Minggu, 21 April 2013

Kenangan Dari Jepang


Melihat Jepang Dari Indonesia
            Masa 3 tahun berlalu sudah, malah aku sempat pergi lagi ke Jepang dan sekarang aku sudah menetap kembali di Sumatra. Aku beraktivitas di Sumatera Barat dan juga di Propinsi Lampung. Aku memiliki motivasi kerja yang lebih bagus disbanding sebelum aku bekerja/ tinggal di Jepang. Aku bersama- teman  mendirikan yayasan pendidikan Bahasa Jepang dan Mandarin di Lampung. Aku melihat eksistensi kualitas bangsa Jepang setelah aku pernah berada di sana.
            Yang berkesan secara umum tentang negeri Jepang adalah kita melihat kota-kotanya yang indah, bersih, dan nyaman. Kendaraan umum tidak berisik- pengendara mobil dan pengguna jalan raya tidak ada yang ugal- ugalan. Tidak ada yang tertarik asal memotong dan mendahului kendaraan di depannya.
            Tentang pribadi, mereka memiliki sikap jujur, dan suka menolong kita. Kalau kita satu grup kerja/ grup belajar dengan mereka  mereka bersedia menolong kita hingga hingga kita bisa mengerti. Di negeri ini urusan untuk publik tidak begitu berbelit- belit.
            Di mana- mana orangnya suka menolong, tidak begitu individualis dan acuh seperti pribadi orang Barat. Seseorang pernah  tersesat di Osaka dan dia bertanya pada penduduk setempat- mereka menjelaskan sesuatu dengan jelas dan senang hati. Sementara kalau di kampungku pernah seseorang bertanya tentang suatu tempat, namun  memperoleh jawaban yang kurang memuaskan- kadang kadang asal jawab saja.
            “Orang Jepang kalau mereka tidak tahu maka akan mengatakan tidak tahu- bukan pura pura tahu. Mereka mengungkapkan kemampuan apa adanya. Seorang guru tidak akan marah kalau muridnya tidak tahu/ tidak mengerti”.
Menyebut kata “Jepang”, yang terlintas  dalam fikiran kita tentu tentang  keberadaan Jepang itu sendiri sebagai negara yang modern, maju, stabil, berbudaya tinggi, dan menguasai teknologi dan industri. Mengapa ini bisa terjadi, pada hal Jepang ini  adalah sebuah negara kepulauan yang luasnya terbatas dan sering dilanda bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami, namun tetap maju di internasional ? Ini tentu saja karena sistem pendidikan Jepang, mengapa mereka dapat maju hampir dalam berbagai bidang dan memiliki sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Penyebabnya mungkin sebagai berikut:
1) Pendidikan Moral Buat Siswa
Kemajuan teknologi di Jepang, tak terlepas dari peran sistem pendidikan yang dikembangkan di negaranya. Pendidikan di Jepang mulai mengalami kemajuan sejak dilakukannya reformasi pendidikan pada masa Restorasi Meiji (Meiji Ishin) dan bertambah pesat setelah masa pendudukan Amerika Serikat, yaitu setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Tekad dan semangat bangsa ini untuk bangkit dari keterpurukan sangat patut  untuk kita tiru.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting buat pertumbuhan dan perkembangan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Pendidikan sejak usia dini, yang ditanamkan kepada anak-anak Jepang di SD memberi penekanan pada  pendidikan karakter dan moral. Proses pembelajaran tentang pelajaran moral  tidak memberi doktrin: mendikte, memberi materi untuk dihafal. namun dengan mengajak anak-anak berdiskusi- misal tentang akibat berbohong.
“Saat berdiskusi tidak ada yang malu bertanya dan tidak ada teman yang mentertawakan teman yang sedang bertanya, bahkan dalam menjawab pertanyaan guru pun, semuanya beradu cepat serentak mengacungkan tangan seraya meneriakkan “haik” dengan lantang”.
Diskusi interaktif itu menggiring siswa untuk berpikir tentang pentingnya melaksanakan nilai-nilai moral yang akan diajarkan. Dalam pendidikan moral tidak ada proses menghafal, juga tidak ada tes tertulis untuk pelajaran moral ini. Untuk mengecek pemahaman siswa tentang pelajaran moral yang diajarkan, mereka diminta untuk membuat karangan, atau menuliskan apa yang mereka pikirkan tentang tema moral tertentu. Kadang mereka juga diputarkan film yang memiliki muatan moral yang akan diajarkan, kemudian mendiskusikan makna dari film tersebut.
“Nah bagaimana tentang pendidikan moral di sekolah kita di Indonesia ? Ya sendiri, tentu tergantung pada persepsi masing- masing- yang jelas mungkin basih ada berbentuk pemberian ceramah, ada hafalan, ada system ujian dengan bentuk multiple choice”.
2) Pendidikan Teamwork dan Kepemimpinan
Anak- anak Jepang juga memperoleh pendidikan karakter tentang membentuk teamwork dan kepemimpinan, bukan dalam bentuk doktrin atau berceramah, namun dalam bentuk praktek. Misal untuk anak- anak SD, mereka diajar tentang teamwork dan kepemimpinan. Dalam  sistem keberangkatan siswa/ anak- anak SD Jepang ke sekolah. Siswa SD Jepang diharuskan berjalan kaki ke sekolah, mereka berkumpul di pos masing-masing tiap-tiap wilayah secara berkelompok, tidak ada yang berjalan sendiri, saling menunggu dan akan berangkat apabila anggota kelompok sudah lengkap, mereka berjalan berbaris di pimpin anggota kelas 6 yang berjalan di urutan paling depan.
Sri Hartuti[1] menceritakan tentang pendidikan karakter dalam membentuk team work dan kepemimpinan. Pada gerbang sekolah tertulis jadwal memasuki gerbang. Kelompok pertama yang mencapai gedung sekolah tidak akan memasuki gerbang sekolah terlebih dahulu, mereka berbaris rapi di depan gerbang, menunggu kedatangan kelompok yang lainnya. Begitu kelompok berikutnya tiba, mereka saling mengucapkan salam, “ohayougozaimasu! (selamat pagi), disambut langsung dengan jawaban “ohayougozaimasu!” kembali. Lalu mereka menyambung barisan menanti teman-teman lainnya datang, membuat barisan menjadi semakin panjang. Begitu kelompok terakhir datang, kelompok-kelompok tersebut memasuki pintu gerbang dengan barisan yang rapi, tidak berpencar, tanpa ada keributan, dan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Meskipun dalam cuaca dingin bersalju, semua siswa tetap melakukannya dengan penuh semangat, rasa sabar yang tinggi dan tanpa berkeluh kesah.
Belajar dari hal tersebut diatas, dapat kita jadikan sebagai contoh dan ide yang bernilai apabila diterapkan juga kepada siswa di Indonesia, sehingga mampu mengajarkan arti tanggung jawab dan peran seorang siswa untuk bekerja sama dalam sebuah tim. Berjalan efektifnya suatu metoda ajar dalam dunia pendidikan, tak terlepas dari peran seorang guru, sebab guru lah yang menjadi sosok teladan dan contoh yang baik bagi siswanya. Di Jepang sendiri, dengan diadakannya pelatihan guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya, mampu menghasilkan guru-guru dengan kualitas yang sangat baik.

