Fenomena Anak Sebahagian Muda
Oleh: Marjohan
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar
BANYAK orang-orang berbahagia karena telah sukses. Sukses gara-gara telah menguasai medan mereka masing-masing. Apakah sukses mereka itu karena gara-gara tentu saja tidak.
Rata-rata orang yang berkecimpung dalam bidang ekonomi, sukses setelah melalui perjuangan dan perjalanan hidup yang panjang. Mereka telah jungkir balik dalam bidang ilmu dan telah terjungkir dan terbalik dalam bidang pengalaman. Begitu pula bagi mereka yang telah meraih sukses di bidang lain, seperti bidang kesehatan, olahraga, pendidikan, jurnalis, hukum dan seterusnya.
Pada umumnya orang hanya pandai berdecak kagum kepada hasil kesuksesan kesuksesan saja. Dan malontarkan sejumlah kata-kata pujian, sanjungan atau kekaguman. “Wah dia sungguh hebat. Andaikata dia itu saya... Wah betapa senangnya”. Tetapi orang lupa bertanya bagaimana pengorbanan awalnya, bagaimana seseorang itu memulai usahanya untuk merebut sukses.
Banyak bintang-bintang film tenar, politikus besar, sarjana terkemuka lainnya menuturkan bahwa kesuksesan mereka peroleh setelah melalui sekian jumlah penderitaan. Ada yang memulainya sebagai pembantu rumah tangga, ada sebagai kuli kasar. Pokoknya sesuai dengan profesi masing-masing.
Kesuksesan yang diperoleh itu ada karena warisan. Seorang pengusaha kaya tentu akan mendidik dan melatih keturunannya, kemudian melimpahkan kesuksesan itu. Kesuksesan seperti ini daya tahannya kurang kuat dibandingkan dengan kesuksesan yang dimulai oleh seseorang dari nol besar. Atau kesuksesan seseorang yang diperoleh dari pengalaman hidupnya.
Untuk sukses seseorang musti memiliki disiplin hidup yang tinggi. Banyak orang yang meramaikan kata “sukses”. Mari sukseskan… atau hidup sukses adalah.... Pada hal kesuksesan ini diperoleh dari “disiplin”.
Sekarang kita heran, mengapa orang yang hidupnya telah nampak berkecukupan (sukses), punya banyak rumah bagus, istri cantik dan kenalan luas. Tetapi masih berkeluh kesah. Ia masih mengatakan kurang sukses dalam jiwa. Kira-kira apalagi yang harus ia kuasai agar dapat sukses jiwanya (baca : bahagia). Oh barangkali ia perlu menguasai fikiran.
Banyak orang yang lari dari kenyataan hidup dan mengakhirinya dengan meneguk racun. Ada pula orang yang tega memuluskan hubungan hidup yang ada ini. Malah ada yang melarikan diri ke dalam kehidupan khayal, tertawa sendiri atau menangis sendiri. Orang awam menamainya “gila” dan orang ahli memberinya istilah “scizoprenic”. Yang begini biasanya punya cita-cita menjadi orang gede, tapi berusaha malas mengkhayal kenceng. Akhirnya, ya gila dong.
http://penulisbatusangkar.blogspot.com/
Oleh: Marjohan
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar
BANYAK orang-orang berbahagia karena telah sukses. Sukses gara-gara telah menguasai medan mereka masing-masing. Apakah sukses mereka itu karena gara-gara tentu saja tidak.
Rata-rata orang yang berkecimpung dalam bidang ekonomi, sukses setelah melalui perjuangan dan perjalanan hidup yang panjang. Mereka telah jungkir balik dalam bidang ilmu dan telah terjungkir dan terbalik dalam bidang pengalaman. Begitu pula bagi mereka yang telah meraih sukses di bidang lain, seperti bidang kesehatan, olahraga, pendidikan, jurnalis, hukum dan seterusnya.
Pada umumnya orang hanya pandai berdecak kagum kepada hasil kesuksesan kesuksesan saja. Dan malontarkan sejumlah kata-kata pujian, sanjungan atau kekaguman. “Wah dia sungguh hebat. Andaikata dia itu saya... Wah betapa senangnya”. Tetapi orang lupa bertanya bagaimana pengorbanan awalnya, bagaimana seseorang itu memulai usahanya untuk merebut sukses.
Banyak bintang-bintang film tenar, politikus besar, sarjana terkemuka lainnya menuturkan bahwa kesuksesan mereka peroleh setelah melalui sekian jumlah penderitaan. Ada yang memulainya sebagai pembantu rumah tangga, ada sebagai kuli kasar. Pokoknya sesuai dengan profesi masing-masing.
Kesuksesan yang diperoleh itu ada karena warisan. Seorang pengusaha kaya tentu akan mendidik dan melatih keturunannya, kemudian melimpahkan kesuksesan itu. Kesuksesan seperti ini daya tahannya kurang kuat dibandingkan dengan kesuksesan yang dimulai oleh seseorang dari nol besar. Atau kesuksesan seseorang yang diperoleh dari pengalaman hidupnya.
Untuk sukses seseorang musti memiliki disiplin hidup yang tinggi. Banyak orang yang meramaikan kata “sukses”. Mari sukseskan… atau hidup sukses adalah.... Pada hal kesuksesan ini diperoleh dari “disiplin”.
Sekarang kita heran, mengapa orang yang hidupnya telah nampak berkecukupan (sukses), punya banyak rumah bagus, istri cantik dan kenalan luas. Tetapi masih berkeluh kesah. Ia masih mengatakan kurang sukses dalam jiwa. Kira-kira apalagi yang harus ia kuasai agar dapat sukses jiwanya (baca : bahagia). Oh barangkali ia perlu menguasai fikiran.
Banyak orang yang lari dari kenyataan hidup dan mengakhirinya dengan meneguk racun. Ada pula orang yang tega memuluskan hubungan hidup yang ada ini. Malah ada yang melarikan diri ke dalam kehidupan khayal, tertawa sendiri atau menangis sendiri. Orang awam menamainya “gila” dan orang ahli memberinya istilah “scizoprenic”. Yang begini biasanya punya cita-cita menjadi orang gede, tapi berusaha malas mengkhayal kenceng. Akhirnya, ya gila dong.
http://penulisbatusangkar.blogspot.com/