Rabu, 14 Juni 2017

Kemampuan Akademik Dan Pengalaman Kerja Sebagai Jalan Toll Menuju Masa Depan



Kemampuan Akademik Dan Pengalaman Kerja Sebagai Jalan Toll Menuju Masa Depan

            Saya sangat tertarik dengan tulisan Annie Mueller yang berjudul: work experience vs education- which lands you the best job ? Tulisan ini dijabarkan dalam bentuk tinjauan pro dan kontra. Beberapa argumen yang dipaparkannya adalah seperti:
             - Pendidikan tinggi hanya membuktikan bahwa anda hanya bisa sukses dalam
             bidang akademik, bukan dalam dunia kerja yang nyata.
            - Sukses dalam pekerjaan yang aktual (pengalaman kerja) lebih berarti dari sukses
             dalam bidang pendidikan.
            Tinjauan pro dan kontra di atas didukung oleh pendapat George D Kuh yang menulis tentang “the chronicle of higher education”. Ia mengatakan bahwa seseorang yang bekerja saat masih kuliah akan memperoleh keterampilan yang sangat berguna seperti keterampilan team work dan manajemen waktu.
            George D Kuh menambahkan bahwa bekerja part time (sambil kuliah) akan membantu mahasiswa untuk melihat dari dekat tentang nilai praktek sesuai dengan teori yang dipelajari dalam kelas dan diapplikasikan dalam bentuk nyata. Pengalaman tersebut juga akan punya dampak langsung dengan cita-cita atau karir yang sedang dicari.
            Gelar kesarjanaan yang diperoleh seseorang 20 tahun lalu, khususnya untuk bidang tekhnologi, ilmunya bisa jadi tidak begitu terpakai untuk saat ini. Kecuali kalau seseorang memiliki akumulasi pengalaman kerja yang relevan yang lamanya juga 20 tahun. Dengan demikian pengalaman kerja lebih punya nilai signifikan dibandingan teori yang diperoleh melalui pendidikan sebelumnya. Sekarang banyak hal telah berubah maka kita sangat direkomendasi untuk memahami berbagai kecendrungan- trendy- di dunia ini namun kita selalu bisa melatih diri agar selalu memiliki banyak pengalaman kerja.
Paparan di atas, sekali lagi, merupakan pro dan kontra atas issue “mana yang lebih punya pengaruh signifikan antara pengalaman kerja atau keberadaan pendidikan dengan pengalaman akademiknya ?”.Namun saya ingin menggabungkan kedua titik pandang tersebut menjadi dua kekuatan yang aat bermanfaat untuk menuju masa depan menjadi konsep pemikiran yaitu: Kemampuan Akademik Dan Pengalaman Kerja Sebagai Jalan Toll Menuju Masa Depan.
Saya juga termasuk orang yang mendukung bahwa pengalaman kerja tetap lebih signifikan dari hanya sekedar memiliki segudang teori yang diperoleh lewat gelar kesarjanaan. Saya terinspirasi dengan kesuksesan dua orang tokoh yaitu pengalaman hidup Presiden Sukarno dan Ciputra, seorang pengusaha sukses dan konglomerat terkaya di Indonesia. Kedua-duanya adalah alumnus ITB.    
             Yang menjadi pertanyaan adalah “apakah ITB yang telah mampu membuat mereka sukses atau malah mereka yang secara sugnifikan membuat ITB menjadi lebih populer ?” Dan pertanyaan ini tidak perlu untuk direspon.
            Benar bahwa ITB merupakan salah satu perguruan tinggi yang paling populer dan bergengsi di tanah air. Dan pada perguruan tinggi ini sempat belajar dua orang yang juga cukup populer. Dari biografi kita tahu bahwa yang membuat mereka lebih sukses adalah proses belajar dan proses kehidupan yang mereka ciptakan dan lewati.
            Bagaimana pendapat banyak orang tentang apa yang perlu dimiliki oleh para siswa dan juga mahasiswa agar mereka mampu meraih masa depan ? Mayoritas orang tua berpendapat bahwa sekolah atau pendidikan merupakan jembatan emas buat mengantarkan mereka menuju mimpi mereka tersebut. Sekolah yang juga identik dengan dunia akademik. Maka di sekolah para siswa yang jagoan dalam bidang akademik, ya merekalah yang dianggap sebagai orang yang sukses. Para siswa yang memperoleh juara kelas, juara bidang studi, juara olimpiade, hingga juara umum, ya mereka dielu-elukan ibarat seorang hero.
            Para orangtua juga demikian, mereka rela untuk membebaskan anak dari tanggung jawab ikut mengerjakan house work- membersihkan rumah, menyapu, cuci piring, menutup warung, dll- asal anak mereka bisa ikut bimbel dan melahap semua contoh-contoh soal ujian. Sebab terbayang sudah bahwa kalau sang anak mampu memperoleh ijazah dengan skor- skor yang fantastis, wow dapat dipastikan bahwa jalan toll menuju masa depan sudah terbentang. Sang anak akan melenggang kangkung buat melangkah menuju perguruan tinggi favorit dan sebentar lagi mimpi mereka akan menjadi kenyataan.
            Fenomena bahwa cukup banyak anak- anak yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi namun terlihat kebingun. Mereka bengong hendak mau dibawa kemana dibawa ijazah tersebut. Bahkan cukup banyak pemuda dan pemudi yang telah menyelesaikan studi di perguruan tinggi, sekalipun dari perguruan tinggi favorit, masih memperpanjak kontrak rumah kost mereka agar bisa tinggal lebih lama dan berharap kerja favorit yang mereka impikan jatuh dari langit atau segera datang melayang mendekatinya. Itu semua nonsense !!!