B. Menjadi Maju Tanpa Meninggalkan Budaya Bangsa
            Meskipun bangsa Jepang sudah maju dan modern, mereka tidak perlu menjadi bangsa yang individualis. Aku merasakan orang Jepang masih berkarakter suka menolong. Saat aku punya masalah dan aku mengungkapkan masalah tersebut pada teman, mereka mau mendengar dan memberi solusi. Hal ini akan berbeda dengan karakter orang Barat yang tidak suka mendengar keluhan kita, dengan alasan bahwa mereka juga punya banyak masalah. Memang aku akui, bahwa orang maju- Orang Barat dan juga orang Jepang- mereka tidak terbiasa untuk berkeluh kesah. Orang yang banyak keluh kesah menggambarkan fikiran yang cenderung menjadi kerdil.
Itulah kenyataan yang aku lihat/ aku rasakan tentang beda orang Jepang dengan orang Barat[2]. Namun berikut ini beberapa perbedaan dan persamaan orang Barat dan orang Jepang. Dalam pergaulan kita rasakan bahwa orang Barat suka berterus terang dalam menyampaikan pendapat, orang Jepang dengan ekpresi yang pelan dan hati- hati. Di Restoran, Orang Barat berbincang-bincang dengan suara pelan, orang Timur berbincang-bincang dengan keras, namun orang Jepang juga dengan suara pelan.
Boss orang Barat menganggap dirinya sederajat dengan bawahannya, boss orang Timur menganggap dirinya superior. Orang Barat dan juga orang Jepang biasanya tepat waktu. Orang Barat dan orang Jepang dulu menggunakan menggunakan mobil, dan sekarang menghargai sepeda (karena takut pemanasan global). Orang timur: dulu menggunakan sepeda, sekarang suka menggunakan mobil (karena kemajuan jaman). Orang Barat dan orang Jepang suka menyelesaikan masalah, bukan menghindari masalah. Saat berwisata, orang Barat biasanya hanya melakukan sightseeing, orang Timur biasanya banyak melakukan foto-foto. Orang Barat cenderung individualis, orang Timur dan juga orang Jepang suka bersama-sama, prilaku ini terlihat dalam kegiatan tour mereka.
1) Orang Jepang tidak Pelit
            Rata-rata orang mengatakan bangsa Jepang itu pelit. Termasuk anggapan aku sendiri waktu dulu. Aku yakini sekerang berdasar pengalaman hidup disana bahwa mereka tidak pelit, namun mereka tidak suka asal memberi. Kalau memberi sesuatu musti ada alasannya- untuk apa uang itu diberi.
Di Jepang, untuk apa uang diberikan  haruslah jelas, tidak peduli suami isteri atau di dalam keluarga sekali pun. Pinjam uang berarti harus dikembalikan. Ini adalah prinsip dan budaya di Jepang. Jadi seorang kakak meminjam satu juta yen dari adiknya, harus mengembalikan satu juta yen, kalau perlu ditambah bunga pinjaman. Tidak ada romantisme di dalam keluarga, apalagi  kalau sudah menyangkut uang.
Itu sebabnya mungkin Jepang bisa berkembang maju di bidang ekonomi, karena sejak dari lingkungan keluarga saja sudah ada penggarisan yang jelas bahwa uang tak bisa digantikan kata “kasihan” sehingga uang pinjaman memungkinkan tidak kembali. Ini adalah segi  positif dari bidang ekonomi dan ini juga membuat orang Jepang tidak suka menjadi “tangan di bawah, orang yang suka meminta- minta, butuh belas kasihan”. Dalam pergaulan, teman yang minjam uang, uangnya harus dikembalikan. Namanya saja pinjam, jadi harus dikembalikan. Kebiasaan ini sulit buat kita terapkan, apalagi kalau sudah menyangkut keluarga.
“Ah kamu sama adik sendiri kok pelit banget, kita satu keluarga berhitung amat sih”. Begini komentar anggota keluarga lain kalau mereka tahu ada pinjam meminjam antara adik- kakak di dalam keluarga.
Ketegasan soal uang ini membentuk pengusaha Jepang tidak bisa menerima perlakuan korupsi. Satu yen yang mereka dapat dari keringat mereka, "Kok enak saja minta uang dengan cara korupsi? Kan mereka sudah digaji," begitulah keluh mereka.
2) Orang Jepang Ramah dan Baik.
Orang Jepang adalah orang timur juga dan orang timur terkenal dengan keramahannya. Keramahan orang Jepang aku rasakan saat terbang bersama pesawat Malaysia Airline dari Kuala Lumpur menuju Osaka. Teman sebangkuku adalah seorang pria Jepang, kami ngomong  dan aku merasakan bahwa ia sangat ramah. Temanku yang lain dari Indonesia juga merasakan bahwa bangsa Jepang adalah bangsa yang ramah.
 Ini adalah pengalaman seorang teman. Sebut saja teman tersebut bernama Emi Surya, Nadilla dan Fachrul. Saat dia sampai di Osaka, mereka tidak mencatat map tempat hostelnya. Kebetulan bertemu dengan orang Jepang yang tinggal di Osaka dan baru pulang dari dinas. Dia membantu  mereka  mencari tempatnya, bener bener membantu hingga bertemu alamat yang mau dituju. Padahal dia bawa koper juga. Awalnya Emi Surya berfikir kalau- kalau mereka  mungkin searah, tapi lama kelamaan Emi Surya berfikir bahwa orang Jepang itu sangat tulus. Orang Jepang itu bertanya tentang nama  hostelnya, terus dia mengeluarkan ePad-nya dan  searching di Internet. Ternyata ternyata mereka salah jalan, dan dia memberi tahu jalannya, dan juga diantar sampai ke pintu hostel. Baik banget….!!.
Di perjalanan Emi Surya ke tempat penginapan menggunakan bis. Pada saat itu Emi Surya membawa koper yang dia letakkan di tengah jalan (tempat orang berdiri). Emi Surya duduk di bangku yang sebelahnya masih kosong, tapi tidak mungkin kopernya ditaroh, sempit banget. Dan banyak orang Jepang yang tereganggu sama kopernya, lagi jam pulang kantor sepertinya. Tapi, tidak ada yang memintanya  untuk geser atau apapun itu. Orang Jepang sangat baik, tidak mau mengusik orang lain.
Perjalanan pulang grupku dari liburan ke asrama, ada  banyak anak- anak dan remaja pengendara sepeda yang kami halangi jalannya, jadi mereka perlu membunyikan klakson sepedanya. Ya, cukup klakson sepeda yang enak didengar tanpa ada mulut yang berbicara. Beberapa teman dan aaya punya pemikiran yang sama.
“Wah kalau di kampung kita, orang yang terhalang jalannya akan membunyikan klaksonnya dan juga pakai mulut, mungkin mengomel pada kita. Tutur kata mereka- kalau lagi sedang ngobrol- menurutku sangat ramah, seakan-akan mereka menghormati lawan bicaranya. Ditambah dengan gaya salam yang membungkuk”.
Tentu saja bahasa dan karakter yang sopan santun karena system pendidikan di sekolah juga faktor di rumah.             Orang tua memberi model untuk berbahasa sopan pada anak-anak, sopan santun amat penting dalam pergaulan sosial.

C. Hormat dengan Membungkukkan Badan
Kalau kita perhatikan orang Jepang punya kebiasaan yang unik, yaitu membungkukan badan hampir di setiap saat, seperti ketika bertemu kerabat, berkenalan, meminta maaf, mengatakan permisi bahkan ketika mengangkat telpon mereka akan mengangguk sedikit. Kita semua sudah tahu- paling kurang lewat menonton di TV bahwa hormat dengan membungkukan badan sudah menjadi tradisi- budaya mereka[3].
Kebiasaan ini adalah sebuah keharusan bagi orang Jepang dan telah diajarkan semenjak kecil. Membungkuk ala Jepang atau yang disebut Ojigi ini ternyata bukanlah sekedar membungkuk saja, melainkan ada aturan tertentu sesuai maksud dan tujuan serta kepada siapa bungkukan itu ditujukan.
1). Mengangguk Pelan, 5 derajat.
Anggukan ini biasanya dilakukan jika bertemu dengan teman, keluarga dekat atau tetangga. Bagi mereka yang memiliki strata yang lebih tinggi, anggukan ini biasanya digunakan untuk membalas anggukan/ bungkukan yang lebih dalam dengan maksud untuk menunjukan bahwa strata sosialnya lebih tinggi.
2) Membungkuk Salam (Eshaku),15 derajat
Ini merupakan cara formal dalam membungkuk. Fungsinya untuk menyampaikan salam kepada teman atau rekan kerja yang kita ketahui tapi tidak terlalu dekat.
3) Membungkuk Hormat (Keirei),30 derajat.
Ini merupakan cara membungkuk yag sangat formal. Biasanya disampaikan untuk menunjukan rasa hormat kepada atasan, orang yang lebih tua atau yang jabatannya lebih tinggi.
4) Membungkuk Hormat Tertinggi (Sai-Keirei ),45 derajat
Ini merupakan cara membungkuk yang bermakna bahwa si pembungkuk merasa sangat menyesal dan bersalah sehingga ia memohon untuk diberikan maaf. Cara ini juga bisa digunakan untuk memberikan penghormatan kepada orang yang memiliki jabatan atau status sosial yang sangat tinggi,seperti kepada Kaisar Jepang.
5) Membungkuk Berlutut.
Ini merupakan cara membungkuk terakhir yang memiliki arti yang paling dalam. Biasanya dilakukan sebagai permintaan maaf karena telah melakukan kesalahan yang sagat fatal( seperti membunuh). Juga dilakukan sebagai penghormatan kepada raja pada jaman dahulu.

