|
|
|
-
|
Mintalah
siswa menulis setiap pertanyaan pada kertas tempel yang terpisah dan kemudian
tempelkan kertas tempel di bawah judul yang sesuai pada bagan pertanyaan.
|
|
-
|
Misalnya,
pertanyaan yang mengandung frase “what…” harus ditempelkan di bawah judul “what”.
|
5.
|
Minta
siswa berhenti membaca setelah mereka semua membaca beberapa halaman pertama
dari cerita dan undang mereka untuk berbagi beberapa pertanyaan yang mereka hasilkan.
|
|
6.
|
Mintalah
siswa melanjutkan membaca cerita secara mandiri dan dorong mereka untuk
menjawab pertanyaan yang dihasilkan.
|
|
|
-
|
Undanglah
siswa untuk mengeluarkan kertas tempel dan tuliskan jawaban di bawah
pertanyaan atau tulis jawabannya pada kertas tempel yang terpisah dan
tempelkan pada pertanyaan yang sesuai pada bagan.
|
7.
|
Gilirkan
sambil siswa menyelesaikan kegiatan dan minta setiap siswa untuk berbagi dan menilai
respon-respon mereka.
|
Pengalaman
pembelajaran melalui strategi di atas, bahwa para siswa terlihat lebih aktif,
mereka duduk dalam kelompok masing-masing. Pembelajaran
dengan strategi ini membuat para siswa lebih dinamis, tidak kaku dan malu.
Jadinya strategi HOTS tersebut memang membuat siswa aktif.
D.
Simpulan dan Rekomendasi
1) Simpulan
Secara umum,
keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik &
Rudnick, 1999). Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan
berfikir kreatif) yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat
tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang harus dikembangkan dalam
pembelajaran Bahasa Inggeris. Penulis menerapkan strategi “Questioning Through Question Chart”.
Kesimpulan
dari pengalaman terbaik (best practice) yang penulis implementasikan dengan
judul: implementasi Questioning Through
Question Chart dalam pembelajaran reading
comprehension telah memberikan dampak yang cukup significant dalam meningkatkan
percaya diri dan keberanian siswa, kemudian keterampilan berfikir tingkat
tinggi (HOTS) dalam membaca juga terlihat meningkat. Penulis sering menyuguhkan
teks reading yang cukup panjang (3 halaman) dan mereka jarang terdengar
mengeluh “wah teksnya terlalu panjang, pak!!!” Mereka malah menikmati isi
bacaan teks sambil belajar dengan gembira.
2)
Rekomendasi
Best practice yang penulis susun ini
sangat layak dan mendapat perhatian dari rekan-rekan guru Bahasa Inggeris.
Penulis memberi rekomendasi agar strategi “Questioning
Through Question Chart” bisa diterapkan dalam PBM Bahasa Inggeris, apakah
untuk speaking atau reading. Ini berguna agar para siswa bisa memiliki HOTS.
Sebenarnya
selain strategi Questioning Through
Question Chart ada strategi-strategi lain yang juga bisa meningkatkan HOTS
siswa seperti Instructional Communications,
Scaffolding, Learning and Thinking Strategies, Direct Instruction, dll. Berharap
kalau siswa telah memiliki HOTS yang baik maka mereka akan punya argumen, lebih
terampil dalam berkomunikasi. punya percaya diri, dan menyukai bahasa Inggeris
seutuhnya.
E. Pelajaran
Yang Diperoleh (Lesson Learned)
1). Intisari
Pengalaman Terbaik
Tentu
saja ada pembelajaran yang diperoleh. Strategi Questioning Through Question Chart untuk kemampuan membaca pemahaman
berdampak pada peningkatan HOTS siswa. Ini seperti digambarkan dalam tabel.3 di
bawah:
Tabel.3: Intisari
Pengalaman Terbaik Guru
Permasalahan
terindefikasi
|
Kegiatan
nyata yang telah dilakukan dan dinyatakan sebagai pengalaman terbaik
|
Hasil
kegiatan berupa Best Practice
|
Siswa yang menjadi peserta didik
SMAN 3 Batusangkar, telah diseleksi dengan baik, skor UN Bahasa Inggris
mereka juga cuup tinggi, 8.15 namun sebagai fenomena mereka terlihat takut,
malu dan kurang percaya diri dalam
menggunakan bahasa Inggeris termasuk membaca authentic English materials
yang ada di perpustakaan
|
Guru menerapkan strategi
pembelajaran Questioning Through
Question Chart untuk reading comprehension.
Juga lebih sering mengimplementasikan
pertanyaan yang bersifat HOTS seperti “Based on your readings, what can you
conclude about ________ ? What was the author's point of view? Solve a logic
puzzle”
|
Percaya diri siswa meningkat,
pertanyaan dan jawaban yang dibuat siswa lebih mendalam.
Keaktifan dan partisipasi belajar
mereka lebih terlihat
|
Dalam tabel.3 di
atas terlihat intisari pengalaman terbaik penulis (sebagai guru di SMAN 3
Batusangkar). Dalam tabel terlihat permasalahan terindefikasi, kemudian Kegiatan
nyata yang telah dilakukan dan dinyatakan sebagai pengalaman terbaik dan
selanjutnya Hasil kegiatan berupa Best
Practice.
Belajar
dengan strategi bisa membuat siswa memiliki keterampilan berfikir tingkat
tinggi akan membetuk SDM siswa yang terampil dan berkualitas. Higher-Order Thinking Skills (HOTS)
merujuk pada ketrampilan berpikir kritis, kemampuan menyusun strategi dan
pemecahan masalah. Adapaun keterampilan berpikir kritis termasuk kemampuan
untuk berpikir kreatif, membuat keputusan, memecahkan masalah, menganalisa, dan
meng-enterpretasikan.
