Rabu, 08 Januari 2014

Suka Antrian dan Minta Maaf


 
B. Suka Antrian dan Minta Maaf
1. Karakter Positif
            Hari ketiga berada di hotel Rydges, aku sudah merasasepeprti berada di rumah sendiri. Kalau kemaren aku tidak sanggup buat mandi pagi. Aku tak sanggup melawan rasa dingin air kamar mandi- walau ada air panas, namun rasa malas terasa besar.
            Pagi ini aku cukup kuat buat mandi. Aku memutar kran air panas dan juga kran air dingin sekaligus, maka pancaran shower sekaligus menjadi hangat dan jadi enak di kulit. Kini aku bisa mandi dengan lebih leluasa. Badan jadi lebih bersih dan sholat subuhku lebih khusuk.
            Dalam kamar hotel ada beberapa fasilitas yang bisa dinikmati, namun tidak secara bebas. Untuk menggunakannya kita musti buat konfirmasi pada petugas front officer. Ada pesan yang musti kita ketahui bila ingin menginap di hotel- hotel Australia, yaitu sebagai berikut:
            - Kebanyakan hotel mempunyai fasilitas “pay movie” yang tertera di remote control TV. Itu berarti apabila salah pencet tombol, maka tagihan akan langsung dikenakan saat kita membayar. Pay movie adalah film- film tontonan di layar TV yang harus dibayar, diantaranya ada film-film khusus untuk orang dewasa. Untuk menghindari anak agar jangan salah tekan, maka kita harus menghubungi tour leader (ya tentu bagi yang membawa anak- anak) atau receptionist untuk mendapat penjelasan yang lebih terperinci.   
            - Jangan mengeringkan pakaian yang sudah dicuci di atas kap lampu, karena hotel akan mengenakan biaya yang cukup tinggi apabila kap lampu tersebut berbercak atau rusak.
            - Pada saat menyalakan air kran di kamar mandi atau pada saat mandi, mohon diperhatikan agar air tidak keluar dari kamar mandi dan membasahi karpet, karena hotel akan mengenakan biaya yang cukup tinggi apabila hal ini terjadi.
            - Air kran di hotel ada yang boleh dan tidak boleh diminum langsung. Tour leader kita akan memberitahukan informasi dalam hal ini.
            - Barang barang milik hotel seperti handuk, vas bunga, asbak, gelas/ cangkir, map, dll, tidak diperkenankan untuk diambil. Apabila kita ingin memilikinya sebagai souvenir, kita dapat menghubungi tour leader atau hotel reception untuk membelinya.
            - Jangan membuat keributan di lobby, koridor atau kamar hotel.
            - Tempat masak air panas, teh, kopi dan gula adalah fasilitas gratis, tetapi minuman lainnya- air aqua, soft drink, alkohol- dan juga makanan ringan yang ada di kamar akan dikenakan biaya kecuali atau tulisan “with compliment”.
            Manfaat yang aku rasakan tidak menggunakan fasilitas TV di kamar, aku bisa memanfaatkan waktu untuk membaca dan menulis. Aku betul- betul senang dengan pengalaman bisa menelusuri Melbourne ini sebagai pengalaman internasional.  
            Karena suhu disini dingin atau karena gaya berjalan semua orang cepat maka gaya berjalan kami juga cepat. Orang- orang yang tidak aku kenal, apakah mereka warga Australia atau hanya sekedar touris. Mereka pada umumnya terbiasa minta maaf. Kata “I am sorry” amat mudah terlontar dari mulut mereka. Apakah kita menyenggol mereka atau mereka menyenggol kita.
            “Di bandara Melbourne kemaren aku tertinggal oleh grup dan aku bergegas mengejar mereka. Tiba tiba bagasi yang aku seret menyenggol kaki seorang wanita muda. Aku berfikir kalau ia akan marah, sebaliknya ia malah minta maaf “I am sorry”
            Masih kemaren juga, saat antri di immigrasi, kami semua antri menunggu panggilan. Aku kemudian keluar dari barisan dan pergi ke belakang. Sebentar kemudian aku datang lagi dan menyelinap pada barisan semula. Salah seorang pria yang merasa telah mengambil posisiku juga minta maaf “Sorry…sorry !!”. orang orang yang sudah level internasional memang lebih suka minta maaf dengan mudah. Kebiasaan suka minta maaf adalah karakter positif dan karakter ini bisa kita adopsi.