            Ternyata nggak ada pekerjaan yang jatuh dari langit atau datang melayang-layang mendatangi seseorang yang sekalipun jagoan akademik. Bahwa pekerjaan itu tidak akan datang mengejar kita dan juga tidak datang dengan mudah. Bahwa kitalah yang wajib mencari pekerjaan atau menciptakan suatu pekerjaan. Ya kesuksesan kerja yang hebat itu kitalah yang menciptakannya.
            Pernah dinyatakan bahwa kalau dahulu, 20 atau 30 tahun lalu, kalau ada kelulusan 100 % dari sarjana baru, maka yang 80 % memperoleh pekerjaan, sementara yang 20 % menjadi pengangguran. Mereka menjadi sarjana pencaker- pencari pekerjaan. Fenomena tersebut berbalik 180 derajat untuk kelulusan sarjana hari ini. Maka dari 100 % dari kelulusan sarjana baru, yang 20 % mampu memperoleh pekerjaan dan yang 80 % menjadi PTT alias Pengangguran Tingkat Tinggi.
            Siapa sih 20 % dari para sarjana baru yang mampu memperoleh pekerjaan dan dari mana mereka berasal dan apa kegiatan mereka saat di SLTA dan saat jadi mahasiswa ? Para sarjana yang mampu memperoleh pekerjaan setelah wisuda adalah mereka para mahasiswa yang bukan mahasiswa “kupu-kupu”. Yaitu para mahasiswa yang kebanyakan hanya terfokus pada urusan akademik dan tahunya hanya “kuliah pulang- kuliah pulang”. Atau juga BUKAN tipe mahasiswa yang terjebak dalam karakter pasif- karakter 4D yaitu tahunya cuma “datang, duduk, dengar, diam”. Mereka adalah para mahasiswa yang selain aktif belajar juga ikut melibatkan diri dalam ekskul di kampus dan punya seabrek peran dalam hidup mereka.
            Juga diperkirakan bahwa para sarjana yang mampu memperoleh pekerjaan tak lama setelah mereka wisuda adalah mereka yang saat jadi siswa SLTA bukan termasuk tipe siswa yang tahunya hanya jadi anak manis, siswa yang patuh, kaku, kuper, nggak punya banyak waktu buat membuka diri. Namun mereka adalah para siswa yang selain bertanggung jawab dalam belajar , juga meluangkan waktu dan pikiran dalam mengurus kegiatan OSIS di sekolah. Malah di rumah mereka adalah juga para anak yang juga pinter buat menyenangi hati orang tua- ayah dan ibuya.
“Jadinya mereka juga peduli dalam mengurus diri sendiri, merapikan kamar, membantu mama di dapur, menemani papa untuk beres-beres di perkarangan rumah”.
            Untuk zaman sekarang para siswa yang hanya sekedar jago dalam menaklukan buku, bisa jadi juara kelas dan juara lomba bidang akademik, namun kurang membuka diri dan juga kurang peduli dengan sesama. Susah diajak ngomong dan susah buat bekerja sama dengan team work, maka diprediksi bahwa skor-skor yang tinggi pada selembar ijazah tidak akan banyak berguna bagi orang lain.
            “Cukup banyak para pelajar yang pinter di sekolah, ya sekedar pinter cari nilai dan miskin pengalaman hidup, setelah dewasa hanya mampu jadi wong kecil atau pekerjaan biasa-biasa saja. Sementara itu ada orang yag saat remaja- sekolah di SMA/ MA yang pintarnya biasa-biasa saja, namun sangat peduli dengan sesama dan juga aktif dengan kehidupan sosial. Singkat kata dia adalah tipe orang yang cepat kaki- ringan tangan. Senang bekerja dan suka memberi bantuan pada sesama, maka setelah dewasa mereka alhamdulillah menjadi orang yang rata-rata tergolong sukses”.
            Kalau demikian bagaima jadinya tentang sekolah ?  Ya keberhasilan dalam hidup ini tidak hanya ditentukan semata-mata pada prestasi akademik. Prestasi akademik yang tinggi juga mutlak diperlukan bagi orang-orang yang juga akan berkarir dalam akademik, munkin untuk menjadi tentor pada bimbel, guru dan dosen. Namun pekerjaan di luar itu sangat direkomendasi untuk memiliki nilai dan keterampilan sosial yang juga ekstra. Kemampuan akademik tidak cukup buat meraih masa depan. Jadinya mereka mutlak untuk memili kecakapan hidup yang lain seperti kemampuan kerja sama (team work), keberanian, keterampilan berkomunikasi, kemampuan manajemen, kemampuan memimpin, kemampuan beradaptasi, dll.        
            Dari proses kehidupan bapak proklamator negara kita, Presiden Sukarno, tercatat bahwa prestasi akademik dan serangkaian pengalaman sosial/ pengalaman hidup telah menjadi kunci utama dalam mengantarkannya menjadi orang yang hebat dalam sejarah Indonesia, bahkan juga dalam sejarah dunia. Sejak berusia masih muda Presiden Sukarno sangat gemar belajar, membaca dan berorganisasi. Ia belajar secara otodidak untuk banyak bidang. Saat dia pindah rumah maka dia membutuhkan truk untuk membawa buku-bukunya dalam berbagai bahasa. Karena ia menguasai bahasa Inggris dan Belanda secara fasih dan beberapa bahasa asing lainnya.
            Sukarno juga membaca banyak buku-buku politik, filsafat, agama, sosial dan biografi yang langsung ditulis oleh penuls besar di dunia. Dengan membaca buku-buku dalam bahasa Belanda dan Inggris maka ia langsung bersentuhan dengan para tokoh dunia. Untuk keterampilan sosial maka Sukarno banyak mengunjungi para tokoh hebat yang ada di kota dimana ia hidup. Dia senang bertukar pikiran, menulis dan berpidato sehingga ia adalah juga presiden yang jago menulis dan seorang orator ulung yang telah menggemparkan dunia. Melalui Sukarno maka orang-orang di dunia mengenal dan menyegani bangsa Indonesia.