D.Pernikahan Generasi Muda
1) Masa Berpacaran
            Menikah tentu juga sesuatu yang mereka dambakan. Bila sudah menikah seperti orang kebanyakan mereka juga ingin punya keturunan. Anak mereka rata- rata satu atau dua orang, atau juga ada tanpa punya anak. Sebelum menuju ke jenjang pernikahan tentu ada beberapa tahap yang dilakukan oleh sepasan pemuda- pemudi Jepang. Tahap- tahap tersebut adalah seperti[4]:
a) Moment kokuhaku (penembakan)- di Jepang moment nembak cewek namanya Kokuhaku, biasanya sebelum menyatakan cinta, seorang cowo bakal ngajak temen ceweknya buat jalan rame-rame bareng- bareng teman- teman lain. Nah waktu dalam perjalanan pulang dari jalan-jalan itulah, si cowok bakal nembak cewek yang disukainya.
b) Tidak bilang cinta, Cuma bilang suka- pasangan yang sedang berpacaran di Jepang tidak pernah mengatakan  Aishiteru (cinta) ke pasangannya. Mereka Cuma bilang Daisuki (suka banget) ke pasangannya. Hal ini karena ungkapan aishiteru hanya diungkapkan pria kepada wanita jika mereka sudah memutuskan akan melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.
c) First date  di Restaurant mewah- nah, ketika baru saja menjadi pasangan, cowok Jepang akan mengajak pacarnya untuk kencan pertama di sebuah Restaurant mewah. Kalo kencan- kencan selanjutnya tentu saja boleh, misal dalam bentuk  jalan- jalan ke mall atau nonton bareng.
d) Tidak menjemput pasangan- tradisi antar jemput pasangan di Jepang dengan di Indonesia berbeda. Karena  di Jepang sebagian besar penduduknya menggunakan kereta sebagai sebagai sarana transportasi, maka pasangan pacaran lebih banyak bertemu di stasiun daripada menjemput ke rumah pasangannya. Begitu juga waktu pulang “ngedate”, cowok tidak akan mengantar ceweknya untuk sampai ke rumah, mereka akan berpisah di stasiun. Ketika suda sampai di rumah masing-masing, maka si cowok akan kirim sms pada ceweknya untuk memastikan bahwa  ceweknya sudah sampai di rumah dengan keadaan selamat.
e) Tidak ada istilah traktir- di Jepang tidak ada tradisi cewek makan dibayar oleh cowonkya. Habis makan ya bayar sendiri- sendiri. Jadi paket hemat kalo pacaran seperti ini ?
f) Tidak Memperkenalkan pada Orang Tua Kecuali Telah Memutuskan untuk
    Menikah- di Jepang, mengenalkan pasangan ke orang tua ga akan dilakukan sampe benar- benar  serius dan memutuskan untuk menikah.
2) Pernikahan
Meskipun Jepang dikenal sebagai negeri yang berteknologi canggih dengan masyarakat yang sangat modern, orang Jepang tetap mempunyai kesadaran untuk berkeluarga serta tetap taat pada adat istiadat warisan leluhur.  Saat ini di Jepang, terdapat dua tata cara pernikahan yaitu, tata cara pernikahan modern yang dilangsungkan di gereja dengan sistem agama Kristen dan tata cara pernikahan tradisional yang dilangsungkan di kuil dengan sistem Budha atau Shinto.
Masyarakat Jepang sendiri saat ini lebih tertarik pada upacara pernikahan dengan cara yang Modern, yaitu menikah dengan cara agama Kristen di gereja meski keduanya tidak beragama Kristen, tapi  yang menikahkan keduanya tetap pendeta. Banyak diantara mereka yang tertarik dengan tata cara ini karena ingin memakai gaun pengantin berwarna putih yang indah serta disaksikan oleh keluarga, teman dan kerabat dekat.
Orang Jepang memang menyukai berbagai perayaan serta trend, buktinya perayaan pernikahan yang paling diminati oleh setiap pasangan yang akan menikah saat ini berupa upacara pernikahan di atas kapal pesiar. Pengucapan janji nikah dihadapan kapten kapal serta disaksikan oleh keluarga, teman dan kerabat ini memakan biaya hanya sekitar  ¥ 6.000.000 dengan mempelai wanita yang mengenakan gaun  pengantin ala barat serta sang pria yang mengenakan busana ibarat kapten kapal.
Pernikahan tradisional Jepang[5]  sendiri saat ini masih ada yang melakukan khususnya mereka yang tinggal di pelosok pedesaan, dimana penduduknya masih memegang teguh adat istiadat warisan nenek moyang yang sudah dilakukan secara turun temurun. Seperti juga yang terjadi di belahan dunia lainnya saat ini jarang pasangan Jepang yang menikah pada usia muda, karena setelah menamatkan pendidikan mereka mulai memikirkan karir setelah itu baru pernikahan.
Usia menikah untuk pria rata-rata di atas 28 tahun, sedangkan wanita di atas usia 26 tahun dan kebanyakan dari mereka akan menikah ketika usia sudah menginjak sebuah kemapanan. Uniknya para wanita Jepang rata-rata menginginkan pria-pria yang sudah memenuhi syarat 3T untuk dijadikan pendamping, yaitu Tinggi badan, Tinggi pendidikan, dan Tinggi pendapatan.
Kemudian  bagi mereka yang terlalu disibukkan oleh pekerjaan hingga sempat sejenak melupakan soal jodoh, tentu kesulitan untuk mencari pasangan pendamping. Untuk itu apabila usia mereka sudah cukup mapan untuk menikah, mereka akan mencari jodoh lewat acara-acara  perkenalan yang sering diadakan di negara yang terletak di sebelah timur Asia. Biasanya, jika si pria merasa tertarik dengan seorang wanita, ia akan meminta untuk menjadi temannya. Selanjutnya bila ada kecocokan diantara keduanya dapat dilanjutkan kejenjang pernikahan.
Sebelum upacara pernikahan dilangsungkan, sang pria meminta izin kepada ayah kekasih. Apabila orang tua dari pihak wanita sudah menyetujui, maka segera dicarikan hari baik. sebab di Jepang ada kalender yang menerangkan mana hari baik dan mana hari buruk.
Untuk suatu acara penting seperti pernikahan, hari baik sangat mempengaruhi. Sehingga umumnya bulan-bulan yang sering dipakai orang untuk menikah adalah bulan Juni, atau pada musim semi dan musim gugur. Hari yang ditentukan pun tiba, keduanya terlihat anggun mengenakan busana tradisional adat jepang. Sang mempelai wanita terlihat cantik dengan Kimono putihnya, yang berarti suci, disebut juga Shiromuku. Rambut mempelai wanita disanggul dan dihiasi dengan bermacam-macam perhiasan, lalu ditutup dengan Tsuno Kakushi atau kerudung. Sedangkan mempelai pria terlihat gagah dalam balutan Hakama hitam, yaitu busana tradisional adat Jepang untuk pria.
Kedua mempelai diantar keluarga, teman dan kerabat bersama sama pergi ke kuil yaitu Kuil Meiji Jingu lalu melaksanakan upacara ritual pernikahan tradisional agama Shinto. Setelah seluruh keluarga, teman, dan kerabat berkumpul, kedua pengantin berdiri ditengah tengah diiringi dengan lagu tradisional kiyari. Pendeta kemudian melaporkan kepada dewa, bahwa kedua pasangan ini akan menikah lalu berdoa untuk para orang-orang tua yang sudah meninggal.
Pengantin pria membaca sumpah perkawinan kepada pengantin wanita, Lalu kedua pengantin minum anggur sebanyak tiga kali kemudian diulang lagi tiga kali. Di hadapan Dewa kedua pengantin mengucapkan janji nikah, disaksikan keluarga, teman dan kerabat, segera setelah itu dilanjutkan dengan resepsi. Pada acara ini, kedua pengantin sudah berganti busana, yaitu busana ala barat. Tersedia juga minuman khas sake yang menandakan keluarga mereka bersatu serta hidangan untuk para tamu, dengan posisi tamu kehormatan biasanya diisi oleh pimpinan tempat pengantin pria bekerja..
E. Kuliner Buat Keluarga
            Orang Jepang menyukai sayur, sayur yang mereka konsumsi sama dengan sayuran yang kita konsumsi di Sumatra, seperti: kol, wortel, selada…dengan nama khusus dalam bahasa Jepang. Banyak makan sayur sangat  banyak manfaatnya, seperti pencernaan lancer dan kebutuhan vitamin dan mineral tubuh terpenuhi. Sayur mereka terlihat bening saja.
Ciri khas makanan Jepang umumnya bahwa bahan-bahan masakan Jepang berupa: beras, hasil pertanian (sayuran dankacang-kacangan), dan makanan laut. Bumbu berupa dashi yang dibuat dari konbu, ikan danshiitake, ditambah miso dan shōyu… Berbeda dengan masakan negara-negara lain, makanan Jepang sama sekali tidak menggunakan bumbu berupa rempah-rempah dari biji-bijian (merica) atau penyedap yanng mengandung biji (seperti cabai) yang harus ditumbuk atau dihaluskan. Masakan Jepang juga tidak menggunakan bumbu yang berbau tajam seperti bawang putih… Kacang kedelai merupakan bahan utama makanan olahan. Penyedap biasanya berupa sayur-sayuran beraroma harum yang dipotong-potong halus atau diparut. Masakan Jepang umumnya rendah lemak, tapi mengandung kadar garam yang tinggi.
“Orang Jepang paling suka makanan laut,, kenapa..??  yak arena makanan laut itu sangat sehat loh… apalagi kalau di jepang hidangan makanan lautnya rata- rata  dihidangkan setengah matang,, jadi pasti makanan nya masih segar-segar.”
Kuliner mereka tidak banyak mengandung minyak. Orang Jepang tidak menyukai makanan berminyak. Kata seorang temanku bahwa bahwa makanan yang sering mengandung minyak membuat kita mudah sakit- seperti gangguan jantung dan juga empedu.
            Orang Jepang doyan makan ikan, kepiting dan udang. Manfaat banyak makan ikan menyehatkan badan. Makanan sehat khas Jepang[6]  memang terkenal dengan sesuatu yang baru, kreatif, unik, dan bahkan aneh. Sebagai contoh, makanan khas Jepang yang amat terkenal adalah Sushi. Selain rasanya yang unik dan segar karena diolah seminimal mungkin, sushi termasuk makanan sehat. Jika berbicara soal makanan tersehat di dunia, masakan Jepang-lah yang berada di posisi atas.
Kebiasaan makan di Jepang dipuji akan singkatnya dan kesederhaannya. Tak cuma itu masakan Jepang sehat karena selalu berkaitan dengan alam. Makanan sushi yang dimasak sangat sedikit sehingga mempertahankan sebagian besar nutrisinya. Bahan-bahan makanan yang digunakan pun juga sangat sehat, dan tidak diolah berlebihan. Bahan-bahan itu seperti kedelai, rumput laut, dan berbagai macam jenis ikan membuat sushi dinobatkan sebagai salah satu masakan sehat di seluruh dunia.
Sebab bagi kita yang terbiasa mengolah makanan, pasti sudah tahu kalau memasak dengan waktu berlebihan  menghilangkan nutrisi yang terkandung dalam makanan. Lebih jelasnya, dari percakapan dengan teman tentang masakanan Jepang membuat aku bisa tahu tentang sejumlah alasan masakan Jepang dianggap paling sehat.
a) Makanan ala Jepang menyehatkan Jantung,  karena seafood atau makanan laut adalah sumber utama protein dalam masakan Jepang. Ikan laut memiliki kandungan omega-3 yang amat tinggi. Itulah sebabnya, makanan Jepang membuat jantung sehat dibanding masakan lain di seluruh dunia.
b) Makanan direbus, ya bahwa masakan Jepang terdiri dari makanan rebus atau yang direbus. Kita pastinya jarang menemukan makanan yang digoreng atau direndam rempah-rempah dalam masakan Jepang.
c) Kedelai, bahwa kedelai yang digunakan dalam masakan Jepang tidak diproses berlebihan, dan karena itu sangatlah sehat.
d) Sangat sedikit garam, bahwa makanan Jepang sehat karena kandungan sodiumnya relatif rendah. Masyarakat Jepang makan banyak makanan laut yang memiliki natrium alami, kandungan garam dalam makanannya pun berkurang.
e) Ubi, bahwa karbohidrat dalam makanan Jepang tersedia di ubi jalar. Ubi adalah karbohidrat kompleks yang memberi energi dan nutrisi.
f) Makanan Jepang kaya antioksidan, bahwa ikan dan sayuran memiliki antioksidan tinggi dalam keadaan mentah. Dan karena Jepang memasak dengan cara minimal, maka ia pun mendapatkan hasil yang maksimal dari antioksidan yang terkandung di dalamnya.
g) Rumput laut, bahwa masakan Jepang selain sehat, termasuk masakan paling langka di dunia. Pasalnya, rumput laut digunakan sebagai bahannya. Ada banyak manfaat kesehatan dari rumput laut. Mulai dari kaya mineral laut hingga nol kalori. Sehingga makanan ini sempurna untuk menemani program diet kita.