2. Rumah- rumah di sepanjang jalan
            DHS adalah singkatan dari Dandenong High School. Kemaren saat bis wisata mengantarkan kami dari hotel Rydges ke DHS. Aku melemparkan pandangan keluar jendela bis. Jalan- jalan yang terbentang dari pusat kota hingga suburb terlihat cukup lebar dan mulus. Asphalt beton sengaja dirancang untuk bisa menampung truk berbadan panjang dengan roda lebih dari 10. Aku juga ingin agar jalan-jalan raya di kampungku- di Sumatra- dibangun seperti jalan raya disini.
            Aku fikir bahwa sebenarnya prilaku warga Australia ada juga suka membuang sampah sembarangan juga ada di Melbourne, namun jumlahnya sedikit. Buktinya adalah di sepanjang lorong jalan dalam kota Melbourne aku juga melihat amat banyak puntung- puntung rokok. Agar puntung rokok tidak jatuh masuk ke dalam saluran drainase maka petugas telah menempatkan  lapisan berupa saringan dibawah reruji besi jalanan. Dengan demikian petugas kebersihan bisa memindahkan puntung rokok kedalam gerobak sampah. Dari banyaknya bertebaran punting rokok dalam kota, dapat diasumsikan bahwa banyak penduduk kota Melbourne yang suka merokok.    
            Namun secara umum bahwa tidak ada warga yang membuang sampah lewat jendela mobil dan aku memang tidak menemukan tebaran sampah di pinggir kiri dan kanan jalan raya. Semua mobil di Australia memiliki jendela yang kacanya tak bisa dilepas. Kemudian dalam semua mobil juga terdapat tong sampah. Penumpang mobil yang habis makan dan minum akan menumpuk sampah ke dalam tong sampah. Namun makan dan minum dalam bis dilarang, kecuali ada izin dari pak sopir.
            Rumah-rumah penduduk disepanjang jalan menuju suburb terlihat seragam dan tersusun rapi. Aku hampir tidak ada menjumpai ana- anak dan remaja yang berkeliaran sebagai anak jalanan. Pemerintah dan jugamungkin warga meletakkan dua buah tong sampah berukuran jumbo, satu buat organic dan yang lain buat sampah anorganik. Tong tong sampah, ditutup sehingga tak bisa diganggu hewan atau diterbangkan oleh angin. Tong sampah memang berjejer di sepanjang gerbang rumah mereka, kemudian akan datang petugas kebersihan untuk mengumpulkannya. Selanjutnya dibawa ke tempat penumpukan sampah akhir.    

3. Sarapan Pagi
Aku membangunkan Abdul Hajar dari tidur-tidur ringannya (take a nap), ia memang mudah tertidur kalau sudah berbaring. Ia segera bangun dan aku mengajaknya untuk segera turun buat sarapan pagi. Aku katakana bahwa kami telah amat terlambat buat sarapan dan semua hidangan utama tentu sudah ludes. Yang tinggal adalah daging- daging yang tidak aku kenal apakah halal atau haram buat dikosumsi. Ku biarkan Abdul Hajar menyusulku, ia akhirnya turun dengan langkah tergopoh-gopoh menuju lift.
Kami kemudian menuju ruangan dengan tulisan “Lucanda, cucina and bar”. Di sana adaplilihan untuk duduk. Aku memilih untuk duduk sendirian disamping sebuah meja kecil, di atasnya ada lampu dengan cahaya remang-remang.
Aku selalu menyadari bahwa ada beberapa hal yang tidak gratis di hotel ini seperti air mineral, WiFi dan penggunaan audio visual- TV- namun ada hal lain yang gratis, seperti surat kabar dan tabloid. Semua surat kabar dan tabloid gratis. Aku cukup bernafsu buat membaca dan aku mengambil koran the Australian, Heralad Sun dan the Age. Dari 3 koran ini berarti aku sudah memperoleh gratisan hampir 6 dollar. Demikianlah pemerintah Australia membuat semua orang bisa membaca, yaitu dengan menyediakan gasilitas  koran yang bisa diambil secara gratis pada beberapa tempat seperti dalam pesawat, di bandara, di hotel dan pada tempat- tempat pelayan publik yang lain. 
Untuk sarapan aku mengambil beberapa roti, karena ini aku baca terbuat dari bahan-bahan yang cukup halal. ternyata stelah memakan dua biji roti saja sudah cukup membuatku manjadi kenyang dan aku menyisakan beberapa roti buat dibawa ke luar. Apalagi menyisakan adalah prilaku mubazir. Prilaku mubazir tidak direstui oleh ajaran Islam. Untuk minuman aku menikmati satu gelas juice dari buahan segar.

Jangan Lupa Sholat, ya…!!!