            “Betul bahwa ia tidak terpaku pada teori yang ia baca, maka ia juga aktif bergabung dengan berbagai klub dan partai politik yang mana merupakan wadah yang membuatnya bisa saling berbagi dan menyalurkan aspirasi untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka hingga bisa setara dengan bangsa-bangsa lain di duna”.
            Begitu juga dengan Ciputra. Saat dia tercatat sebagai mahasiswa ITB, kemiskinan telah menjadi teman kehidupannya. Maka untuk melawan kemiskinan ini, ia memutuskan untuk bekerja sambil kuliah. Ia berkolaborasi dengan temannya untuk  mendirikan usha konstruksi, pada mulanya hanya secara kecil- kecil. Ia memberanikan diri untuk menawarkan jasa konstruksi kepada pihak pemerintah dan swasta. Dia mengalami jatuh bangun dalam mengelola kehidupan dan bisnis. Walau ada badai menerjang, ia tetap bangkit dan bertahan. Hingga usahanya ikut mencerahkan konstruksi ibu kota dan beberapa persada nusantara.
            Hidup memang selalu berjuang, bangkin dan bergerak. Kemampuan akademik yang didukung oleh berbagai keterampilan lain seperti keberanian, manajemen waktu, rasa tanggung jawab, kemampuan berkomunikasi an beradaptasi mutlak untuk dimiliki. Ini semua merupakan jalan toll untuk memudahkan kita dalam menggapai masa depan kita.  

Melejitkan Kecerdasan Yang Berimbang



Melejitkan Kecerdasan Yang Berimbang

            Lebih dari sepuluh tahun lalu, sekitar tahun 2000-an, dunia pendidikan kita mengenal istilah quantum quotient atau kecerdasan quantum. Maka saya juga sempat menemukan literatur yang relevan. Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2002) menjelaskan tentang quantum learning, yaitu bagaimana membiasakan belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Dimakah sekolah yang menyenangkan dalam hidup ini bisa kita jumpai ?
            Bagi saya pribadi, sekolah utama yang menyenangkan ada di Taman Kanak-kanak. Karena taman kanak-kanak adalah sebuah taman pendidikan yang indah. Kemudian di tempat bimbel yang dikondisikan. Selanjutnya bahwa sekolah yang menyenangkan tersebut pada beberapa sekolah dasar, SLTP dan SLTA.
            Fokus belajar pada taman kanak-kanak juga meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Tujuan pembelajarannya adalah agar anak menguasai gerak kasar dan gerak halus dan juga dasar-dasar keterampilan sosial. Adapun metodepembelajaran di taman kanak-kanak adalah dalam bentuk learning by doing, learning by playing, learning by imitating and learning by exploring. Karena merasa nyaman dan begitu menyenangkan belajar di taman kanak-kanak, maka cukup umum anak-anak TK yang sangat mengidolakan guru mereka dan lebih mendengar apa yang diucapkan dan dikomentari oleh guru-guru mereka.
            Juga banyak siswa yang merasa nyaman dan senang belajar pada beberapa SD, SLTP dan SLTA. Juga ada rasa nyaman dalam belajar terjadi pada beberapa bimbingan belajar. Mengapa ini terjadi ?
            Yang diperlukan oleh anak-anak untuk belajar adalah memang lingkungan yang menyenangkan, kemampuan berkomunikasi, keterampilan belajar dan menumbuhkan rasa percaya diri. Dorothy Law Nolte menulis puisi edukasi yang berjudul “children learn what they live- anak anak belajar dari lingkungan”, sebagaimana saya baca pada buku SEFT- Spiritual Emotional Freedom Technique (Ahmad Faiz Zainuddin, 2009). Beberapa cuplikan puisinya mengenai suasana pendidikan dengan lingkungan positif, yaitu sebagai berikut:
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh toleransi, ia belajar untuk bersabar.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang memberi pujian, ia belajar untuk menghargai.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang menerimanya apa adanya, ia belajar untuk
               mencintai.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang memberikan dukungan, ia belajar untuk
               menyenangi dirinya.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang memberikan penghargaan, ia belajar untuk
               memiliki tujuan dan cita-cita.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang suka berbagi, ia belajar untuk bermurah hati
               dan suka memberi.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang menjunjung tinggi kejujuran, ia belajar untuk
               mencintai kebenaran.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang menghargai keadilan, ia belajar untuk
               bersikap adil.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang baik hati dan penuh tenggang rasa, ia belajar
               untuk menghormati.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh rasa aman, ia belajar untuk memiliki
               keyakinan dan berbaik sangka.
            - Jika anak tumbuh di lingkungan yang bersahabat, ia belajar untuk merasa bahwa
              dunia ini indah dan hidup ini begitu berharga.
            Nah bagaimana dengan anak-anak di lingkungan kita ? Mengapa di sekolah-sekolah dan kelas-kelas tersebut aktivitas terasa nyaman dan menyenangkan ? Suasana ini terjadi karena adanya lingkungan yang memberi semangat dan dukungan, lingkungan yang memberi pujian dan juga menerimanya, lingkungan yang memberi penghargaan dan rasa aman, serta lingkungan yang penuh bersahabat dengan anak didik.
            Bobbi De Porter dan Mike Hernacki menambahkan bahwa setiap hari anak akan memperoleh dua macam komentar dari  teman, orangtua, guru dan lingkungan mereka, yaitu komentar positif dan komentar negatif. Adalah berbahaya bila anak banyak memperoleh komentar negatif, sebab semangat belajar mereka bisa melorot.