F. Wisata di Jepang
1) Metropolitan Tokyo
Aku bersama teman- teman menikmati jalan- jalan yang sangat asyik di Tokyo[7]. Kami mengunjungi Tokyo tower….(Turis Canada mengira kalau aku orang Chinese, atau orang Jepang dan orang Jepang mengira aku orang Jepang totok- sehingga mereka memakai bahasa Jepang totok pula denganku). Banyak alasan mengapa kita tertarik untuk mengunjungi kota ini, keindahan bunga sakuranya, tata perkotaan yang rapi serta pertumbuhan ekonomi yang pesat membuat kota ini paling terkenal di Jepang. Kota ini juga terkenal sebagai ibukota negara Jepang dengan jumlah penduduk terpadat di negara sakura ini.
Ketika berjalan menyusuri Tokyo, kami terpukau melihat kebersihan di sekeliling kawasan ini. Namun secara keseluruhannya kota-kota di Jepang memang sangat terjaga kebersihannya. Tidak hanya di jalan-jalan utamanya saja, tetapi ketika memasuki gang-gang kecil pemandangan yang serupa dapat kita jumpai. Mayarakat Jepang memang dikenal sangat peduli lingkungannya dan mempunyai sikap yang ramah terhadap orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan budaya orang Jepang yang selalu membungkuk (dalam bahasa Jepangnya: Ojigi) ketika berkenalan, bertamu di rumah orang, meminta maaf bahkan mengatakan permisi dengan orang lain. Oleh karena keramahannya jangan heran bila kita sedang berwisata ke Jepang dan hendak mencari informasi tempat yang sedang dicari, orang Jepang tidak enggan untuk mengantarkan kita  ke tempat tersebut.
Untuk memulai perjalanan di kota ini, kami bingung harus memulai dari mana karena banyaknya tempat-tempat yang menarik dan layak dikunjungi. Kami ingin mengunjungi Tokyo Tower yang terletak di Shiba Koen (Taman Shiba). Tinggi keseluruhannya mencapai 332,6 m. Selain berfungsi sebagai antena pemancar siaran radio dan TV analog, tower ini dijadikan sebagai ikon dari Tokyo. Para pengunjung diizinkan naik ke atas dengan menggunakan elevator.  Pada ketinggian sekitar 120-125 meter terdapat dua lantai observasi utama dan lantai observasi khusus pada ketinggian 223 meter. Dari lantai observasi ini pengunjung dapat melihat indahnya pemandangan kota Tokyo. Namun pengunjung tidak diperbolehkan sampai ke Lantai 5 karena lantai ini diisi berbagai perangkat saluran televisi dan tidak dibuka untuk umum.
Uniknya ketika malam hari, pemandangan dari Tokyo Tower akan semakin terlihat anggun karena dihiasi dengan lampu-lampu yang disesuaikan dengan musimnya. Lampu berwarna orange dinyalakan di kala musim semi, musim gugur dan musim dingin. Sementara itu lampu berwarna putih dinyalakan saat musim panas. Hal ini bertujuan memberikan efek sejuk bagi pengunjung.
Setelah asyik melihat kemegahan Tokyo Tower yang bentuk bangunannya seperti Menara Eiffel di Paris, saatnya kami memanjakan diri (maklum masa kecil kami yang kurang bahagia…ha…ha..!!!) dengan mengunjungi Pokemon Center Tokyo yang berada di Hamamatsucho, Tokyo. Tokoh atau karakter yang dimainkan dalam serial TV animasi Jepang ini sempat menarik perhatian anak-anak. Di Pokemon Center Tokyo ini semua barang-barang yang berbentuk dan terdapat gambar Pokemonnya di jual di sini.
Tak lengkap rasanya jika jalan-jalan di Tokyo tanpa mengunjungi Ueno Park yang berada di Taito. Di tempat ini kita dapat melihat keindahan bunga khas Jepang yaitu Bunga Sakura yang semakin cantik apabila sedang bermekaran. Waktu yang pas untuk melihat keindahan Bunga Sakura yang sedang mekar ialah saat musim semi yang datang sekitar bulan April. Warna-warna bunga akan berubah menjadi merah muda nan cantik. Pemandangan lainnya di sekitar Ueno Park ini adalah sebuah patung terkenal yang melegenda di Jepang, yaitu Saigo Takamori bersama seekor anjingnya. Selain itu, di tempat ini terdapat Kuil Yushima Tenjin Shrine. Kuil ini didirikan pada tahun 1355 dan menjadi tempat yang sangat populer bagi para pelajar untuk berdoa agar sukses dalam ujian sekolahnya.
2) Disneyland Tokyo
Selama tinggal di Jepang aku juga pergi berlibur ke   Disneyland Tokyo. Aku merasa rugi kalau tidak sempat pergi ke sana. Kita bisa bertemu dengan tokoh kartun. Ini sangat bagus untuk mengembangan daya khayal/ imajinasi anak- anak. Disneyland Tokyo adalah taman rekreasi Disney dengan luas mencapai 465,000 m² dan merupakan taman rekreasi dan resort Disney pertama yang dibangun di luar Amerika. Dibangun oleh Walt Disney Imagineering, taman rekreasi ini dibuat mirip dengan Disneyland yang terletak di Anaheim,California. Disneyland Tokyo terbagi dalam 7 area yaitu: Bazar Dunia/World Bazaar, ini  adalah nama lain untuk Mainstreet U.S.A.Disini terdapat Pulau Petualang/Adventureland, Pulau Barat/Westernland, Critter Country, Pulau Fantasi/Fantasyland, Kota Kartun/Toon Town, dan Pulau Esok/Tomorrowland.
3) Kyoto
Kami juga sempat pergi jalan- jalan atau berlibur ke Kyoto. Disana kami melihat objek sejarah, seperti kuil. Kota Kyoto ibarat kota Bukittinggi di Sumatera. Kyoto merupakan kota yang berada di Pulau Honshu yang merupakan bagian dari daerah metropolitan Osaka-Kobe-Kyoto. Di Kyoto terdapat banyak sekali situs bersejarah dan tempat wisata alam yang akan memanjakan mata dan bathin setiap pengunjungnya. Pada masa lampau, kota indah ini kerap disebut dengan Rakuchu, Kyoraku atau Rakuyo. Penamaan tersebut ternyata mengikuti kebiasaan Tiongkok yang memiliki ibukota di Rakuyo.
Didalam kota terdapat beberapa aliran sungai seperti Kamogawa yang alirannya bersatu dengan Takanogawa di Timur, Katsuragawa di Barat dan Ujigawa di Selatan. Posisinya berapa di Lembah Kyoto atau disebut juga dengan Lembah Yamashiro yang dikelilingi oleh tiga gunung yakni Kitayama, Higashiyama dan juga Nishiyama. Karena lokasinya yang dikelilingi oleh pegunungan inilah menyebabkan iklimnya bersifat iklim darat sehingga perbedaan suhu antara siang dan malam atau antara musim dingin dan musim panas cukup besar.
Pada bagian pusat kotanya didesain berbentuk kotak-kotak laiknya papan catur, dengan bentuk jalannya yang sebagian besar jalan lurus. Setiap jalannya, sama seperti di Indonesia, memiliki penamaannya tersendiri dan di setiap persimpangan jalannya diberinama sesuai dengan nama jalan yang bertemu.
Kyoto memiliki sekitar 17 situs yang disebutkan dalam daftar warisan dunia (UNESCO), terdapat 34 universitas, 24 museum dan ada ratusan candi dan kuil. Bertandang ke Kyoto akan membawa kita  pada penemuan objek yang merupakan perpaduan antara tradisionalitas dengan modernitas. Ada banyak tempat yang menarik untuk kita kunjungi di Kyoto ini seperti Arashima Park yang merupakan salah satu tempat wisata terkenal dengan dominasi bunga-bunganya. Kita  juga dapat melihat 110 jenis tanaman bamboo di Kyoto City Rakusai Bamboo Botanical Garden. 
4) Mesjid Kobe
Masjid Kobe Muslim terletak di Nakayamatedori, Chuo-ku, Kobe City, Hyogo. Masjid tua ini dibangun tahun 1935 dengan biaya yang diberikan oleh para pedagang muslim dan warga muslim yang tinggal di Kobe saat itu.  Pada tahun 1955 Kobe mengalami gempa bumi namun masjid ini bisa bertahan hanya kaca bangunan yang mengalami sedikit kerusakan, selain itu masjid ini juga dijadikan tempat berlindung oleh warga sekitar. Mesjid Kobe Muslim ini berada di salah satu area terbaik untuk di kunjungi turis. Area ini bagunan tua western-style mulai dari restorandan toko makanan. Tempat ini juga tempat paling populer bagi pengunjung muslim.
Aku beruntung bisa mengunjungi Mesjid ini. Kebetulan saat itu di bulan Ramadhan, jadi aku bisa sholat bareng dengan jemaah muslim lainnya. Mereka adalah warga Pakistan, Bangladesh, beberapa keturunan Arab dan juga ada orang Jepang yang beragama Islam. Ceramahnya ada dalam bahasa Inggris dan juga dalam bahasa Jepang. Aku hanya mengerti ceramah dalam bahasa Jepang.
5) Universal Osaka
Dalam sebuah liburan kami pergi jalan-jalan ke Osaka. Kami pergi dengan menggunakan Shinkansen( kereta tercepat di Jepang). Di sana kami mengunjungi Universal Studios Japan- bagus sekali. Di sana, kami bermain dengan beberapa permainan seperti Terminator 3,ET.Jaws,dan lainnya. Pengalaman yang sangat menyenangkan sekaligus melelahkan.
Kami juga pergi ke Osaka zoo. Hebatnya bahwa disana hewannya tidak terkurung, tetapi dilepas dan kita melihat dari dalam mobil, melihat atraksi anjing laut, ikan lumba- lumba dan panda. Osaka zoo berada di kompleks Taman Tennoji. Didalamnya ada banyak satwa yang dilindungi, dimana salah satunya ada Panda merah dan Koala yang biasanya menjadi pusat perhatian pengunjung.
6) Nagano
Aku bersyukur karena bisa berlibur ke Nagano. Kami bisa main ski dan snowball- bola salju. Tiga tahun di Jepang, tidak mungkin ya kiranya kalau aku tidak mencoba untuk main ski. Aku coba main ski di ski-resort dekat Hakuba, Nagano dalam musim dingin. Kami dalam grup kecil menggunakan tiket ju-hachi-kippu (tiket kereta yang bisa digunakan untuk seluruh kereta lokal untuk perjalanan dengan grup.
Tujuan pertama: Hakuba, Nagano untuk main ski. Dengan kereta lokal, perjalanan terasa panjang, sampai Hakuba siang hari  kami cari informasi dan menemukan info bahwa hostel dan ski resort bisa kami dapat dicapai dengan bis hanya 1,5 jam, dan artinya kami masih bisa sampai sana sore hari dan merasakan main-main ski. Kami bertanya pada penjaga guest hotelnya bagaimana kalau kami mau main ski- sipenjaga memberitahu kami bahwa terdapat beberapa tempat penyewaan sepanjang jalan menuju Hakuba resort (agak jauh dari hotel kami, kurang lebih 1 km).
Dengan mengucapkan Arigatou gozaiamsu, kami meluncuuurrr. Sampai di rental perlengkapan ski, kami harus main sendiri. Astaga…..ternyata main ski itu susah. Kami gak bisa sama sekali main ski, tapi gak mau rugi, mau tetap liat ski resort, main sama salju.
Lalu mulailah kami mencari-cari kegiatan. Kami merental sliding yang biasanya digunakan anak-anak. Kemudian mulailah kami meluncur dengan sliding itu bergantian. Bosan sliding, kami liat ada nihon-jin lucu bawa-bawa alat ski. Lalu kami dekati, kami pinjam alat ski dan kami poto-poto dengan alat ski itu, serasa profesional skiing hahaha. Lalu pinjam snowboard nihon-jin dan kembali poto-poto. Hahahahha. Entah apa yang ada dalam pikiran nihon-jin itu, kami tidak peduli.
7) Mencoba Baju Kimono
Ada- ada saja pengalamanku di Jepang. Karena mataku agak sipit maka aku dianggap orang Jepang sehingga mereka pake bahasa Jepang totok dan aku tidak mengerti. Aku punya pengalaman indah dalam memakai kimono.
Kimono adalah pakaian tradisional Negeri Sakura itu (Jepang), kalau di Indonesia "Kebaya". Kalau di Indonesia yang memakai kebaya hanya para wanita, lain halnya dengan di Jepang. Kimono dapat di pakai oleh pria dan wanita, tetapi kimono pria berbeda dengan kimono wanita. Kimono untuk wanita biasanya berbentuk baju terusan serta sabuk yang dililitkan di pinggang atau perut (biasanya disebut obi) sedangkan untuk pria kimononya berbentuk setelan. Aturan memakai kimono yaitu kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri (lihat gambar). Alas kaki sewaktu kita mengenakan kimono disebut geta atau zoori. Sebelum orang Jepang mengenal pakaian Barat, mereka setiap hari memakai kimono.
Namun sekarang kimono hanya dipakai oleh para wanita saja, itu pun kalau ada acara khusus atau istimewa saja. Ternyata kimono ada tingkatanya dan kimono juga bisa menunjukkan umur si pemakai, status perkawinan dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri. Untuk kimono wanita:
a). Kurotomesode adalah kimono yang paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Kuro artinya Hitam jadi kurotomesode berarti Tomesode Hitam. Semua kimono yang berwarna hitam disebut kurotomesode. Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara-acara yang sangat resmi. 
b) Irotomesode adalah kimono yang terbuat dari kain berwarna, boleh warna apa saja bukan cuma hitam seperti kurotomesode. Irotomesode bisa dipakai oleh para wanita yang sudah menihak maupun yang belum menikah. Irotomesode biasanya dipakai untuk menghadiri suatu acara dimana kita tidak diperbolehkan untuk memakai kurotomesode misalnya acara resepsi di Istana Kaisar.
c). Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita yang belum menikah, terbuat dari bahan yang berwarna-warni dan motif di seluruh bagian. Ciri khas furisode adalah lengan yang sangat lebar dan menjuntai kebawah.  Furisode ini dapat dikenakan untuk menghadiri acara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, dan wisuda.
d). Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa beralih fungsi menjadi formal apabila diberi lambang keluarga (kamon) sesuai dengan tingkat formalitasnya. Dapat dikenakan untuk menghadiri acara penikahan atau pesta pernikahan.