A. Jangan Lupa Sholat, ya…!!!
1. Batal Shopping
            Kami membatalkan rencana untuk pergi ke shopping centre di Swenston Shopping Centre. Hari sudah menunjukan  pukul 16.00 lewat. Kami belum merasa gelisah karena belum melakukan sholat zuhur dan juga sholat ashar.
            Meskipun  teman-teman dalam grup kami ngobrolnya kayak siswa sekolahan, sedikit urakan, membebaskan diri dari formalitas. Namun kami tetapi berhati Makkah- maksudnya kami masih punya hati yang cukup religious.
            Kami mengatakan kepada tour leader agar membatalkan shopping dan baiknya kami kembali saja ke hotel. Tujuan adalah agar kami bisa melakukan sholat- sholat jamak zuhur dan ashar. Meninggalkan sholat adalah dosa besar.
            Tour leader merespon bahwa kalau kami pergi ke hotel berarti kami akan kehilangan moment buat berlibur. kami tidak melihat keindahan suasana di shopping centre swenston dan sekaligus tidak bisa cuci mata.
            “Kalau alasannya hanya untuk sholat, bukankah orang Islam bisa sholat dalam bis dan cukup melakukan tayamum saja”. Kata Rahman.
            “Itu benar, bang Rahman. Namun kami tidak merasa bersih, pakaian kami sudah tidak bersih lagi. Sebab banyak toilet di Australia kurang mendukung kitauntuk suci dari hadast atau najis. Malah ada toiletnya tanpa air sehingga kita tak bisa bersuci. Disana tertulis toilet with non water urination. Jadi bagusnya kita kembali saja ke hotel”.
            Sebagai jalan tengah, sekarang ada alternative. Bagi yang ingin ke hotel akan diantar ke hotel dan bagi yang mau ke shopping center juga diantar. Kami memilih untuk pulang ke hotel, dengan catatan bahwa kami akan rendesvouz pukul 18.00 sore di restoran West Lake.
            Kami memutuskan buat kembali ke hotel. Aku sendiri merasa sangat bahagia. Aku bisa mandi pake air hangat, tadi pagi aku malas mandi karena merasa sangat dingin- suhu cukup rendah yaitu 10o C dan juga kurang mood buat mandi. Pokoknya aku jadi males buat mandi.
            “Sore ini aku bisamandi dengan memutar sedikit kran air panas dan jugamemutar kran air dingin, jadinya suhur air bercampur menjadi sejuk. Aku merasa air tidak begitu panas dan juga tidak begitu dingin.
            Selesai mandi aku bisa melakukan sholat- menjamak zuhur dan ashar. Untuk arah sholat- arah kiblat- kemaren aku mematok dimana arah dan dimana tibmur. Ya tentu saja berdasarkan arah jatuh bayangan mata hari. Aku tidak memiliki kompas dan yang tadi adalah cara yang juga praktis.
            Woooww terasa plong, aku sudah sholat dan tidak ada rasa berhutang pada Tuhan rasanya. Temanku Abdul Hajar memanaskan air dan bakal membuat teh hangat untuk dinikmati di sore yang dingin ini.
            Aku masih terbayang dengan suasana di Dandenong High School. Pelayanan sekolah sangat bagus dan Miss Susan Ogdan cukup cerdas. Ia mampu menjawab semua pertanyaan kami dan juga menjelaskan sedetail mungkin. Aku rasa bahwa Miss Ogdan bisa menjadi profil kepala sekolah yang ideal buat banyak sekolah di Indonesia.
“Ia cerdas- punya wawasan, memiliki kemampuan manajemen yang baik. Ia juga memiliki komunikatif yang sangat baik. Ia tidak kaku. Dandannya sederhana namun terlihat anggun”.        
Kami kemudian dibawa jalan-jalan melihat lokasi sekolah dan juga masuk ke ruangan kelas. Kami bisa melihat suasana PBM. Aku menyaksikan PBM pada beberapa kelas. Suasananya beda dengan suasana kelas di negara kita- paling kurang suasana kelas di kampungku, yang mana PBMnya sebagian berciri konvensional. Sati guru memandu 25 orang siswa yang diminta duduk dengan manis. Mayoritas PBM bercorak berceramah dan siswa mendengar dan mencatat saja.
Sementara pada PBM di sekolah ini, sebagaimana aku lihat, bahwa para siswa dikondisikan sedang melakukan sebuah projek dan semua grup bertanggung jawab untuk kesuksesan proyek ini. Siswa duduk dalam grup dan kemudian team guru turun memberikan instruksi. Siswa dalam grup bekerjasama untuk mencari apa yang diminta guru- apa yang diharapkan oleh instruksi. Guru melangkah buat memonitor dan memberi pelayanan/ bantuan. Pada akhirnya grup siswa memaparkan hasil kerja mereka.Team guru tentu saja betanggung jawab pada semua siswa dalam kelas itu.  
Aku memotret segala sesuatu yang bisa memberi pesan padaku tentang keunggulan DHS (Dandenong High School). Aku khawatir tidak bisa cepat mencatat segala sesuatu buat memory, maka selembar potret bisa memberi seribu makna.
Guru- guru di sekolah DHS juga punya pakaian seragam. Kalau berjalan, jalan mereka cukup besemangat, tidak ada yang berjalan lunglai. Tidak ada guru yang dalam PBM terlalu banyak duduk dan banyak berceramah, tidak ada guru yang berpenampilan lesu. Guru yang bersemangat akan membuat PBM dan siswa juga bersemangat.
Meja guru tidak perlu lebih nyaman dari siswa, khawatir kalau gurunya jadi kebanyakan duduk. Guru- guru kalau berjumpa di luar DHS terlihat individu dan tidak ramah, namun setelah berada dalam kompleks sekolah semuanya berubah ramah dan melayani.   
   
