Mungkinkah Soulmate Terbaik Bisa diperoleh Lewat Face
Book ?
Oleh:
Marjohan, M.Pd
Guru
SMAN 3 Batusangkar
Tekhnologi
ternyata telah mengubah prilaku, apakah seseorang menjadi positif atau
negative, itu tergantung dari cara menggunakannya. Seperti kata pribahasa- The man behind the gun- sebuah senjata
akan berbahaya atau tidak tergantung pada orang yang mengendalikannya.
Dengan
bermunculan produk tekhnologi, seperti gadget dengan berbagai merek dan harga yang
terjangkau, maka penggunanya yang pada umunnya adalah kaula muda bisa memperoleh
untuk mengatasi rasa sepi dan keterasingannya. Rasa sepi dan terasing memang bisa
menyiksa ketenangan jiwa. Kini lewat penggunaan gadget mereka bisa mencari
sahabat lewat jejaring social, seperti facebook, twitter, dll, dan juga bisa
lebih ekspresif-mengungapkan kegalauan dan kegembiraan hati.
Mencari
soulmate- kekasih atau sebatas TTM (teman tapi mesra) terasa semakin menjadi
naluri dan kebutuhan semenjak seseorang memasuki usia remaja akhir- mungkin
bagi ABG yang sedang duduk di bangku SLTA dan berlanjut ke bangku perguruan
tinggi. Tanpa memiliki soulmate jiwa seseorang mungkin terasa sepi- dengan
demikian seorang soulmate berguna untuk mengatasi rasa sepi.
Mencari
soulmate bagi usia remaja akan berbeda dengan yang telah memasuki usia dewasa.
Umumnya seorang ABG- dari pengalaman sehari hari- lebih tertarik untuk menyukai pasangan yang didamba hanya
sekedar penampilan keren dan beken. Namun begitu usia beranjak dari remaja
memasuki dewasa maka jatuh cinta atau menyukai seseorang lebih terpikat oleh
factor nilai kepribadian. Dengan kata lain seseorang yang memiliki wajah
biasa-biasa saja namun memilik kepribadian yang menarik akan tetap menjadi
pujaan seseorang.
Secara
conventional (kebiasaan) bahwa ABG laki-laki akan jatuh cinta pada seorang
gadis oleh factor kecantikan dan baru kemudian didukung oleh factor kualitas
pribadinya. Dan sebaliknya seorang ABG perempuan akan bisa terpesona oleh
kualitas pribadi seorang lelaki dan baru kemudian didukung oleh penampilannya
yang keren- ganteng. Fenomena ini terjadi secara copy darat- maksudnya dalam
perjumpaan di luar dunia maya.
Namun
fenomena kini berobah, apalagi semenjak kemudahan untuk saling mencari dan
saling mengenal pasangan lewat dunia maya- seperti facebook- terasa semakin
mudah. Agar terasa lebih mudah untuk jatuh cinta dan proses mengenal, biasanya
calon penembak cinta mencari- cari info tentang profil seseorang yang diminati.
“Eh
mau nggak nembak si dia, dia cantik, baik, baik, pinter, ramah, lebih lanjut
lihat profilnya di facebook”. Maka bermulalah proses pencarian. Tentu saja
proses pertama adalah melacak penampilan “sang idola” lewat foto album, kalau
perlu ambil/ curi dan simpan. Karena foto foto kita yang terpajang dalam album
facebook akan mudah buat dimiliki oleh teman teman facebooker lainnya. Kemudian
berlanjut dalam mempelajari kalimat kalimat yang ditulis pada semua baris akun
facebooknya
Kepo (rasa ingin tahu)
tumbuh terus. Apakah calon pujaan hatiku orangnya baik, lembut, santun, dan lain-
lain. Bila ya, maka kasih “like” atau bikin konfirmasi untuk persahabatan. Setelah
dijawab maka mulailah transaksi persahabatan, chatting biasa dan berlanjut ke chatting
yang special.
Mencari soulmate lewat
dunia maya ada yang berlanjut ke pernikahan. Ada yang berlanjut langgeng dan
ada yang terganjal dalam menjalani rumah tangganya- hingga berujung pada perceraian. Gagal atau tidak
dalam menjalankan proses pergaulan, percintaan- juga rumah tangga, bukan
ditentukan oleh factor dunia maya seperti facebook, namun oleh factor pribadi
kita sendiri. Salah seorang teman penulis dari Australia, menjumpai
soulamatenya seorang gasdis Melayu, melalui sarana chatting dan berlanjut ke
mahligai perkawinan. Keduanyamenikah dan penulis diundang hadir ke Singapura.