[1] Sri Hartuti (2012) Pendidikan Karakter Jepang, Cerminan Bangsa Maju. Yanagido, Gifu - Japan: Gifu University. (http://www.padangmedia.com/3-Berita/78569-Pendidikan-Karakter-Jepang-Cerminan-Bangsa-Maju-.html)

 

[2] http://henrygunawan.wordpress.com/2009/07/10/perbedaan-orang-barat-dan-timur/
[3] http://jejepangann.blogspot.com/2013/02/ojigi-budaya-membungkuk-orang-jepang.html

[6] http://www.waspada.co.id
[7] http://ezytravel.co.id/blog/jalan-jalan-asyik-ke-tokyo.html

Pengalaman Bekerja di Jepang


Pengalaman  Bekerja di Jepang

            Penglaman positif menjadi pekerja di negeri sakura bukanlah pengalaman penulis, tetapi ini adalah pengalaman seorang pemuda bernama Yose (Yoserizal). Seorang tetangga penulis di Bukitgombak- Batusangkar, yang baru saja mengakhiri pekerjaan dan telah tinggal di Jepang selama tiga tahun. Penulis berfikir bahwa pengalaman  Yose dan pengalaman remaja/pemuda yang pernah bekerja di sana sangat layak untuk ditulis.
            Cukup banyak sebutan untuk negara Jepang. Sebagian menyebutnya dengan nama “negara matahari terbit, negara samurai, dan negara sakura”. Namun tidak perlu disebut atau diberi gelar dengan negara tsunami atau radiasi nuklir, karena ini membuat kepedihan bagi mereka sebagai tetangga kita.     
            Setiap orang yang baru datang ke negara dengan empat musim pasti akan mengalami cultural shock- kejutan budaya. Iklim di negara kita yang dapat dikatakan sebagai “summer all the time- musim panas sepanjang tahun”. Musim dingin di sana memang menusuk tulang, kalau bekerja di ladang tidak tahu kalau tangan kita tergores duri. Suhu dingin membuat perasaan sakit tidak terasa dan baru tahu kalau kita sudah mencuci cuci tangan.
            Pekerja asal Indonesia yang datang buat pertama kali di Jepang akan mengalami cultural shock dari segi bahasa. Pengiriman tenaga Indonesia menuju Jepang memang lebih professional dan bertanggung jawab dibanding pengiriman tenaga kerja ke Timur Tengah. Sebelum keberangkatan, semua peserta dilatih untuk trampil dalam berkebun- sebagaimana mereka kelak akan diserap kedalam perusahaan perkebunan- mereka musti tahu/ trampil dalam pembibitan, menanam dan memanen. Kemudian mereka juga harus bisa menguasai bahasa Jepang dengan aktif- mereka tahu dengan huruf kanji, romanji, katagana dan hiragana.
Ternyata sampai di negara sakura, bekal bahasa Jepang yang mereka kuasai belum cukup. “Bahasa Jepang yang dipelajari di Indonesia adalah bahasa Jepang standar untuk kota Tokyo. Sementara penduduk di sana memakai bahasa Hogeng, yaitu bahasa daerahnya. Yose sendiri berdomisili di perfektur Ibaraki dan ia harus memahami bahasa Jepang versi Ibaraki Ben. Sebetulnya bahasa Jepang yang dipelajari oleh pekerja Indonesia sudah bisa dipahami oleh penduduk asli Jepang. Namun mereka meresponnya  dalam bahasa daerah atau bahasa Hogeng.
Adaptasi pendatang ke Jepang selain dengan faktor cuaca dan bahasa adalah juga dengan disiplin kerja. Bagi bangsa Jepang disiplin kerja adalah nomor satu. Pekerjaan yang dilakukan buruh tidak berat, namun mereka perlu kerja cepat, karena umumnya mereka bekerja dengan menggunakan mesin. Kalau lengah sedikit maka kita tertinggal dan mesin jalan terus. Pekerjaan di Jepang memang serba pakai mesin dan pekerjaan di Indonesia dikerjakan secara manual. Bekerja dengan sesama manusia terasa santai dan bisa ngobrol sambil bekerja dan bekerja di Jepang memerlukan hasil maksimal. Semua produk desa di Jepang serba maksimal- hasil panen padi maksimal, hasil produk susu maksimal, hasil produk sayur juga maksimal. Mengapa ?, ya karena Orang Jepang bekerja lebih serius dan lebih disiplin sehingga bisa memenuhi konsumsi penduduk yang cukup padat.
Musim di Jepang ada empat macam, masing-masing berganti setiap tiga bulan . Haru atau musim semi jatuh pada bulan Maret, April dan Mei. Ini adalah iklim paling ideal dan paling bagus. Suhu terasa sejuk sama halnya dengan suhu atau cuaca di daerah pegunungan di Indonesia. Habis musim haru, datanglah musim Natsu.
Natsu atau musim panas jatuh pada bulan Juni, Juli dan Agustus. Musim panas terasa sangat panas, yang panas bukan mataharinya, tetapi cuacanya. Angin yang bertiup juga terasa panas. Boss nya pada perusahaan Jepang juga memahami, sehingga dalam musim panas istirahat siang diberi lebih lama. Namun kita pergi bekerja lebih cepat, karena selama musim panas siang hari terasa lebih panjang. Jam 4 pagi, fajar sudah menyinsing dan jam 5 pagi orang sudah bisa pergi bekerja. Dalam musim panas orang merasa malas untuk makan, namun mereka ingin minum air lebih sering.
Aki atau musim gugur jatuh pada bulan September, Oktober dan November. Setelah musim panas berlalu, tentu daun-daun pada pepohonan berubah. Cuaca dalam musim aki terasa sama dengan musim semi, dan malah sudah terasa dingin. Dalam musim gugur dedaunan pohon momi berubah menjadi warna merah, sehingga tampak ibarat bunga yang menempel pada pohon, dahan dan ranting. Banyak orang pada musim aki mengabadikan momen ini dengan kamera mereka- karena pemandangan begitu indah/ eksoktik.
Musim Fuyu atau musim dingin jatuh pada bulan Desember, Januari dan Februari. Orang mengatakan musim dingin sebagai musim salju karena dalam musim ini kadang-kadang ada salju namun kemudian mencair di tengah hari yang dingin. Dalam musim ini suhu berkisar antara -70 C sampai 70 C. Perubahan lain dalam musim ini adalah semua orang memakai pakaian berlapis, paling kurang tiga lapis- baju lengan panjang, sweater dan jaket perlengkapan kerja. Keinginan makan dalam musim dingin  sangat tinggi, namun kita enggan untuk minum, kecuali minum air yang agak hangat.
Ternyata bangsa Jepang berkarakter sedikit tertutup terhadap pendatang baru, paling kurang untuk memulai pergaulan. Itu karena orang Jepang tidak begitu bergaul dan mereka tidak suka punya banyak teman. Menurut Yose bahwa paling kurang karakter begini untuk di daerah Kanto- Jepang Timur yang meliputi Tokyo, Ibaraki, Shaitima dan Fukushima. Namun kalau orang Jepang sudah akrab dengan kita maka mereka bisa akrab terus. Yang lain, bahwa kalau kita tidak menepati janji maka simpati mereka akan rusak pada kita.