            Jika anak sering kena ancam atau tidak memperoleh modeling  dalam hidup, maka kecerdasannya pada akhirnya akan mandek. Lingkungan yang kaya akan rangsangan, menghasilkan siswa yang sukses. Sementara lingkungan yang miskin dengan rangsangan akan menghasilkan siswa yang lambat cara belajarnya.   
            Saya menjumpai sebuah lingkungan rumah yang memungkinkan seorang anak bisa belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Memang orangtua harus menyediakan ruang belajar dan merancangnya seapik mungkin. Rumah tersebut adalah rumah seorang mahasiswa Asia yang memperoleh beasiswa di Universitas Melbourne. Umumnya orang di Australia hidup mandiri, dan tidak terbiasa punya pembantu. Punya pembantu melambangkan ketidak berdayaan dan juga tidak mandiri dalam hidup.
            Mahasiswa doktoral ini membawa anaknya dan merancang ruang belajar dan ruang eksplorasi buat anak. Ada sarana bermain edukatif, ada bacaan, ada aturan kehidupan, ada interaksi. Lingkungan memberikan rasa aman bagi anak, ada pujian dan penerimaan. Orangtua mua ini menyediakan pengalaman yang banyak dan beragam buat anaknya. Sang anak punya pengalaman mencoba, bergaul dan pengalaman perjalanan. Sebab anak atau seseorang yang punya koleksi pengalaman pribadi yang banyak akan lebih kreatif dari orang yang kurang pengalaman.
            Orangtua dan guru juga tidak perlu terlalu mencampuri dan terlalu mendikte mengapa dan bagaimana seorang anak alam belajar. Bahwa orang belajar tergantung pada faktor fisik, faktor emosional dan faktor sosiologi. Ada anak yang senang belajar dengan cahaya terang dan juga ada yang suka cahaya agak redup. Ada yang suka belajar dengan berkelompok dan ada yang suka sendiri. Kemudian ada yang suka belajar pakai musik dan ada yang suka suasana sepi, dan juga ada yang suka belajar dengan kondisi rapi dan ada yang suka suasana berantakan.
            Sekarang ini banyak orang beranggapan bahwa belajar yang nyaman dan menyenangkan hanya terjadi di sekolah-sekolah unggul, karena sekolah tersebut sengaja dirancang dan para siswanya menjadi cerdas karena diprogramkan. Namun jauh di sana, pada sebuah sekolah biasa-biasa saja di kita Ambon telah muncul seorang siswa polyglot- menguasai lebih dari 10 bahasa-bahasa dunia, sementara itu orangtuanya hanya seorang buruh kecil, namun dia (namanya Gayatri) menemukan quantum learning sendiri dalam menguasai banyak bahasa, sehingga mengantarkan dia menjadi duta bangsa ke PBB di New York.
            Latif Pramudiana, seorang teman asal Tangerang, yang mengabdi sebagai guru di Lintau, sebuah kota kecil, tidak berhenti belajar dalam hidupnya. Laki-laki ini terbiasa untuk selalu belajar dalam hidupnya. Saya menemukan alat musik dan juga tumpukan buku-buku di kontrakannya. Dia terbiasa kalau belajar senang melihat buku-buku bertebaran di sekitarnya, lain waktu ia bermain gitar atau membaca buku yang ditemani lantunan instrumen lembut.
            Baginya memegang buku itu sebuah kenikmatan. Ia melahap buku dengan sepenuh hati. Ia menggunakan sebuah pensil untuk mencoret-coret, menggaris bawahi dan menghubungkan ide-ide dalam buku tersebut. Bila bisa menamatkan satu buku, ia merasakan bahwa ia berhasil menaklukan sebuah peradaban dan ia pun merayakan. Banyak membaca bukan berarti membuat ia menjadi kurang pergaulan. Ia juga meluangkan waktu untuk saling bertukar pikiran dengan sesama dan juga melakukan banyak perjalanan untuk menemui orang baru dan pengalaman baru.
            Secara tidak sengaja dahulu saya sering berkunjung ke sebuah rumah di Lintau,  yang di dalamnya terdapat beberapa lemari yang penuh dengan berbagai macam buku. Orang yang memiliki buku-buku tersebut dan telah membaca/ menamatkan dan mentelaah semua isi buku tersebut bernama Fasli Jalal. Yang kemudian pernah menjadi Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
            Quantum learning- kebiasaan belajar nyaman dan menyenangkan- telah mengantarkan Fasli Jalal menjadi salah seorang tokoh pendidikan terkemuka di Indonesia. Itu diawali dengan keputusannya saat muda untuk memilih sekolah berkualitas Di Kota Solok  jauh dari kampungnya di Lintau. Di sana dia hidup mandiri dan terbiasa dengan active learning dan peduli denga literasi membaca yang banyak dan berkualitas. Semangat suka berkompetisi memberinya motivasi yang tinggi untuk mencapai visinya melalui strategi hidupnya yang terencana hingga ia memperoleh puncak karirnya.
            Untuk zaman sekarang, bahwa seseorang yang hebat bukan hanya harus memiliki IQ (inteligent quotient) yang bagus, namun juga harus juga peduli dengan eksistensi EQ (emotional quotient)dan SQ (spiritual quotient). Dia harus memiliki komponen kecerdasan yang berimbang. IQ yang bagus menjadi syarat mutlak untuk berkompetisi. EQ yang bagus menjadi syarat untuk mencapai prestasi puncak dan SQ menjadi syarat untuk mencapai tujuan dunia dan akhirat. Ksuksesan kita ditentukan oleh IQ, dan kebahagiaan kita ditentukan oleh IQ dan SQ. Maka inilah hakekat untuk melejitkan kecerdasan yang berimbang.
