Gaya Hidup Mahasiswa
Oleh: Marjohan
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar
Tampak secara global kehidupan mahasiswa tidak jauh berbeda dengan kehidupan anak sekolah menengah atas. Pergi kuliah, kemudian mencatat apa saja yang keluar dari mulut dosen lengkap dengan titik komanya. Kegiatan yang paling digemari bila kuliah usai duduk berkelompok kelompok, bukan mendiskusikan tentang masalah perkuliahan tetapi hanya cenderung bersifat kelakar, ledek meledek. Ada yang mendengar tentu ada yang jadi tukang cerita. Macam-macam ceritanya, persis seperti yang terkandung dalam syair lagu “panggung sandiwara”.
Kegiatan mereka yang paling umum di tempat kost adalah bermain domino sambil tertawa terbahak bahak, tidur sambil mendengar kaset atau ngumpul-ngumpul untuk berbagi gosip tentang acara televisi, tentang kasus pejabat yang korupsi sampai kepada gosip bagaimana menaklukkan hati pacar. Sedangkan kaum wanita ngumpul-ngumpul membicarakan tentang mode, tentang apa isi kamar kost kawan yang sombong sampai kepada masalah nasib.
Kemudian bila diadakan tentamen, musim ujian, pada saat itu barulah mereka kasak kusuk. Melengkapi catatan, membuat jimat ala anak SMA sampai mencari sopir pada waktu ujian berlangsung. Soal ujian pada beberapa jurusan terasa agak santai. Apabila dalam ujian untuk mata kuliah umum suasananya terasa lebih acuh karena hubungan antar mahasiswa begitu pula hubungan mahasiswa dengan dosen bersifat siapa lu siapa gua saja. Memang telah ada perguruan tinggi swasta sengaja memasang monitor untuk meningkatkan mutu akademik yang lebih objektif tetapi itu hanya segelintir saja dari populasi perguruan tinggi yang ada.
Dari sekian banyak mahasiswa yang santai atau ada juga mahasiswa yang serius dalam menghadapi kuliah. Mereka tekun menghadapi buku catatan, banyak mengurung diri dari pergaulan. Dalam menghadapi tentamen, mereka sengaja menahan kantuk pada malam hari untuk dapat menghafal semua isi catatan. Memang belajar dengan care menghafal telah membuat mereka sukses dan mampu. membuat mereka memperoleh, indeks prestasi tiga koma sampai indeks prestasi empat. Tetapi apakah mereka dapat dikatakan sebagai mahasiswa yang, intelektual?
Dapat kita katakan bahwa belajar dengan cara menghafal tidak ubahnya ibarat merekam bagi sebuah kaset kosong dan ahli pendidikan mengatakan bahwa belajar dengan cara demikian dapat mematikan kreatifitas otak untuk berfikir. Memang banyak mahasiswa berindeks prestasi bagus cuma karena menghafal kemudian punya peluang untuk menjadi staf akademik perguruan tinggi, misalnya. Maka mereka rata-rata tampil sebagai obyek yang membosankan, demikianlah pengakuan beberapa orang mahasiswa.
Adalah seorang mahasiswa mempunyai prestasi belajar diatas rata-rata, dia selalu mengungkapkan rasa pesimis yang berkepanjangan. Dia mengeluh hendak jadi apa dan kerja dimana kelak bila telah lepas dari perguruan tinggi. “Lho kamu kuliah di Universitas dituntut untuk menjadi intelektual, keluhan seperti itu cuma panas keluar dari mulut pemuda awam. Sekarang bangunlah dan introspeksi dirimu tentang bagaimana wawasan berfikir dan pola pergaulanmu?”
Bukan kebetulan apabila ada mahasiswa begitu lepas dari perguruan tinggi langsung aktif dalam suatu bidang pekerjaan. Kesuksesan begini tentu telah mereka rintis jauh hari sebelumnya. Karena kesibukan ganda, sebagai mahasiswa dan merintis mencari lapangan kerja, rata-rata dalam bidang akademik prestasi mereka sedang-sedang saja, tetapi dalam mempraktekkan kerja tidak perlu lagi kasak kusuk.
Ada beberapa orang mahasiswa, dulu sering meninggalkan tempat kost selama berminggu minggu sampai berbulan bulan. Nongol di kampus apabila ada jadwal kuliah setelah itu ia cabut lagi. Memang kuliah sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Walau mereka wisuda dengan indeks prestasi sedang tetapi wawasan berfikir luas. Kini mereka sukses dalam mengelola usaha agrobisnis, mengelola ekspor bahan pangan dalam wilayah SIJORI, Singapura-Johor-Riau dan mengelola usaha-usaha bisnis lainnya. Sedangkan kawan-kawannya yang dulu santai, goyang goyang kaki, kini setelah wisuda sibuk mengepit ijazah dari kantor ke kantor. Dan selalu saja kalimat “tidak ada lowongan kerja” membuatnya terduduk lesu.
http://penulisbatusangkar.blogspot.com/
Oleh: Marjohan
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar
Tampak secara global kehidupan mahasiswa tidak jauh berbeda dengan kehidupan anak sekolah menengah atas. Pergi kuliah, kemudian mencatat apa saja yang keluar dari mulut dosen lengkap dengan titik komanya. Kegiatan yang paling digemari bila kuliah usai duduk berkelompok kelompok, bukan mendiskusikan tentang masalah perkuliahan tetapi hanya cenderung bersifat kelakar, ledek meledek. Ada yang mendengar tentu ada yang jadi tukang cerita. Macam-macam ceritanya, persis seperti yang terkandung dalam syair lagu “panggung sandiwara”.