2. Restoran Indonesia
            Aku berfikir bahwa semua orang tua perlu membuat anak untuk berani. Mereka perlu untuk melibatkan anak dalam berbagai aktivitas di rumah dan memberi mereka pengalaman untuk memcobanya sendiri.
            Aku melihat satu keluarga Australia. Orang tua menghela bagasi dan anak mereka yang masih balita atau yang berusia sangat kecil juga ikut menghela bagasi mereka sendiri. Saat orang tua berada di dapur memasak sayur, mereka juga ikut mempersilahkan anak untuk mencoba memasak. Bukan melarang mereka- dengan alasan mengganggu. Ikut memberi anak pengalaman dan ikut melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan bisa membuat mereka cerdas dengan life skill.
            Mana kira-kira yang lebih kaya pengalaman hidup antara mahasiswa Indonesia yang kuliah di Australia dengan mahasiswa yang hidup bersama orang tua dan serba di bantu oleh orang tua. Tentu saja yang kuliah jauh dari orang tua, mereka akan lebih mandiri untuk membantu diri sendiri dan juga mengatasi problem diri sendiri.
            Mahasiswa yang tinggal bareng dengan orang tua, tidak masalah. Yang penting mereka musti punya peran dalam hidup dan mereka punya tanggung jawab dalam membantu diri sendiri terlebih dahulu. Anak- anak dan mahasiswa yang miskin pengalaman dan serba dibantu adalah anak- anak yang memiliki pribadi yang rapuh. Mereka bisa diberi gelar sebagai “Si anak mami”.
Sebelum jam 18.00 sore kami turun semua. Aku turun dari kamar 1012 untuk berjalan di bawah guyuran gerimis menuju restoran di daerah West Lake. Kami cari- cari dimana letak restoran ini. Tentu saja kami harus bertanya pada orang- orang yang lewat, dan tidak ada yang tahu. Kami kemudian bertanya pada salah seorang shopkeeper yang terdekat dan ternyata juga tidak mengenal resto yang kami cari.
            Namun aneh mengapa mereka tidak kenal (?), mereka sudah menjadi warga daerah ini atau paling kurang sudah lama tinggal di daerah ini. Semuanya hanya bisa bilang “I have no idea- maksudnya aku betul betul tidak tahu”.
            Beda dengan di Jakarta, kalau kita menanyakan sesuatu maka orang orang akan memberi respon. Paling kurang mereka akan memberi deskripsi tentang tempat yang bisa kami tuju. Entahlah mungkin kami belum bertanya pada the right man tentang the right place.
            Akhirnya kami berjumpa dengan resto yang kami cari. Tertulis nama “West Lake Restaurant”. Kami datang lebih cepat dari grup teman yang pergi shopping tadi. Kami menjadi tempat yang meja dan kursinya lebih luas dekat sebuah pojok, kami segera duduk di sana.
            Kami segera disuguhi minuman teh hangat, kami harus bikin tehnya sendiri- sendiri. Sambil menunggu grup teman, kami ngobrol tentang berbagai hal dalam bahasa Jawa, karena mayoritas temanku adalah berasal dari keturunan Jawa yang kebetulan menyebar ke propinsi lain. Aku mengerti dengan apa yang mereka obrolkan tetapi aku tidak bisa ngomong Jawa. Tentu saja orang orang Australia lebih tidak mengerti lagi dengan obrolan mereka.
            Pengunjung restorang yang lain, juga tidak ngobrol dalam bahasa Inggris. Mereka ngobrol dalam bahasa nenek moyang mereka, mungkin bahasa Vietnam, Korea, Japan China, atau bahasa lain. Kami sengaja minum air teh perlahan-lahan hingga teman-teman datang.  
Perut kami terasa keroncongan. Tidak ada yang special yang aku temui di restoran ini. Kecuali aku sempat menyapa salah seorang pelayan restoran. Ia adalah mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di sini. Ia sekarang bekerja part time- kerja sampingan untuk mengatasi problem keuangannya.
Malam ini kami makan hidangan yang cukup lezat. Dulu- saat datang ke sini 6 bulan lalu- aku merasa sedikit curiga setiap kali makan daging pada restoran yang bukan milik orang muslim. Aku khawatir kalau termakan daging babi atau minyak babi- itukan haram. Namun karena sekarang kami berangkat dipandu oleh travel biro Reira- mengerti tentang Islam dan makanan halal.
Rahman, pemandu kami juga beragama Islam. Maka kami menyantap semua daging dengan penuh rasa aman. Moga moga semua daging dan semuahidangan yang kami konsumsi memang halal.
Usai makan malam aku sempat bertanya pada salah seorang pelayan perempuan berwajah China, berusia muda dan cantik, tentang apakah semua hiding yang konsumsi halal. ya prosesnya memang halal- katanya. Aku juga bertanya tentang tekhnik menggunakan chopstick. Aku pengen makan sayur atau mie pake chopstick. Wah cukup sulit juga menggunakan chopstick.
“ No, it is easy, just see and like this….hold up, open…close, open- close on your fingers”.
Pelayan itu memberi aku kursus kilat menggunakan chopstick- gratis. Ope- close- buka jari..tutup jari. Wah sulit dan aku butuh waktu latihan kira kira 20 kali atau 100 kali.
Alhamdulillah, perut kami semua terasa kenyang. Yang kepikir adalah kami pengen balik ke hotel. Kami cuma duduk sebentar, beres- beres dan tour leader mengurur biayanya- semua dibayar oleh negara dan kami ke sini adalah biaya negara.
Kami menuju mobil wisata yang sudah menunggu di luar. Kami semua diantar lagi ke hotel. Aku merasa lega. Aku bisa sholat maghrib dan isya dan juga bisa buat membaca dan menulis.