            Agus Nggermanto (2003) menjelaskan tentang bagaimana cara melejitkan IQ, EQ dan SQ secara harmonis.salah satunya adalah melalui accelerated learning atau percepatan belajar. Percepatan belajar bagi siswa dengan IQ yang mantap bisa dilakukan melalui membaca cepat, membaca yang cepat, dan berpikir kreatif.
            Rata-rata kita memiliki Iq yang standard dan kita perlu mengasah iq kita. kebiasan yang bisa kita lakukan untuk mengasah iq adalah melalui membaca cepat, menghafal yang cepat, berpikir kreatif, berhitung cepat dan, mencatat yang cepat- misal melalui mind mapping.   
            Menghafal yang cepat dapat kita lakukan dengan menggunakan semua indera yang berhubungan penyerapan informasi seperti audio (pendengaran), visul (penglihatan) dan kinestetik atak praktek. Intensitas dan pengulangan pokok pikiran dengan cara membaca bersuara atau melalui peta pikiran juga menentukan kualitas hafalan. Menggunakan unsur emosional, seperti bernyanyi/ pakai musik dan melakukan gerakan juga menentukan kualitas hafalan. Bergerak dapat membangkitkan semangat. 
            Membaca cepat adalah kebutuhan dasar manusia. Membaca telah dianjurkan oleh Allah seperti yang dapat kita baca dalam alquran. Membaca merupakan kunci untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Untuk mengatasi masalah membaca adalah dengan mempercepat kemampuan membaca, kita harus membiasakan banyak membaca.
            Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2002: 178) menjelaskan tentang menulis dan mencatat, kita semua adalah penulis. Dorongan untuk menulis itu sama besar dengan dorongan untuk berbicara, yaitu untuk mengkomunikasikan pikiran dan pengalaman kita. tentang mencatat, bahwa mencatat berguna unuk meningkatkan daya pikir kita. Ada 2 cara mencatat yang dapat kita terapkan yaitu dengan cara membuat peta pikiran atau mind mapping dan yang lain dengan bentuk catat tulis susun. Kiat-kiat tambahan dalam mecatat adalah untuk membuat kita bisa mendengar secar aktif.
Seseorang kalau mendengar ceramah, pidato dan seminar, kalau hanya sekedar mendengar maka daya tahan atau fokusnya tidak begitu lama, setelah itu dia akan merasa bosan dan mengantuk. Maka mendengar aktif perlu dilaksanakan, yaitu mendengar dan mencatat ide-ide penting. Maka saat mendengar ceramah, pidato dan seminar, duduklah dibagian depan dan mendengar sambil menctat poin-poin penting.
Tentang korelasi multi-intelegensi (kecerdasan berganda) dengan IQ, SQ dan EQ. Yang termasuk kecerdasan intelektua (IQ) meliputi kecerdasan logis dan linguistik atau numerikal dan verbal. Kecerdasan emosional (EQ) meliputi kecerdasan intrapersonal (memahami dan menguasai diri) dan interpersonal (bergaul dan beradaptasi  dengan orang lain), kemudian kecerdasan spiritual (SQ) meliputi kecerdasan substantial (zat) dan kecerdasan ekistensial (memahami keberadaan hidup dan penciptaan kehidupan). Bentuk kecerdasan yang lain (quotient lain) adalah kecerdasan kinestetik (psikomotorik atau kecerdasan tubuh)  dan kecerdasan musik.
Melejitkan kecerdasan yang berimbang, yaitu antara kecerdasan IQ, EQ dan SQ perlu diusahakan. Kalau kita hanya sekedar ceras dengan IQ, kita memang mampu bersaing dalam hidup, namun kita akan susah untuk mencapai karir puncak karena karir puncak dilalui lewat tangga sosial atau kecerdasan emosional (EQ). Kemudian hidup juga terasa kosong dan miskin dari nilai-nilai kehidupan, karena kita lemah dalam kecerdasan spiritual (SQ). Sebelumnya kita sudah memaparkan cara meningkatkan potensi IQ, maka berikut adalah cara buat meningkatkan potensi EQ dan SQ. Emotional quotient kita bisa berkembang melalui:
- Bergaul dengan banyak orang, dengan cara demikian kita akan memiliki
   pengalaman yang kaya dengan berbagai jenis emosi orang.
- Sudi untuk mengambil tanggungjawab.
- Mendengar dengan cara berempati, utamanya pada anak dan murid, dan juga pada
   orang yang lebih muda usianya.
- Mengungkapkan suasana hati.
- Membantu untuk menemukan solusi lewat curhat (curah hati atau curah perasaan).
- Dengan cara menjadi modeling atau teladan bagi orang sekitar. Seseorang suka
   melihat atau meniru contoh daripada diceramahi atau digurui.
Tentang spiritual quotient, bahwa banyak orang yang sukses ditinjau dari ukuran dunia, namun mereka merasa kering dan gersang pada rohaninya. Itu terjadi karena mereka kurang memahami substansial zat diri dan penciptanya, dan juga kurang memahami eksistensi atau keberadaanya. Menurut ajaran Islam bahwa setiap manusia harus punya hubungan yang berimbang antara “ hablul minallah wa hablul minannas- berhubungan dengan Allah (Tuhan) dan juga berhubungan dengan manusia”. Untuk meningkatkan kualitas spiritual quotient atau kecerdasan spiritual, maka kita harus punya ilmu pengetahuan tentang agama, kita mampu menerapkan atau mengamalkan ilu tersebut. Kemudian kita harus memiliki komunitas atau jamaah dimana disana kita dapat saling bercermin diri atau melakukan refleksi serta introspeksi diri.      