Kegiatan mereka yang paling umum di tempat kost adalah bermain domino sambil tertawa terbahak bahak, tidur sambil mendengar kaset atau ngumpul-ngumpul untuk berbagi gosip tentang acara televisi, tentang kasus pejabat yang korupsi sampai kepada gosip bagaimana menaklukkan hati pacar. Sedangkan kaum wanita ngumpul-ngumpul membicarakan tentang mode, tentang apa isi kamar kost kawan yang sombong sampai kepada masalah nasib.
Kemudian bila diadakan tentamen, musim ujian, pada saat itu barulah mereka kasak kusuk. Melengkapi catatan, membuat jimat ala anak SMA sampai mencari sopir pada waktu ujian berlangsung. Soal ujian pada beberapa jurusan terasa agak santai. Apabila dalam ujian untuk mata kuliah umum suasananya terasa lebih acuh karena hubungan antar mahasiswa begitu pula hubungan mahasiswa dengan dosen bersifat siapa lu siapa gua saja. Memang telah ada perguruan tinggi swasta sengaja memasang monitor untuk meningkatkan mutu akademik yang lebih objektif tetapi itu hanya segelintir saja dari populasi perguruan tinggi yang ada.
Dari sekian banyak mahasiswa yang santai atau ada juga mahasiswa yang serius dalam menghadapi kuliah. Mereka tekun menghadapi buku catatan, banyak mengurung diri dari pergaulan. Dalam menghadapi tentamen, mereka sengaja menahan kantuk pada malam hari untuk dapat menghafal semua isi catatan. Memang belajar dengan care menghafal telah membuat mereka sukses dan mampu. membuat mereka memperoleh, indeks prestasi tiga koma sampai indeks prestasi empat. Tetapi apakah mereka dapat dikatakan sebagai mahasiswa yang, intelektual?
Dapat kita katakan bahwa belajar dengan cara menghafal tidak ubahnya ibarat merekam bagi sebuah kaset kosong dan ahli pendidikan mengatakan bahwa belajar dengan cara demikian dapat mematikan kreatifitas otak untuk berfikir. Memang banyak mahasiswa berindeks prestasi bagus cuma karena menghafal kemudian punya peluang untuk menjadi staf akademik perguruan tinggi, misalnya. Maka mereka rata-rata tampil sebagai obyek yang membosankan, demikianlah pengakuan beberapa orang mahasiswa.
Adalah seorang mahasiswa mempunyai prestasi belajar diatas rata-rata, dia selalu mengungkapkan rasa pesimis yang berkepanjangan. Dia mengeluh hendak jadi apa dan kerja dimana kelak bila telah lepas dari perguruan tinggi. “Lho kamu kuliah di Universitas dituntut untuk menjadi intelektual, keluhan seperti itu cuma panas keluar dari mulut pemuda awam. Sekarang bangunlah dan introspeksi dirimu tentang bagaimana wawasan berfikir dan pola pergaulanmu?”
Bukan kebetulan apabila ada mahasiswa begitu lepas dari perguruan tinggi langsung aktif dalam suatu bidang pekerjaan. Kesuksesan begini tentu telah mereka rintis jauh hari sebelumnya. Karena kesibukan ganda, sebagai mahasiswa dan merintis mencari lapangan kerja, rata-rata dalam bidang akademik prestasi mereka sedang-sedang saja, tetapi dalam mempraktekkan kerja tidak perlu lagi kasak kusuk.
Ada beberapa orang mahasiswa, dulu sering meninggalkan tempat kost selama berminggu minggu sampai berbulan bulan. Nongol di kampus apabila ada jadwal kuliah setelah itu ia cabut lagi. Memang kuliah sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Walau mereka wisuda dengan indeks prestasi sedang tetapi wawasan berfikir luas. Kini mereka sukses dalam mengelola usaha agrobisnis, mengelola ekspor bahan pangan dalam wilayah SIJORI, Singapura-Johor-Riau dan mengelola usaha-usaha bisnis lainnya. Sedangkan kawan-kawannya yang dulu santai, goyang goyang kaki, kini setelah wisuda sibuk mengepit ijazah dari kantor ke kantor. Dan selalu saja kalimat “tidak ada lowongan kerja” membuatnya terduduk lesu.
http://penulisbatusangkar.blogspot.com/