3. Membaca Membuat Anak Mengakses Dunia
            Ada banyak koran- koran Australia yang bisa aku ambil dan baca secara gratis. Semua harga koran sudah dibebankan kepada harga sewa kamar. Dengan demikian orang orang di sini jadi suka membaca, sedikit- sedikit mereka membaca. Ada satu topik yang menarik buat aku baca, yaitu tentang berapa jauh kosa kata bisa membuat seseorang bisa berubah.   
            Rick Morton (2013) seorang pendidik Australia mengatakan bahwa anak- anak dari kommunitas Yakanarra, di daerah terpencil Kimberley yang cukup terisolasi dari dunia luarbisa menjadi pengarang dan menguasai dua bahasa yaitu bahasa ibunya dan bahasa Inggris. Di sana dalam kenyataan bahwa ada satu dari lima anak yang bisa menjumpai buku bacaan, yang materi bacaannya pun masih sederhana dalam bahasa Inggris. Ternyata membaca bisa membuat anak-anak bisa mengakses dunia di luar kommunitas mereka. Oleh sebab itu anak-anak perlu diberi banyak buku bacaan sejak dini. Bagi anak yang punya prestasi perlu diberi reward.
            Kemudian Katheryne Shine (2013) juga mengingatkan agar orang tua meluangkan waktu agar bisa banyak bercerita-ngobrol- dengan anak dan juga membacakan cerita buat mereka. Karena anak yang mengenal berbagai bacaan- juga yang orang tuamereka sering mengajak mereka ngobrol- akan membuat mereka lebih cerdas dan berkualitas dalam percakapan. Sebaliknya, anak anak yang berasal dari keluarga yang tidak memperkenalkan buku- literasi- pada anak akan membuat kualitas SDM-nya jauh tertinggal dibanding dengan anak sebaya yang sudah mengenal buku/bacaan.  
            Ukuran keluarga (jumlah orang dalam keluarga) juga juga faktor yang menentukan atas kualitas bahasa (juga SDM) anak. Anak  yang memiliki saudara lebih banyak- tentu akan memperoleh pelayanan berbahasa dari orang tua- akan tertinggal kualitas bahasanya disbanding anak sebayanya. Untuk itu orang tua kita ingatkan agar selalu berbagi cerita anak-anak mereka sesering mungkin. Mungkin saat makan, saat mandi, saat berkumpul bareng keluarga dan juga saat menjelang tidur. Tentu saja anak anak selalu menyenangi suasana berbahasa yang hangat- bukan komunikasi/ bahasa yang penuh jengkel, hardikan dan marah.   