Pembelajaran di kelas yang
berorientasi HOTS merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan kognitif,
sehingga siswa tidak hanya diajari apa yang harus dipikirkan (what), melainkan mengapa
dan bagaimana berpikir (why and how).
Pengajaran dengan pendekatan HOTS tidak dapat dikembangkan terpisah dengan mata
pelajaran melainkan dengan mengintegrasikannya dalam pengajaran materi yang
disampaikan melalui proses pembelajaran.
2) Tingkat Pertanyaan HOTS
Pelajaran lainnya yang bisa
diperoleh adalah juga tetang HOTS- Higher
Order Thinking Skills. Salah satu untuk meningkatkan kemampuan berfikir
tingkat tinggi siswa tentu saja dengan meningkat frekuensi penggunaan
pertanyaan berkategori HOTS. Menurut taxonomi Bloom (lihat lampiran 6, taxonomy
Bloom), Pertanyaan kategori HOTS adalah pada level analisis, sistesis dan level
evaluasi (Suyadi, 2013).
a) Pertanyaan analisis, siswa diminta
berpikir kritis untuk mengidentifikasi masalah, membuktikan dan menarik
kesimpulan. Biasanya, pertanyaan ini diawali dengan kalimat tanya mengapa.
b)
Pertanyaan sintesis, pertanyaan yang membutuhkan jawaban berdasarkan pemikiran
mendalam, gagasan tersebut berupa prediksi, ramalan atau model sederhana. Contoh
frase pertanyaan untuk ini: “Apa yang akan terjadi jika...?, Bagaimana
meningkatkan...?”
c)
Pertanyaan evaluasi, pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan cara menilai
atau berpendapat sesuai dengan pandangan masing-masing. Contoh frase pertanyaan
untuk ini: “Menurut pendapat anda, mana yang....?, Apa yang anda ketahui
tentang....?”.
Itulah
paparan best practice yang penulis
miliki. Moga-moga pengalaman terbaik ini (best
practice) juga akan menjadi pengalaman terbaik rekan-rekan guru yang lain.
Tentu saja best practice masih punya
kekurangan dan selalu butuh perbaikan.
F.
Daftar Pustaka
Abeera P. Rehmat
(2015). Engineering the Path to
Higher-Order Thinking in
Elementary Education: A
Problem-Based Learning Approach for STEM
Integration. Las Vegas:
University of Nevada- UNLV
(https://pdfs.semanticscholar.org/)
Dewey, J. (1933). How
we think: A restatement of the relation of reflective
thinking
to the educative process. Boston: D. C. Heath and
Company.
Krulik & Rudnick,
(1999). Innovative Tasks To Improve
Critical And Creative
Thinking
Skills. Dalam Developing Mathematical Reasoning in Grade
K-12. Stiff. L.V dan Curcio FR ED. 1999 Yearbook NCTM, Reston, Virginia
(http://repository.upi.edu/7814/6/d_mat_0707026_bibliography.pdf)
Oscar
William Grut (2016 ). The 11 best school
systems in the world. London:
Independent
(https://www.independent.co.uk/news/education/11-best
school-systems-in-the-world-a7425391.html).
Suyadi. (2013). Strategi Pemebelajaran
Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Thomas,
A. dan Thorne, G., (2009). How to
Increase Higher Order Thinking:
http://www.cdl.org/articles/how-to-increase-high-orderthinking.
Biografi
Penulis
|
Marjohan,
M.Pd, Guru SMA Negeri 3 Batusangkar,
Program Pelayanan Keunggulan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Dia mengikuti seleksi tenaga kependidikan dan tercatat sebagai peraih
“Peringkat 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional 2012” dan penerima penghargaan
Satyalencana Pendidikan dari Presiden RI. Ia menulis berbagai judul artikel
yang diterbitkan pada koran
Singgalang, Serambi Pos, Haluan dan Sripo (Sriwijaya Post).
|
Pernah menulis pada jurnal
Spelelogie (Perancis). Dia sempat menjadi
seorang pemandu wisata (West Sumatra
Tourism Guide). Dia telah melakukan kunjungan pendidikan ke Australia,
Singapura dan Malaysia, Thailand dan dan perjalanan ibadah ke Arab Saudi. Marjohan telah menulis
dan menerbitkan sejumlah buku dengan judul:
- School Healing- Menyembuhkan
Problem Sekolah (Pustaka Insan
Madani, Yogyakarta, 2009).
- Generasi Masa Depan- Memaksimalkan
Potensi Diri Melalui
Pendidikan (Bahtera Buku,
Yogyakarta , 2010).
- Tuntutlah Ilmu Hingga ke Negeri
Prancis (Diva Press,
Yogyakarta, 2012).
- Akhirnya Kutaklukan Kampus Jerman
(Diva Press, Yogyakarta,
2012).
- Budaya Alam Minangkabau (Citra
Pustaka,Solo, 2012).
- Pengalaman Meraih Guru Berprestasi
Selangit (Diva Press,
Yogyakarta, 2013).
- Berguru Di Negeri Jepang (Diva
Press, Yogyakarta , 2013).
- Melbourne Memang Dahsyat (Diva
Press, Yogyakarta , 2013).
Marjohan menikah dengan Emi Surya, dan memiliki dua
orang anak- Muhammad Fachrul Anshar dan Nadhila Azzahra. Ia juga tertarik
dengan travelling dan tulisan-tulisan
serta foto-foto kegiatan
Marjohan yang lain dapat diakses pada Blogger
http://penulisbatusangkar.blogspot.com, dan ia dapat dihubungi melalui email: marjohanusman@yahoo.com.