Sebagian penduduk pribumi Jepang, memperoleh informasi yang terbatas dari TV. Program televisi Jepang jauh dari susana hura-hura. TV di sana tidak menayangkan iklan. Program TV mereka banyak berkisar siaran berita, film, dan humor. TV Jepang banyak memberitakan tentang prestasi dan keunggulan dari dalam negeri sendiri dan amat sedikit memberitakan tentang negara lain, sehingga mereka kurang tahu tentang negara lain. TV menayangkan hal-hal yang mereka anggap aneh, dari Indonesia misalnya, ditayangkan tentang suku Asmat, suku Mentawai, tentang orangutan, sehingga Jepang memandang Indonesia sebagai negara terbelakang.
Penduduk Jepang yang belum pernah ke luar negeri memiliki pandangan sempit tentang luar negeri dan merasa super untuk negeri sendiri. Mereka akan sering bertanya “apa kulkas ada di Indonesia, apa pesawat terbang ada di Indonesia…?” Pertanyaan demikian terasa cukup bodoh, ya itu adalah akibat efek berita TV Jepang yang kurang berimbang dan transparan. Malah berita bencana tsunami tidak begitu tercakup dalam berita untuk konsumsi bangsa mereka  sendiri- mungkin tujuannya agar bangsa sendiri tidak begitu larut dalam duka lara. Namun orang Jepang yang sudah pernah pergi ke luar negeri, memiliki wawasan luas dan  akan menghargai bangsa-bangsa lain.
Memang bangsa Jepang memiliki percaya diri yang lebih tinggi dan menghargai bangsa sendiri lebih tinggi. Tentang produk sendiri, bahwa produk dengan kualitas terbaik dijual untuk konsumsi bangsa sendiri dan produk nomor dua dijual untuk tujuan ekspor. Kemudian tentang cara gaya berbicara bahwa bangsa Jepang tidak berbicara keras-keras di tempat umum khawatir mengganggu orang lain. Suku bangsa asal Thailand kerap dianggap suka bicara dengan aksen yang lebih keras. Bangsa Jepang terlihat senang menggunakan body language atau gerak gerik tangan dalam berkomunikasi. Mereka berbicara dan terbiasa menggunakan kalimat-kalimat singkat dan jelas tanpa diikuti oleh tertawa sampai terbahak-bahak.  
Mengapa kedisiplinan sudah menjadi budaya orang Jepang ? Salah satu penyebabnya adalah faktor musim. Dalam musim panas yang hanya berlangsung 3 bulan, orang harus disiplin bercocok tanam dalam waktu yang pendek dan berfikir bagaimana hasil bisa berlipat ganda. Terlambat saja dalam bercocok tanam akan menyebabkan gagal panen.
Unsur tanah di Jepang lebih sehat. Mereka menghindari pemakaian pupuk kimia, namun mereka memakai pupuk organik yang dikelola oleh pabrik. Mereka juga mengkonsumsi nasi dan banyak sayur. Sayur mereka dimasak tidak sampai matang, mungkin separoh matang. Orang Jepang tidak memanjakan anak, tapi mengajak mereka agar hidup mandiri. Bila memberi   permen atau kue untuk anak, ya tidak langsung disuapkan ke mulut, tetapi diberikan melalui tangan mereka. Rumah kaca di Jepang sangat membantu dalam musim dingin, yaitu  untuk mengatur suhu buat tanaman atau ternak.
Walau penduduk di sana kurang punya amalan agama seperti kita di Indonesia. Namun mereka lebih menghargai alam- hewan dan tanaman. Yose hampir tidak menemui orang Jepang menembak burung, membunuh serangga, melempar kucing dan anjing liar. Mereka juga mencintai lingkungan. Andai mereka menjumpai tanaman bunga liar tumbuh dekat kebun, maka bunga tersebut langsung dirawat, dibersihkan dari rerumputan.
Orang kita sebahagian suka mempertahankan karakter boros. Di tempat pesta banyak orang yang senang menyisakan makanan dan minuman walaupun terasa sangat lezat. Entah apa alasan mereka untuk berbuat demikian. Namun orang Jepang malu dikatakan sebagai orang yang boros, itu karena mereka menganut budaya suka berhemat. Hemat dalam mengkonsumsi air, listrik, makanan dan penggunaan waktu. Dalam perjalanan menggunakan transportasi umum terlihat karakter hemat waktu atau menghargai waktu. Mereka tidak suka ngobrol keras-keras, dan mereka malah lebih suka tidur atau mendengar lagu lewat walkman dan membaca komik (bagi remaja dan anak-anak). Inilah penyebab mengapa industri komik tumbuh cukup subur. Prilaku seperti ini adalah juga wujud dari menghargai waktu.        
Pendidikan keluarga di Jepang berorientasi pada kemandirian dan disiplin. Walau Jepang kaya raya dan memproduksi banyak sepeda motor, namun anak-anak tidak diizinkan memakai sepeda motor sampai mereka memperoleh cukup umur untuk memperoleh SIM- surat izin mengemudi- dalam usia 17 tahun. Anak-anak Jepang tidak diantarkan ke sekolah langsung pakai kendaraan. Tapi diantar ke tempat perkumpulan anak-anak dan kemudian anak-anak berjalan menuju sekolah.
Pada umumnya orang Jepang menyukai rumah dengan lantai papan. Maka agar lantai tidak rusak oleh jejak telapak kaki, mereka selalu memakai kaus kaki. Rak sepatu ada di luar rumah. Begitu masuk rumah, sepatu dilepas dan selanjutnya memakai sandal khusus rumah, itulah mengapa kaki orang Jepang bersih-bersih. Mereka tidak menyukai banyak perabot yang serba rumit, cukup yang sederhana atau yang model minimalis saja.
Ada juga kesamaan budaya Jepang dengan kita, yaitu saling berkunjung dan juga membawa buah tangan atau oleh oleh dan saling berharap oleh-oleh. Namun Jepang termasuk bangsa yang suka menangis. Meluapkan kegembiraan juga menangis apalagi kalau merasa sedih. Kalau gagal bangsa Jepang juga menangis. Malah cukup banyak bangsa Jepang yang melakukan hara-kiri- bunuh diri- kalau merasa gagal.
Rata-rata bangsa Jepang ingin memiliki anak satu atau dua orang. Namun sekarang dalam kondisi ekonomi yang cukup sulit maka ada orang tua muda di Jepang yang takut memiliki anak. Sebab setiap anak yang lahir dikenai pajak.
Masa puberitas anak-anak/ remaja Jepang datang lebih cepat. Sebahagian remaja yang berpacaran sudah mengenal hidup bersama- samen leven. Perilaku ini tidak layak untuk kita ikuti karena tidak cocok bagi kita dan bangsa yang menganut ajaran Islam.
Banyak kenangan manis yang terasa setelah tiga tahun tinggal dan bekerja di Jepang. Yose sangat terkesan dan juga terbiasa dengan budaya positif bangsa tersebut seperti suka kerja serius, kemandirian, disiplin yang tinggi (selama di Jepang ia tidak pernah melihat sopir yang ngebut dan meniup klakson) dan juga dengan kebersihan. Berbeda dengan pekerja yang datang dari negara timur tengah yang sebagian memang terbentuk mental buruh atau mental pembantu- yang tidak tahu apa yang musti dikerjakan begitu pulang lagi ke tanah air. Maka bagi Yose yang tumbuh adalah mental suka kerja keras dan kemandirian. Kini ia tengah merintis usaha yaitu membuka ruko, usaha peternakan, perikanan dan mengolah hasil tanam dan juga berencana untuk segera berumah tangga dengan gadis pujaan hati.