Beberapa hal Menarik dari Dandenong High School



Beberapa hal Menarik dari Dandenong High School

1. Kesan pada pendidikan Australia
            Aku memiliki kesan yang sangat positif melihat system pendidikan di Dandenong High School, sama halnya dengan applkasi penddkan pada sekolah lan. Pengalaman observasiku tentang penddkan di sekolah ini sama dengan pengalaman yang dalami oleh Risa Bhinekawati[1] yang menyekolahkan anaknya di Australia, ia sendiri menerima beasiswa Australian Leadership Award (ALA) untuk melanjutkan pendidikan tingkat doktoral di Australian National University di Canberra.
Pada intinya, sistem pendidikan menengah di Australia sangatlah relevan dan mencerdaskan.  Pemerintah dan siswa sama-sama melakukan investasi.  Pemerintah membangun sistem sekolah untuk mencetak manusia yang cerdas, bermartabat dan mampu bersaing secara global, sedangkan siswa menginvestasikan waktunya untuk menjadi manusia yang tangguh.
Wajib belajar di Australia berlaku hingga SMA, sudah menjadi kewajiban bagi sekolah untuk menjamin bahwa tidak ada anak usia sekolah di rayon sekolah tersebut yang tidak bersekolah. Kalender sekolah Indonesia dimulai di bulan Juli sedangkan  di Australia dimulai bulan Januari, Di Australia, high school berlangsung dari kelas 7 sampai kelas 10.  Sedangkan kelas 11 dan 12 (setara dengan kelas 2 dan 3 SMA di Indonesia) dikategorikan sebagai “College” atau persiapan ke perguruan tinggi.
Mata pelajaran SMP di Australia sangatlah tepat guna dan mendalam.  Misalnya, di tingkat SMP seorang siswa bisa memilih 5 mata pelajaran wajib dan 2 mata pelajaran pilihan.   Mata pelajaran wajib meliputi Matematika, Bahasa Inggris, IPA dan IPS, dan olah raga.  Sedangkan mata pelajaran pilihan meliputi band, pertukangan, memasak, metalurgi, seni lukis dan banyak lagi.   Agama tidak diajarkan di sekolah- karenaAustralia adalah negara sekuler, untuk itu peran orang tua untuk bisa memelihara kualitas agama anak. Budi pekerti dinilai dari kedisiplinan siswa dalam memenuhi jadwal tugas, tidak terlambat ke sekolah, dan partisipasi di dalam dan di luar kelas.  Jika siswa terlambat 15 menit tanpa lapor, secara otomatis orang tua  diberitahu oleh sekolah melalui sms.  Jika siswa gagal memenuhi tenggang  waktu memasukkan tugas, maka orang tua dikirimi email oleh gurunya.  Selain itu ada sanksi yang berat jika siswa melakukan pelecehan kepada siswa lain, juga merokok atau mabuk.
Di usia 15 tahun, siswa  juga sudah boleh bekerja paling banyak 10 jam seminggu.  Dalam hal ini, mungkin mengambil kesempatan untuk bekerja di Pizza Hut sampai dia berusia 16 tahun. Pengalaman ini sangat baik bagi siswa untuk menghargai uang, waktu, dan hubungan antar manusia.
Setelah tamat dari kelas 10 tentu saja siswa  melanjutkan kuliah di  College- kalau di SMA tentu masih kelas 11 dan 12. Di College anak bisa belajar berkelompok di perpustakaan- ya tentu saat line-off (jam kosong). Untuk tingkat College (kelas 11 dan 12), siswa diajarkan untuk mandiri dan dipersiapkan untuk ke universitas.  Sistem sekolah mirip dengan kuliah, dimana siswa bisa memilih 4 mata pelajaran wajib dan satu atau 2 mata pelajaran pilihan. 
Bagi yang berminat untuk melanjutkan ke jurusan Komunikasi dan Media di perguruan tinggi- sebagai contoh, dia memilih matematika, bahasa Inggris (writer’s workshop), Media, sejarah dan hubungan internasional.Setiap awal kwartal, siswa menerima silabus yang berisi rincian tentang pelajaran, jadwal dan target yang akan dicapai pada semester tersebut.   Informasi tersebut juga tersedia on-line dan bisa diakses oleh orang tua siswa.  Sama dengan di High School, hubungan antar siswa, guru dan orang tua di tingkat College juga sangat erat.  Setiap acara pertemuan orang tua dan guru, maka orang tua diberi masukan tentang kelebihan dan kelemahan sang anak, sehingga orang tua bisa bekerjasama dengan guru untuk mendukung perkembangan anak untuk mencapai nilai maksimal.  Dalam banyak hal  siswa Australia sangatlah menjaga tata krama dalam berhubungan dengan sesama.  Karena pendidikan yang interaktif, siswa belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain.