Keterampilan Dan Keberanian Untuk Kehidupan



Keterampilan Dan Keberanian Untuk Kehidupan

            Skill and experiences ring more louder than theory- keterampilan dan pengalaman lebih nyaring bunyinya dari hanya sekedar teori. Kalimat ini bisa kita buktikan dalam pengalaman hidup ini. Misanya pada apa yang terjadi pada seorang lelaki muda, sebut saja namanya Abdul Jalil, lelaki muda immigran Mesir. Abdul Jalil seorang lelaki muda asal Mesir berwajah tampan, tinggi sekitar 180 cm dan berambut ikal. Ia mampu berkomunikasi dalam empat bahasa yaitu bahasa Arab, Perancis, Inggris dan bahasa Indonesia.
Pastilah ia seorang lelaki yang smart. Kemampuan polyglotnya- banyak bahasa- juga dibuktikan dengan kemampuannya menulis dalam huruf Arab dan huruf latin buat bahasa Indonesia, Perancis dan Inggris. Saya sendiri merasa susah payah untuk menguasai tatabahasa Arab dan Perancis serta menulis dalam huruf Arab. Sementara bagi Abdul Jalil keempat bahasa ini sudah terasa amat fasih dan amat mudah bagi lidahnya. Sekali lagi bahwa pastilah ia seorang lelaki muda yang amat cerdas, dan kecerdasanya ini akan mampu mendatangkan banyak keberuntungan baginya, semisal kekayaan dan uang yang jumlahnya lebih dari cukup.
Wah ternyata itu tidak. Malah tiap hari ia hidup dalam kondisi yang bersahaja dan sangat sederhana. Saya sering menjumpainya merokok yang tidak putus-putusnya, ini sebagai indikasi bahwa ia lagi dilanda stress akibat tidak punya uang. Ya baginya uang susah buat mampir. Mengapa hal ini terjadi ?
Saya yakin bahwa saat masih berada di Mesir, Abdul Jalil pasti seorang siswa yang sangat cerdas dan sangat berbakat. Huruf bahasa Arab dan tatabahasa Arab sangat jauh berbeda dengan tatabahasa Perancis dan Inggris dan perbedaan antara huruf Arab dan huruf Latin. Namun itu semua sangat dikuasai oleh Abdul Jalil. Sehingga suatu ketika ia menjumpai situs Darmasiswa yaitu “an Indonesia scholarship program” yang boleh dilamar oleh mahasiswa dari 83 negara di dunia.
Beberapa tahun lalu saya sempat berjumpa dengan para mahasiswa asal Eropa Tengah (Rumania dan Bulgaria) yang tengah belajar di Sekolah Tinggi Seni di Padang Panjang melalui program beasiswa Darmasiswa dari Dikti. Juga saya berjumpa sangat banyak mahasiswa asing yang terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Gunadarma juga melalui program beasiswa Darmasiswa dari pemerintah Indonesia.
Setelah membaca informasi tentang kuliah beasiswa di Indonesia dan membaca profil beasiswa Darmasiswa, maka Abdul Jalil menjatuhkan pilihan untuk kuliah di Indonesia dengan pilihan jurusan Bahasa Indonesia. Tentu saja sebelum menjadi mahasiswa di Indonesia, dia telah bergiat untuk menguasai dasar-dasar bahasa Indonesia secara self learning. Ini dibantu dengan teknologi google language dan juga situs-situs belajar bahasa lainnya. Utamanya dia menguasai cara pengucapan bahasa Indonesia, kosakata dan tatabahasa dasar bahasa Indonesia.
Akhirnya Abdul Jalil berangkat menuju Indonesia setelah lulus seleksi, mengurus dokumen keimigrasian dan visa belajar di Indonesia ari kantor Kedutaan Indonesia di Kairo. Abdul Jalil memilih jurusan bahasa Indonesia dan kuliah di UGM Yogyakarta. Tentu saja ada visi dan misi mengapa dia tertarik buat belajar bahasa Indonesia, mungkin juga ingin menikah dengan orang Indonesia ?
Keputusan menikah di Indonesia memang beda dari Mesir. Pernikahan di Indonesia bisa dibikin lebih sederhana dan juga bisa dibikin sumper rumit dan super mewah. Bagi yang belum mampu biaya menikah bisa dicicil ada pinjam uang sana-sini. Tidak demikian halnya dengan di Mesir. Bisa jadi sepasang anak muda yang saling jatuh cinta begitu mendalam, namun ketika mau menikah cinta mereka bisa berantakan.
Di Mesir menikah tidak cukup sekedar bermodalkan cinta saja. Banyak pemuda Mesir merasa kesusahan buat menikahi kekasih mereka karena mahalnya harga mahar. Orangtua akan meminta mahar dengan nilai sekitar 150.000 EGP atau setara dengan 225 juta Rupiah. Cukup banyak yang merasa tidak mungkin bisa punya tabungan sebanyak itu. Khusus bagi laki-laki yang masih muda, yang tidak punya uang, jadinya cinta mereka harus. Selain biaya mahar yang tinggi, biaya pesta perkawinan juga cukup tinggi yaitu sekitar 50.000- 100.000 EGP, atau sekitar 75 juta hingga 150 juta rupiah.
Ada juga yang mengatakan bahwa bukan mahalnya biaya mahar, namun seorang laki-laki Mesir yang mau menikah harus menyedakan terlebih dahulu sebuah rumah atau apartemen buat istri mereka setelah menikah. Harga sebuah apartemen sekitar 225 juta Rupiah, ya setara dengan harga sebuah rumah perumnas ukuran sederhana di Indonesia. Tidak semua lelaki muda yang mau menikah bisa menyediakan rumah, jadinya banyak laki-laki Mesir yang telat menikah, yaitu mendekati usia 40 tahun.