Pengalaman Belajar di Amerika


Pengalaman Belajar di Amerika
Mengikuti proram pertukar pelajar ke manca negara adalah program yang banyak diminati oleh pelajar dari seluruh pelosok Indonesia. Program tersebut adalah AFS (American Field Service), Yes (Youth Exchange Studies), dan Jenesys (program ke Jepang) masing-masing untuk satu tahun, namun juga ada program Jenesys untuk dua minggu. Karena program ini terbatas untuk beberapa orang saja dan juga cukup bergengsi maka tentu saja setiap peminat harus punya persiapan yang matang untuk memenangkan seleksi penyisihan.     
Miftahul Khairi (17 tahun), siswa SMAN 1 Bukittinggi,  putra dari Bakri Harun (Kepsek SD 15 Matur, Agam) dan Rasmiati (Hakim Pengadilan Agama di Maninjau), dan juga sebagai keponakan Penulis,  telah beruntung bisa mengitu program pertukaran pelajar Yes (Youth Exchange Studies) di Amerika Serikat yang juga disebut dengan Negara “Uncle Sam” atau “Paman Sam”. Tentu saja Miftahul (Ari) terlebih dahulu melakukan persiapan yang cukup matang sehingga bisa mengikuti program Program Yes ini dan tinggal serta belajar di Amerika Serikat dengan orangtua angkat selama satu tahun.
Seperti remaja pada umumnya, Ari biasa-biasa saja, rajin tapi kadang-kadang juga malas. Suka membantu orang tua, suka belajar dan juga suka main game online.”Namun kenapa kamu tertarik mengikuti program pertukaran pelajar ?”. Itulah pentingnya bergaul dan bertukar cerita dengan banyak orang. Suatu hari kakak teman yang baru saja kembali mengikuti program pertukaran pelajar di luar negeri berbagi cerita dengan Ari sehingga rasa ingin tahu dan motivasi Ari juga muncul. Faktor lain yang mendorong Ari ingin mengikuti program ini adalah karena ingin melihat dan merasakan tentang bagaimana budaya orang lain dan juga ingin merasakan pengalaman baru tinggal di Amerika.
Ia memperoleh informasi bahwa peserta yang kemungkinan akan lulus dalam program American Field Service ini adalah mereka yang selain mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris juga memiliki pengalaman leadership dan aktif dalam organisasi. Ia pun juga aktif dalam organisasi di sekolah dan organisasi di sekitar rumah. Ia harus memiliki banyak wawasan, setiap hari mengikuti berita-berita dan mencatat semua issue berita pada buku catatan khusus. Kadang-kadang Ari juga pergi ke internet untuk melakukan browsing tentang berita terkini dari seluruh pelosok Indonesia dan dari seantaro dunia- tentang global warming, tentang proliferasi nuklir, tentang cloning, tentang kematian Michael Jackson, tentang perkawinan kaum homo seks, dan lain-lain. 
Ari melompat hampir setinggi langit, riang gembira karena dinyatakan lulus dalam mengikuti seleksi pertukaran pelajar tersebut. Ia mengatakan bahwa “preparation is mother of successfulness”. Tentu saja persiapan Ari yang lain, selain kemahiran dalam bahasa Inggris, adalah juga dalam hal berdebat, menguasai kesenian dan life skill lain- ia belajar memasak gulai dan rendang Padang. Ari juga belajar tari minang, silat minang, masakan minang, dan juga membaca buku-buku tetang budaya Indonesia secara keseluruhan karena Ari kelak adalah menjadi duta bangsa. Kebiasaaan berdebat sangat penting dalam membentuk mental yang kuat dan berani dan sebab program pertukaran pelajar tidak perlu menjadi anak manis yang serba penurut, patuh tapi susah dalam berkomunikasi.
Ari bebagi cerita bahwa saat itu ada sekitar 600-an peminat program pertukaran pelajar dari seluruh Sumatera Barat dan juga mungkin dari Riau. Yang ia ambil adalah program YES (Youth Exchange Studies) dan yang diambil dari seluruh pelamar hanya 5 orang. Ari termasuk satu dari lima orang yang beruntung. Seleksi program ini meliputi test tertulis, wawancara dalam bahasa Inggris, wawancara non Bahasa Inggris tentang pengetahuan umum, wawasan lain, kepribadian, penilaian individu tentang kerja kelompok atau team-work.
Tip dan trick agar menang dalam seleksi program pertukaran pelajar tersebut adalah “be your self”. Penilaian dengan skor rendah selama aktifitas team work adalah kalau seseorang memperlihatkan sikap hiperaktif, suka memonopoli, egois dan adanya kesan arrogant atau angkuh. Selanjutnya karakter yang tinggi skor penilaiannya adalah untuk  karakter cooperative, leadership, dan kreatif. Tipe “be yourself” yang disenangi oleh program pertukaran pelajar adalah untuk semua karakter orang- ada yang agak pendiam, suka usil, humoris. Yang dinilai tidak hanya cerdas, ramah, cooperative, leadership dan kreatif, tetapi juga harus bersifat “out going, easy going dan humoris”.
“Apa yang kamu rasakan begitu kamu dinyatakan lulus dalam seleksi ?”. kelima peserta yang lulus kemungkinan “feeling between belive or not believe” kalau mereka lulus, kemudian merasa excited dan mulai membuat seribu impian dan sejuta andai, “Kalau…. Kalau….kalau…., saya akan…..”. Mereka juga ingin tahu tentang seperti apa sih USA itu. Pokoknya ada harapan yang begitu tinggi dengan sejuta mimpi. Namun kemudian bercampur dengan emosi kesedihan. Sedih karena harus berpisah dengan keluarga, sedih berpisah dengan teman dan sedih kehilangan waktu- tertunda belajar  di sekolah selama satu tahun.
“Apa persiapan kamu menuju negara Paman Sam ?”. Selain faktor bahasa dan pengeahuan budaya juga harus menyiapkan logistik. Menyiapkan pakaian yang digunakan seperlunya, buku-buku yang diperlukan , paspor, visa dan souvenir. Sekali lagi karena pertukaran pelajar adalah juga berarti pertukaran budaya, maka peserta juga harus punya persiapan budaya- belajar tari, belajar seruling, belajar gitar dan lagu daerah.
Sebelum keberangkatan ke negara tujuan maka semua peserta yang lolos seleksi dari seluruh Indonesia berkumpul di Jakarrta, tentu saja diantarkan oleh orang tua. Mereka diberi program orientasi- pembekalan untuk mengenal negeri orang dan mengenal negeri sendiri. Mereka memperoleh materi pelajaran CCU atau “Cross Culture Understanding- pemahaman lintas budaya”. Dan setelah itu acara Talent Show- penampilan bakat- yang disuguhkan buat orang tua peserta yang baru saja mengantarkan anak-anak mereka untuk program pertukaran pelajar.
“Bagaimana perasaan kamu saat terbang melintasi samudra pasifik ?”. Peserta program AFS dan Yes tidak terbang melintasi samudra Pasifik. Itulah kondisi pesawat GIA (Garuda Indonesia Airways) tidak memperoleh izin untuk mendarat di bandara Eropa, karena diangap kurang memenuhi standard keselamatan dan mungkin karena pesawat sudah agak tua (maaf), maka peserta terbang dengan MAS (Malaysia Airline System) dari Jakarta ke Kuala Lumpur selama dua jam. Dari Kuala Lumpur terbang lama selama 12 jam dengan pesawat menuju Frankfurt. Hari terasa selalu siang selama 12 jam karena pesawat terbang menyonsong matahari. Agar bisa tidur maka pilot menyarankan agar menutup semua jendela pesawat dan sebagian penumpang bisa tidur.
Peserta transit di Frankfurt. Bandaranya sangat rapi, bersih dan udaranya bearoma harum sehingga setiap pengunjung merasa dimanja. Kemuian peserta terbang dengan pesawat United Airline menuju Washington, DC selama 7 jam melintasi samudra Atlantik. Peserta menjadi too excited karena sudah begitu dekat dengan negara Paman Sam, tetapi bercampur degan emosi kesedihan “ada yang menangis” karena sudah terasa begitu jauh dari tanah air dan dari mama dan papa tercinta.
“Apa kesan kamu melihat orang-orang dalam pesawat terbang moderen ?”. Bule-bule dalam pesawat umumnya tampak sibuk dengan diri sendiri, sibuk dengan laptop, sibuk dengan phone cell, sibuk membaca, atau tidur. Sementara orang-orang kita- peserta yang dinyataan menang dan lulus selesi pertukaran pelajar- terlihat sibuk dengan orang lain. Mengurus orang lain, sibuk ngobrol, sibuk tersenyum. Di sinilah beda kepribadian individualitas dan masyarakat social. Dalam masyarakat barat atau budaya individu terkesan bahwa “no personal space”.
Akhirnya pesawat United Airline mendarat di bandara Washington DC. Sebelum menyebar maka peserta YES diberi orientasi tentang way of life di USA. Program Yes adalah program scholarship penuh dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang disediakan buat pelajar atau pemuda dari negara muslim. Makanya kegiatan orientasi di Washington juga ada pelajar dari Malaysia, Arab, Mesir, Turki, dan negara-negara muslim lainnya. Program Yes didirikan setelah adanya tragedi peledakan gedung WTC (World Trade Centre) oleh teroris, dan rakyat USA saat ini memendam rasa marah pada masyarakat muslim dunia. Maka untuk mengenal agama Islam masyarakat muslim, USA mengundang para pelajar muslim melalui program Yes tersebut.
Semua peserta Yes disebar ke 50 negara bagian Amerika Serikat dan tidak ada pelajar yang sebangsa tinggal bersama dalam satu tempat. Ari ditempatkan di kota Mineappolis, negara bagian Minnessota. Minneapolis adalah juga termasuk kota pelajar, ibarat Yogyakarta. Kota ini termasuk kota menengah dan di sana ada Universitas St. Cloud dan di kota ini Ari tinggal dengan Host Family.
“Apa yang kamu lakukan Ari, pertama kali tinggal dengan host famiyy ?”. Semua peserta pasti melakukan adaptasi. Adaptasi dengan bahasa, budaya, makanan, pendidikan dan bagaimana supaya bisa “fit with new famiy and new culture”. Walaupun peserta sudah yakin memiliki bahasa Inggris yang baik namun kadang kala kurang mengerti dengan bahasa Inggris penduduk setempat, karena mereka berbicara cepat dan accent berbeda. Untuk memahami komunikasi maka peserta mengandalkan (memahami) eye contact dan body laguage. Tentang akanan, masakan Indonesia lebih mengutamakan taste and flavour, sementara masakan Amerika lebih mengutamakan nilai gizi, walau sering kurang pas menurut lidah orang Indonesia.