“Apakah mereka berbahagia
dengan perkawinannya itu sekarang ? Tampak dari luar “ya”, namun yang terasa
dalam hati mereka berdualah yang lebih tahu. Namun mereka berdua sering bungkam
dan malas ngomong satu sama lain. Dan itulah warnakehidupan.
Nasehat beberapa teman
saat penulis berusia remaja saat ingin serius untuk jatuh cinta mengatakan
bahwa: Pilih cinta mu dan cintai pilihanmu. Pilih calon pujaan hati bukan hanya
lewat penampilan, karena penampilan biasa diupdate hingga terlihat jauh dari
keasliannya. Pilih lah pujaan hati yang ngak malu tampil dengan orang tuanya
yang sudah tidak gagah dan cantik lagi. Kenapa ? Karena banyak remaja yang malu
dan tidak mau menerima keberadaan orang tua. Banyak anak anak muda yang malu
dengan penampilan orang tuanya.
“Moga moga mama nggak datang
ke sekolah,…. Moga moga papa nggak datang ke kampusku. Tetapi berani nggak
gadis cantik atau cowok ganteng memajang foto bareng mama atau yang nggak keren
lagi di face-book….malu ???”
Bila ingin mencari
pujaan hati sejati jangan lihat saat ia lagi sedang berdandan, atau melihat
fotonya yang sudah direkayasa dengan acting hingga tampil keren sekali. Namun
turun ke darat- dunia nyata- dan kenali dia secara langsung (?). Ibarat kata
pribahasa bahwa karena tak kenal maka tak sayang dan tak sayang maka tak cinta.
Proses mengenal lewat bergaul langsung tentu lebih hebat dari pada sekedar tahu
di facebook.
Memilih cowok atau
cewek hanya bermodalkan bersahabat di dunia maya, khawatir kalau terpilih
pujaan hati yang bermental selebriti, lebih butuh dipuji-puji melulu. “Wah adek
terlihat keren…wah yang ini terlihat
hebat…wah aku suka gaya yang kayak begini”.
Proses saling suka atau
proses pertemanan hanya karena lewat cara memuji dan memuji akan menumbuhkan
karakter selebriti- ibarat karakter model atau kaum selebriti yang selalu ingin dipuji dan disanjung.
Sementara proses memuji dan menyanjung harus bisa diberikan oleh kedua belah
pihak. Orang orang yang hanya butuh disanjung- dipuji kemudian baru muncul
aksinya, maka diperkirakan bahwa api cintanya bakal mudah padam. Karena ia sendiri
kurang punya sumber api untuk memanaskan dan menyalakan nilai- nilai
cinta.
Pesan salah seorang sahabat
penulis adalah bahwa kalau mencari soulmate yang sejati- maka cari lah yang
nggak merasa malu kalau pergi bareng dan berfoto bareng dengan orang tuanya yang
sudah rentan, nggak cantik atau ganteng lagi. Juga carilah cowok atau cewek
yang tulus bisa menerima kekurangan dan keberadaan anggota keluarga kita, tentu
juga anggota keluarga dia sendiri. Karena wajah dan penampilan keren nggak akan
abadi, andai memilih pasangan hanya berdasar penampilan keren semata, maka
apabila wajah keren memudar maka nilai cinta bisa meluntur.
Saat penulis pergi tour
keliling pulau Jawa, sempat berkenalan dengan seorang wanita muda cantik yang
diperkirakan masih gadis. Ternyata ia sudah janda dengan satu anak kecil,
sementara dia sempat memperlihat foto mantan suaminya yang cukup ganteng. Pastilah saat
berusia ABG mereka adalah pasangan yang terlihat sangat ideal, karena kedua
duanya dianugerahi wajah keren- cantik dan ganteng. Namun setelah melebur dalam
perkawinan, factor wajah- kecantikan dan ketampanan semata belum bisa menjamin
kelanggenangan persahabatan, dalam bentuk perkawinan.
Apa pesan yang kita
ambil, dari uraian di atas bahwa jejaring social telah membuat kita mudah untuk
memilih persahabatan dan sekaligus dalam memilih cinta. Bahwa pasangan muda,
apakah cewek atau cowok keduanya cukup agresif dalam mencari pasangan. Namun
hanya terpikat dengan penampilan keren di dunia maya- facebook- semata.
Idealnya lakukanlah proses persahabatan dan proses perkenalan. Karena dibalik
factor wajah, ada lagi factor yang lebih menjanjikan kelanggengan hidup yaitu
nilai- nilai pribadi, ketabahan, kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi dan
juga nilai religious yang ada dalam diri mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them