Hal yang demikian juga dialami oleh Abdul Jalil. Mahalnya harga pernikahan membuat laki-laki ini tetap single sampai usia di atas 30-an, sampai ia punya kesempatan untuk memperoleh beasiswa kuliah di Yogyakarta. Dengan kemudahan media sosial, utamanya Facebook, dia mulai rajin berselancar- browsing- untuk mendapatkan gadis idamannya yang mampu mengisi kekosongan hatinya. Akhirnya yang beruntung adalah seorang gadis di Sumatera. Mereka saling kontak dengan intens dan berjanji, sempat saling ketemuan di Jakarta dan Yogyakarta beberapa kali.
Gadis lembut Sumatera sangat merespon cinta lelaki ganteng ini. Kualitas cinta mereka semakin meningkat saban hari. Abdul Jalil memutuskan untuk datang menemui calon mertua, meminang secara sederhana dan menikah dengan proses yang sangat ringan, kontra dengan proses pernikahan di Mesir yang terasa mahal.
Tentu saja dengan menikah terjadi perpaduan dan kemudia akan terasa persamaan dan perbedaan. Rasa cinta yang tinggi dan persamaan keyakinan- yaitu agama Islam- menjadi perekat perkawinan yang cukut kuat. Setahun setelah menikah perkawinan mereka membuahkan seorang momongan mungil yang tampan. Dan sekarang bayi mereka sudah menjadi balita- aktif dan suka mengganggu ayahnya.
Balita mereka dengan perpaduan wajah Indonesia dan Mesir terlihat sangat tampan, membuat keluarga besar mereka menjadi terhibur. Balita mereka bisa tumbuh sempurna, apalagi Abdul Jalil dalam usia yang cukup telat buat berumah tangga cukup rajin mendalami ilmu parenting, jadinya bisa membantu pertumbuhan dan perkembangan buah hati mereka. Namun tetap ada masalah yang mengganjal.
Mereka memutuskan buat menyewa rumah kecil sendiri. Dan kendala baru bahwa dapur rumah tangga mereka kadang tidak berasap. Anak dan istrinya butuh makan. Dalam realita bahwa kecerdasan berbahasa Abdul Jalil- menguasai 4 bahasa- belum mampu mengusir rasa lapar keluarga. Dalam kondisi begini yang diperlukan oleh keluarga Abdul Jalil adalah pengalaman dan keterampilannya untuk mencari nafkah. Ternyata Abdul Jalil yang cerdas kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan kampung istrinya sehingga ia belum mampu buat pencari nafkah.
Sebagai seorang ayah dan suam ternyata Abdul Jalil barur sebatas cerdas kognitif, cerdas di atas kertas, atau cerdas akademik. Anak dan istrinya butuh rupiah atau dollar dan sangat berharap agar dia punya life skill- kecerdasan dan keterampilan buat mencari nafkah, mungkin menjadi pekerja tukang, pedagang kecil, atau membuka warung kecil ala Mesir di Sumatra- namun itu belum ada.
Sebenarnya Abdul Jalil bukan lelaki yang pemalas. Ia pun sempat berdagang kecil-kecilan, seperti berdagang kurma, namun kurma bukan kebutuhan utama orang di Sumatra jadinya keberuntungan masih agak jauh darinya. Buat sementara mereka membuat alternatif, yaitu sang istri sebagai pencari nafkah part time, tentu saja dengan nominal upah dan gaji yang kecil untuk menopang ekonomi mereka. Sementara Abdul Jalil sebagai pengasuh balita di rumah.
Perkawinan mereka cukup bagus namun Abdul Jalil masih kebingungan, mau bagaimana lagi. Mau membawa keluarga ke Mesir, biaya pesawat dan kebutuhan lain begitu mahal. Laki-laki yang mau menikah, sebagai pemimpin rumah tangga, memang memikirkan secara matang dan menyiapkan keuangan yang cukup buat mendukung perkawinan mereka.
Perkawinan tidak hanya sebatas kata cinta. Karena ungkapan “I love you” hanya sebagai hiasan pada hati namun tidak bisa membuat perut kenyang. Kehidupan perkawinan butuh uang dan makan. Makan laki-laki harus terampil buat mencari rezeki. Kalau istri mampu mencari tambahan rezeki, tentu itu berguna buat meringankan beban suami.
Dalam membangun relasi dengan seseorang dan juga buat menjaga kelanggengan keluarga sangat diperlukan teori yang relevan. Namun untuk memenuhi kebutuhan dasar- maan, pakaian, perumahan- diperlukan proses kehidupan. Proses kehidupan yang memerlukan keterampilan dan pengalaman yang luas.
Hal ini juga terbukti pada kisah sukses seseorang yang tinggal di pulau Bali. Saya jadi hanyut dalam emosi saat membaca biografi Gusti Ngurah Anom- Ajik Cok, seorang raja pendiri galeri oleh-oleh khas Bali. A.Bobby (2015) memaparkan kisah sukses Ajik Cok dengan apik, sekali lagi, saya terbawa emosi membaca biografinya.
Gusti Anom, panggilannya Ajik Cok, waktu kecil dikenal sebagai anak yang bodoh, miskin, dan nakal. Namun setelah dewasa ia mampu keluar dari jerat kemiskinan. Ayahnya seorang petani penggarap, jadi sangat miskin dan ia pun punya dua istri. Ibunya Ajik Cok adalah istri kedua. Untuk mendukung ekonomi keluarga, ibunya berjualan kue kecil-kecilan.
Ajik Cok terakhir sempat masuk sekolah pariwisata, namun karena keterbatasan dana buat beli buku, pakaian dan kebutuhan sekolah lainnya maka Ajik Cok memutuskan buat drop out dari sekolah. Saat sekolah ia pun sering menunggak spp.