2. Pendidikan membentuk manusia berpikiran maju
Sistem pendidikan menengah di Australia sangatlah humanism (manusiawi)  baik bagi siswa maupun guru.  Pelajaran yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.  Pilihannya banyak, namun siswa hanya memilih pelajaran yang mereka minati.  Di kelas 7 sampai 10, siswa boleh memilih maksimum 7 mata pelajaran (5 wajib dan 1 atau 2 pilihan; sedangkan di kelas 11 sampai 12, siswa memilih maksimum 6 mata pelajaran (4 wajib dan 1 atau 2 pilihan).  Dengan demikian siswa menekuni pelajaran yang sesuai dengan minat dan pilihan masa depan mereka.
Mata pelajaran tidak hanya meningkatkan kemampuan siswa secara akademis, namun, karena cara penyampaiannya sangat interaktif, kemampuan hidup life skill  seperti berpikir (berpikir kritis, berpikir kreatif dan memecahkan masalah), serta berkelakuan baik behavioral skill (berkomunikasi, berorganisasi, bekerjasama dan memimpin) siswa juga semakin meningkat.
Selain itu, sistem pendidikan di Australia khususnya, tidak mengenal istilah anak yang bodoh, karena semua anak dapat memberi manfaat bagi kehidupan.  Misalnya, pelajaran Matematika di tingkat SMA terdiri dari 4 kategori.  Kategori 1 untuk siswa yang ingin menjadi ilmuwan; kategori 2 untuk siswa yang ingin kuliah di bisnis atau ekonomi; kategori 3 untuk siswa yang ingin melanjutkan kuliah di bidang ilmu sosial; dan kategori 4 untuk yang tidak ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi. Siswa bisa mendapatkan nilai “A” di kategorinya masing-masing.  Dengan demikian mereka dapat memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
Dengan cara penyampaian yang menyenangkan, para siswa termotivasi untuk memberikan yang terbaik.  Misalnya, pelajaran sejarah yang di Indonesia biasa dianggap membosankan, di Australia justru menjadi pelajaran yang menyenangkan karena siswa diminta menganalisa sejarah, misalnya tentang Napoleon.  Siswa mempelajari karakter kepemipinan Napoleon dan melihat relevansi kepemimpian beliau terhadap konteks masa kini dan masa depan.  Dengan demikian, pelajaran sejarah menjadi relevan dengan kebutuhan jaman. Atau untuk pelajaran mengarang, setiap siswa harus mempersiapkan tulisan sebesar 1,500 kata untuk mendapatkan peer review dari 4 orang temannya yang diundi pada saat pelajaran bahasa Inggris dimulai.  Kelima orang siswa duduk dalam satu kelompok dan secara bergantian membaca dan memberi masukan konstruktif untuk karya 4 orang siswa lainnya.
Yang juga tak kalah penting adalah jumlah siswa per kelas yang tidak terlalu besar, maksimum 25 siswa per kelas sehingga guru dapat memperhatikan siswa dengan baik.  Jika siswa mengalami kesulitan, guru siap untuk dihubungi setiap saat.  Selain itu, guru juga memberikan masukan bagi konsep tugas yang diberikan oleh siswa sebelum tenggat waktu.  Setiap siswa mendapat kesempatan untuk melakukan yang terbaik karena dukungan sekolah dan guru yang memadai.  
Guru merupakan profesi yang terhormat.  Komunikasi antara guru, siswa dan orang tua sangat terbuka.  Mereka berteman dan saling menghargai hak dan kewajiban masing-masing serta bekerjasama untuk mencapai prestasi akademis yang maksimal. Dalam sistem pendidikan Australia, dari hari ke hari kita amati betapa siswa menjadi lebih mandiri, baik secara akademis maupun dalam pemecahan masalah sehari-hari. 

3. Aplikasi penddikan Sekolah Australia
Aplikasi penddikan di negara ini juga menarik untuk diekspose[2]. Pemerintah Australia pada akademisi membuat kurikulim dan tehnik pengajaran yang efektif dan efisien. Tehnik pengajaran dan kurikulum di Australia sangat berbeda dengan negara-negara lainnya, tehnik pengajaran di Australia telah diakui oleh dunia sebagai salah satu yang terbaik. Tehnik ini diterapkan mulai dari tingkat dasar (sekolah) hingga jejang pendidikan tinggi (kuliah dan seterusnya).
Didalam kelas siswa belajar dengan cara-cara yang berbeda dan mengasyikan, siswa dilibatkan dalam sesi tanya jawab interaktif sehingga menciptakan atmosfir positif. Tentu hal ini berbeda dengan cara pengajaran konvensional, hingga sat ini kita masih sering menemukan atau mungkin anda pernah mengalami sekolah dan atau kuliah dengan tehnik pembelajaran teror dan ancaman. misalanya guru dan dosen menerapkan larangan dan hukuman yang berlebihan yang akan berakibat pada mental siswa serta negatifnya atmofir kelas/pelajaran tersebut.
Di Australia, tensi hubungan antara siswa dengan guru/dosen didalam kelas lebih santai (relaks), namun tetap menjaga rasa hormat. Para guru/dosen akan lebih sering memberikan dukungan, inspirasi dan menantang (mendorong) siswa untuk lebih berprestasi.  Akses menghubungi para guru/dosen pun lebih mudah, mereka dapat kita dekati dengan mudah. mereka pun akan terbuka bila kita  membutuhkan mereka secara personal, serta siswa pun memiliki "International Student Coordinator" dimana siswa dapat mendapatkan dukungan (support) baik diluar maupun didalam kegiatan sekolah/kuliah.
Salah satu alasan mengapa kualitas lulusan sekolah, college, dan Universitas memiliki standar yang baik/tinggi adalah kualitas para pengajar/dosen/guru. Untuk mendapatkan semua itu institusi-institusi pendidikan menanamkan investasi besar pada pengajarnya, serta seluruh pengajar memiliki kualifikasi khusus dan selalu memperbaharui ilmu dan keahlian mereka. Sistem pendidikan juga memperhatikan sstem penlaian.
Penilaian untuk suatu mata pelajaran/bidang studi mengacu kepada prestasi siswa dalam mengejakan tugas, baik itu tertulis maupun praktek (tergantung dari bidang studi), ujian, keaktifan dalam kelas, jumlah kehadiran dan nilai kelompok.
Pada tingkat college, dan Universitas penilaian dilakukan pada akhir semester dan atau disesuaikan dengan tahun akademik lembaga/institusi pendidikan yang anda gunakan. Sedangkan penilaian untuk penelitian "research" pasca sarjana diberikan oleh komite khusus, komite tersebut akan menilai dan mengevaluasi kualitas tesis anda, serta anda pun dapat mengikuti ujian lisan untuk mendukung tesis anda.