Sistem sekolah di sana juga berbeda dengan Indonesia. Di sana pelajar choose own class dan untuk tingkat SMA mereka tidak memakai seragam, tetapi free clothes. Dalam kelas terdapat banyak tempelan-tempelan yang memberi info kepada siswa/pelajar. Kertas yang ditempel selalu di-update, tidak dibiarkan terpajang selama berbulan-bulan, apa lagi tempelan selama bertahun-tahun. Pendidikan di sekolah kita “guru-guru terlalu banyak ngomong”, namun di USA gaya pembelajaran bersifat memberi “explanation, practicing, dan pemahaman concept”. Maka pembelajaran di Amerika bercirikan banyak simulasi, game dan pemberian reward pada siswa seperi permen dan coklat- walau materi sedikit. Di Indonesia materi terlalu padat dan siswa disuguhi dan harus menghafal banyak materi. Namun tugas-tugas sekolah di sana juga banyak.
Ari secara langsung melihat dan merasakan pebedaan pembelajaran di sana dengan di kampungnya sendiri (Sumatera Barat). Di kelas Amerika, guru-guru memajang nilai yang diperoleh siswa dan selalu mengupdatenya, tiap kali ada penilaian. Suasana pembelajaran kadang-kadang juga lewat menonton dan membahasnya, misalnya dalam kelas poloitik (atau KWN- kewarga negaraan). Dalam pembelajaran ini ada kalanya juga dengan bermain peran, sebagai presiden, anggota partlemen, sebagai pengacara, sebagai narapidana.
Pelajaran seni di Indonesia sudah berciri “praktek” dan di Amerika malah lebih banyak praktek, misal kelas memahat, kelas menjahit, kelas membuat keramik. Ada kesan dari kebisaaan pelajar di Indonesia, kalau pulang sekolah buru-buru pergi les, les matematik, les bahasa Inggris, kimia, fisika dan les komputer. Namun para pelajar Amerika pulang sekolah cenderung pergi berolah raga- mengikuti team basket, team bola kaki, atletik. Makanya tubuh pelajar di sana terbentuk lebih sehat dan kuat. Penduduk di sana sangat mencintai kegiatan olah raga, oleh karena itu mereka terkesan berani dan agresif dalam bekerja dan bersosial. Inilah dampak positif dari kebisaaan berolah raga bagi masyarakat Amerika.
Kemudian masih dalam hal olah raga,  bahwa selalu ada kompetisi antara sekolah. Tingginya semangat berolah raga dalam sekolah dan dalam masyarakat membuat self-believe, life skill, team work, hard work, dan self determination mereka sangat tinggi dan sudah menjadi karakter mereka. Di USA, orang tidak melihat status atau “kamu anak siapa”,  semua orang sama-sama punya kesempatan untuk maju, seorang guru tidak membandingkan latar belakang siswanya apakah dari orang tua miskin, kaya, kulit putih, kulit berwarna, katolik atau non katolik dalam peniaian dan dalam pelayanan (tentu ini juga bergantung pada karakter seseorang). Umumnya siswa di sana memiliki “self determination” menentukan sikap untuk masa depan mereka, makanya pelajar di sana sudah membayangkan apa yang akan mereka kerjakan kelak bila sudah dewasa. Kalau mereka tidak memiliki self determination- menentukan arah diri sendiri, maka itu berarti mereka “gagal dalam hidup”.
“Di negeri kita anak yang dipandang baik adalah sweet kid (anak manis) yaitu patuh, penurut dan rajin”. Di negara Paman Sam, jarang sekali karakter “sweet kid”,  semua orang berkarakter “assertive” yaitu say what you feel dan tidak ada istilah bahasa yang berbelit-belit atau berbasa basi. Tentang hal ini antara Indonesia dan Amerika tentu berlaku istilah  different fish different pond- lain lubuk lain ikannya”. Jadi pola berkomunikasi di Amerika adalah berkarakter clear, direct communication dan tidak berbelit-belit”.
Tentang appellation atau panggilan, Ari cukup memanggil nama saja untuk host family (orang tua angkat) dan pada gurunya. Bagi mereka ini menandakan closeness- kedekatan. Sementara di Sumatera Barat “Panggilan” disesuaikan dengan empat tingkat kata: kata mendaki, kata menurun, kata mendatar, dan kata melereng. Ada yang panggil adik, uni, uda, ibu, etek, sumando, menantu, dan lain-lain”.
Keluarga Amerika menerapkan berbagi kerja dalam mengurus tugas rumah. Walaupun di sana sudah serba mesin. Dan hukuman buat pelanggaran yang dilakukan oleh seorang anak yang diterapkan oleh host family atau orang-orang lain adalah “grounded punishment”. Misalnya seorang anak melanggar peraturan rumah maka selama seminggu  Phone Cellnya, Lap topnya, MP 3 nya disita, fasilitas buat dia dicabut, dan tidak boleh keluar rumah sehingga mendatangkan efek bosan dan jera. Sementara hukum spangking “melampang” pantat anak, apalagi sampai menempeleng kepala, mencambuk kaki anak, mencewer telinga dan hukuman fisik lain.  sudah lama ditinggalkan karena bisa dipandang bertetangan dengan hak azazi manusia. Pelaksanaan hukum tergantung pada karakter pribadi, karena juga ada orang tua yang menganiaya dan sampai menelantarkan anak mereka.
“Bagaimana teman-teman mu di Sekolah Amerika dalam memandang negerimu- Indonesia ?”. Ternyata banyak pelajar di sana yang buta dengan informasi budaya dan informasi geografi tentang negara lain, termasuk tentang Indonesia. Mereka masih memandang Indonesia sebagai negara yang jauh tertinggal atau primitive, sehingga muncul pertanyaan yang lucu-lucu. “Apa kamu pernah makan daging orang utan…? Apa kamu tinggal dalam goa atau di atas pohon kayu besar ?”
Orang di negara Paman Sam  memandang Indonesia sebagai negara yang indah apalagi orang di sana menyukai derah tropis, menyukai warna kulit yang terbakar matahari sebagai “sun tanned skin” sebagai lambang kulit yang sehat makanya orang di sana gemar berjemur saat musim panas. Orang di sana juga menyukai budaya Indonesia seperti tari dan kreasi seni, karena di sana tidak ada tari atau seni yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Mereka juga memandang orang Indonesia sebagai bangsa yang hospitality- ramah tamah.
Host family memandang Ari sebagai remaja yang riang, lucu, smart. Di sekolah Ari sangat jago dengan pelajaran matematika dan umumnya anak-anak Asia jago di sekolah. Ternyata pelajaran Indonesia lebih tinggi- Ari sering sering tampil dalam mata pelajaran matematika, namun kita cuma kaya dengan hafalan dan mereka kaya dengan praktek. Di mata mereka bahwa Ari adalah anak yang suka membantu, suka memotret-motret, hospitality dan clever. Walau Bahasa Inggris Ari terasa sudah bagus tetapi di telinga mereka bahasa Inggrisnya terkesan lucu dan enak untuk didengar, ibarat kita mendengar mereka berbahasa Indonesia dengan aksen yang cadel.
Suasana kehidupan sosial di daerah perkotaan terasa sangat individu, mungkin sama juga dengan kondisi di kota besar Indonesia. Namun di country side- di pedesaan agak sama dengan di desa Indonesia- juga ada suasana bersosial yang tinggi. Beda tentang berteman, kalau di Indonesia seorang remaja mengenal “a lot of close friend”, namun di sana remaja mengenal “few close friends”. Di mata mereka bahwa keramah tamahan itu hanya  sekedar memperlihatkan kebaikan saja. Di sana remaja active mencari teman yag memiliki minat yang sama, misal dalam bidang olah raga dan musik. .      
“Bagaimana tentang hubungan orang tua dan anak di Amrik ?”. Hubungan orang tua dan anak di sana, ya sama dengan kondisi keluarga demokrasi di Indonesia. Mereka memberi anak “freedom to choose” tetapi tetap selalu ada nasehat-nasehat. Anak-anak di sana diajar untuk mandiri dan banyak remaja melakukan kerja “part time”- kerja paroh waktu di swalayan, street construction, di restorant fast food. UMR (Upah Minimum Regional) di sana adalah 7.25 Dollar Amerika per jam,  atau setara dengan Rp. 72.000. Namun mereka dibatasi kerja perminggu oleh undang-undang. Untuk memperoleh kerja part time, mereka menulis resume atau lamaran. Hasil pendapatan part time mereka tabung untuk kepentingan berlibur, jalan-jalan ke luar negeri, untuk beli mobil, untuk membantu uang kuliah dan membeli barang yang mereka butuhkan. Part time diberikan untuk remaja minimal usia 16 tahun.
“Setelah kamu berada di Amerika, bagaimana kamu melihat Indonesia dari arah luar ?”. Ari merasa bangga sebagai bangsa Indonesia karena alamnya cantik apalagi Ari juga dipandang oleh orang sana termasuk remaja yang creative, dan kulitnya dianggap bagus. Apalagi ada persaan emosional, bangga atas nilai kebersamaan yang ada di Indonesia, kemudian Indonesia juga sangat kaya dengan budaya dan seni.
Orang Amerika kagum dengan anak-anak Indonesia karena kecil kecil sudah mahir berbahasa Inggris, mereka saja hanya bisa berbahasa Inggris (bahasa Ibu) dan mempelajari bahasa asing seperti bahasa Perancis, bahasa Spanyol dan bahasa Jerman hanya saat duduk di bangku SMA saja. Tentang jurusan favorite di universitas ya sama fenomenanya dengan di Indonesia, mereka menyukai jurusan ekonomi, jurusan kedokteran, bisnis, hukum dan tekhnik atau engineering.
Mengikuti program pertukaran pelajar di luar negeri, walau kehilagnan waktu belajar selama satu tahun, namun di sana Ari juga belajar di SMA Amerika dan juga memperoleh ijazah atau sertifikat tanda tamat belajar yang nilainya sama dengan diploma satu untuk Indonesia, dengan diploma tersebut Ari pun bisa melamar kuliah di jurusan yag menggunakan bahasa Inggris di universitas Indonesia. Saat sebelum mengikuti pertukaran pelajar, Ari terlihat sebagai anak yang manis- baik dan patuh. Namun setelah mengikuti program pertukaran pelajar selama setahun, rasa nasionalismenya bertambah, semangat bekerja dan belajar lebih progresif seperti anak anak di Amerika dan kemandirian dan self determinasi Ari juga lebih meningkat. 

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...