Didera oleh kemiskinan yang tidak berkesudahan akhirnya ia memutuskan meninggalkan rumah hanya berbekal pakaian yang melekat di badan. Ia merantau menuju kota Denpasar dengan harapan moga-moga ada perubahan pada kehidupannya. Dia mau mengerjakan apa saja jenis pekerjaan. Tidak pilih-pilih pekerjaan. Pekerjaan pertama yang ia geluti adalah sebagai tukang cuci mobil para tamu hotel dan ia pun tidur di emperan.
Beberapa waktu kemudian ia melamar menjadi buruh garmen- pakaian jadi. Profesi ini ia tekuni dengan bersemangat dan penuh hati-hati. Sehingga ia menjadi kesayangan bos. Karena karakternya yang rajin dan bekerja penuh semngat. Ia pun menjadi orang kepercayaan bosnya. Dan ia pun mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan garmen milik bosnya.
Seiring waktu ia pun pamit sebagai buruh garmen dan memberanikan diri pula untuk membuka usaha garmen sendiri. Tentu saja secara kecil-kecilan dan ia pun langsung menjajakan produk konveksinya ke pantai, lokasi wisata, tanpa malu-malu. Ia pun belajar mengatasi beberapa kelemahan. Usaha garmennya pun tumbuh. Tidak puas hanya dengan usaha konveksi maka ia juga membuka toko oleh-oleh yang diberi nama toko krisna.
Ia tidak punya ilmu formal dari bangku sekolah yang bayak. Kecuali ia suka menimba pengalaman yang berharga dari banyak orang. Ia suka sekali learning by doing. Dengan metode bisnis- lihat, tiru, kembangkan- maka bisnis garment dan bisnis toko oleh-oleh berkembangkan pesat. Ia sekarang punya toko oleh-oleh krisna 1 hingga toko krisna 5. Sekarang banyak supplier yang tertarik untuk bergabung dengan Ajik Cok.
Saya tetap percaya bahwa proses kehidupan melalui keterampilan an keberanian lebih dahsyat hasilnya daripada hanya sekedar tahu teori. Tahun 1986 saat saya kuliah saya sempat membaca sebuah buku biografi Hasyim Ning dan hingga sekarang isi buku itu masih berkesan. Makanya apa yang kita pelajari saat masih kecil- anak anakdan remaja akan berkesan seumur hidup.
Hasyim Ning adalah seorang pengusaha sukse kelahiran Padang. Pendidikan formalnya tidak tinggi, ia hanya sekolah di SD Adabiah Padang dan juga Mulo di Padang. Mulo adalah sekolah Belanda setingkat dengan SMP yang kepanjangannya “Meer Uitgebried Larger”. Karena kesulitan hidup maka ia merantau ke Jakarta dan bekerja menjadi tukang cuci mobil. Kemudian ia dipercaya menjadi perwakilan motorcars. Karena bergelut dengan bisnis maka ia mengambil kursus pembukuan, sejenis ilmu akutansi.
Karena faktor dorongan hidup ia hijrah ke Tanjung Karang. Ia menjadi pemborong tambang batubara di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Ia kemudian pindah lagi ke Jakarta dan bekerja sebagai aministrasi kebun teh.
Hidup ini butuh keberanian dan juga butuh ilmu praktis yang langsung terpakai di lapangan. Kemampuan bergaul dan kemampuan berkomunikasi, kemampuan membaca peluang hidup, serta izin Allah Swt telah mengantarkannya menjadi Presiden Direktur Jakarta Motor Company.
Ada lagi tokoh kehidupan yang tumbuh sukses bukan karena otaknya penuh dengan teori, namun karena proses kehidupan yang ia alami mengantarkan dia dari kegelapan hidup menjadi kegemilangan masa dewasanya. Dia adalah Bazrizal Koto.
Dekat kampus UNP Padang ada plaza Basko. Saya baru tahu kalau Basko itu singkatan dari Basrizal Koto. Basko adalah pengusaha sukses yang tidak tamat SD. Proses kehidupannya adalah menggeluti bisnis yang menyentuh kebutuhan orang banyak yaitu seperti: media, percetakan, pertambangan, peternakan, perhotelan dan properti. Basrizal Koto mengawali proses hidupnya tanpa modal, dan pendidikan yang rendah, namun punya pengalaman hidup yang tinggi.
Awal proses kehidupannya adalah setelah putus sekolah ia merantau ke Riau. Namun ibunya menitip nasehat, bukan uang karena hidup miskin, yaitu agar: pandai-pandai dalam berkomunikasi, carilah segala kemungkinan/ peluang hidup, dan manfaatkan kesempatan. Sampai di Pekanbaru untuk bisa hidup, maka ia sempat menjual pisang dan petai, menjadi kenek oplet (kondektur oplet) dan ini kesempatan buat belajar berkomunikasi, melayani orang atau penumpang. Kemudian ia menjadi sopir dan ia juga menjadi makelar kendaraan. Setelah itu baru ia menekuni bisnis yang lebih berarti yaitu pada usaha properti dan juga pertambangan.Pesan artikel ini kepada anak muda bahwa selain tekun dalam studi, mendalami teori ilmu dan bidang studi, juga perlu memiliki pengalaman hidup yang diperoleh melalui proses beraktivitas. Harus membuang jauh budaya instan seperti ingin cepat kaya dan cepat pintar. Ini adalah nonsense atau omong kosong. Bahwa pintar dan kaya yang berkualitas harus dipakai melalui proses, bukan melalui proses yang instan, namun proses yang punya target capaian, yang didukung dengan keberanian, tidak gengsi-gengsian, mampu berkomunikasi, mampu membaca peluang dan juga dekat dengan manusia dan dekat dengan Allah Swt.     

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...