4. Miss Ogdan- Kepala Sekolah DHS
Miss Ogdan, sebagai kepala sekolah DHS- Dandenong Hgh School, sangat memahami tentang aspek pendidikan. Ia menguasai tentang padegogi, metode mengajar, psikologi remaja, teknik manajemen, dan banyak hal. Ia mengetahui syarat atau kualifikasi menjadi kepala sekolah, memahami kurikulum, memahami tugas-tugas dan tangung jawab guru, memahami tugas- tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dan memahami tugas-tugas dan tanggung jawab administrasi.
Kami berbincang bincang dengan Miss Ogdan, ia menjelaskan bahwa di Dandenong High School mengenal istilah “leadership team”- gunanya untuk mengembangkan kualtas leadership dan manajemen. Ia mengatakan bahwa seorang kepala sekolah harus tahu cara memotivasi/ mensupport guru, dan juga kebutuhan guru. Juga seorang kepala sekolah harus fokus pada teacher’s teaching quality.
Untuk menjaga kualtas manajemen kepala sekolah, Miss Ogdan membangun sustainable relationship (hubungan yang berkesinambungan). Ia juga membuat leading program, membuat regulasi sekolah- melibatkan guru, orang tua dan siswa dan juga masyarakat dan membangun kultur sekolah.
Seorang kepala sekolah, sebagamana Miss Ogden, selalu menciptakan iklim sekolah yang positif[3]. Sekolah secara fisik hanya sebatas gedung berikut sarana pendukungnya. Namun sebagai sebuah lembaga sekolah merupakan lingkungan bagi warganya untuk beraktifitas melaksanakan tugasnya demi mencapai tujuan bersama. Dari berbagai kepentingan yang ada maka disatukanlah dalam satu visi dan misi yakni memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi siswa-siswinya. Untuk tujuan tersebut maka perlu diciptakan lingkungan sekolah yang positif.
Faktor-faktor pendukung terwujudnya iklim sekolah yang positif didukung oleh kepemimpinan kepala sekolah yang mendukung terselenggaranya seluruh program sekolah. Staf pengajar dan non pengajar yang memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam mensukseskan tercapainya tujuan institusi. Staff yang merasa bahwa keterlibatan mereka dalam pengambilan kebijakan sekolah adalah berharga dan masukan mereka pun dihargai. Kesempatan untuk meningkatkan profesionalitas kerja dan pengembangan karir. Adanya budaya kerjasama yang kental. Staff yang memahami dan melaksanakan peraturan dan tujuan sekolah dengan penuh kesadaran, kemudian lingkungan yang aman dan nyaman bagi staff untuk bekerja.
Terwujudnya Iklim sekolah yang positif tidak terlepas dari keterlibatan orang tua serta stake holder lainnya. Komunikasi dan kerjasama yang baik dalam bentuk dukungan terhadap setiap kebijakan sekolah sangatlah mutlak diperlukan.
Begitu kami selesai melakukan kunjungan di sekolah ini, tentu saja kami berkumpul lagi. Kami melakukan foto bersama. Akhirnya Miss Ogdan memberi kami surat ucapan terima kasih.  Pengalaman mengunjungi Dandenong Hgh School, sebagai sekolah tertua dan terbak di Melbourne tdak akan terlupakan.



[1] http://nengkoala.com/2012/11/16/smp-dan-sma-di-australia-relevan-dan-mencerdaskan/
[2] http://studydiaustralia.com/page/61353/metode-pendidikan.html
[3] http://majulahsekolahku.wordpress.com/2009/02/15/menciptakan-iklim-sekolah-yang-positif/

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...