Siswa Perlu Tahu Bahwa Bila Gagal Tak Perlu Frustasi
(Sukses Tidak Selalu Lewat Universitas)
Oleh: Marjohan
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar
HARUSKAH remaja tamatan SLTA frustrasi bila gagal untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi negeri?. Sudah menjadi pemandangan umum setiap tahun bagi kita untuk menanggapi eksistensi ini. Putera-puteri kita lepas dari SLTA berbondong-bondong pergi mengundi nasib untuk memperebutkan kursi-kursi di perguruan tinggi negeri. Kemudian bila hasil ujian diumumkan, maka sampailah mereka kedalam musim hujan tangis bagi putri manis dan keadaan duka bagi putera-puteranya. Sedangkan yang dapat bergembira paling cuma sekian belas persen. Dan sekian puluh persen lagi sungguh merupakan ledakan angka kesedihan. Tetapi perlukah mereka harus bersedih? Dan haruskah menganggur untuk selanjutnya? Tentu kita tidak perlu menganggur, sebab kitapun bisa mencari kesuksesan. Tidak selalu sukses dan keberuntungan itu dicapai lewat bangku universitas.
Untuk mencapai sukses itu tentu dengan jalan berwiraswasta. “Berwiraswasta?”. Ah sebuah kata yang memuaskan, dan memang banyak anak remaja yang sudah bosan dan jenuh mendengar perkataan ini. Pasti mereka beralasan bahwa tidak mungkin berwiraswasta kalau hanya dengan modal dengkul saja.
“Banyak cerita-cerita yang menguraikan perjalanan keberhasilan hidup seseorang hingga menjadi jutawan dan pengusaha, yang memulai karir hanya dengan modal dengkul. Mereka mulai dari nol besar dan membuka lapangan kerja pada umumnya.
Abraham Lincoln dulu tidak pernah masuk Universitas tetapi dunia mengenalnya sebagai presiden Amerika pejuang persamaan hak-hak azasi manusia. Levi Strauss adalah termasuk orang yang gagai dalam sekolah tetapi ia dapat mengembangkan pola pikirannya hingga banyak orang memakai celana Levi’s yang, populer itu. Thomas Alva Edison tidak pernah belajar di sekolah lanjutan tetapi ia berhasil dengan bola listrik yang tetap dipakai orang diwaktu malam. Sigmund Freud adalah orang yang gagal memasuki fakultas Psikologi, tetapi ia tidak berputus asa. Dia belajar sendiri dengan membaca banyak dan berkarya. Sekarang kita mengenal namanya sebagai orang yang paling ahli dalam bidang Psikologi dan terkenal dengan analisa-analisanya. Masih banyak lagi contoh-contoh orang yang sukses termasuk orang-orang yang berada dalam propinsi, kota atau lingkungan kita sendiri.
Kita sering mendengar komentar remaja tentang orang-orang yang berhasil “Ah mereka sudah ditakdirkan jadi begitu”. Sebenarnya kesuksesan itu bukanlah takdir dan bukan pula nasib yang datang saja dari langit tanpa harus berusaha selangkah demi selangkah. Lantas apakah kunci sukses mereka? Mereka tidak memandang lembaga pendidik sebagai forum pencetak tokoh-tokoh masyarakat serta tokoh ilmu pengetahuan secara mutlak. Dan mereka tidak harus mahasiswa. Mereka tidak menganggap bahwa kalau sudah mahasiswa pasti punya masa depan yang cerah. Yang perlu bagi mereka adalah terus berusaha dan terus terjun ke kancah kehidupan. Mereka tekun menggeluti suatu bidang yang bisa dikerjakan ditengah masyarakat yang hiruk pikuk dengan sejuta macam pekerjaan.
Orang-orang macam begini memandang kemuka dan melihat suatu kesempatan yang terbentang luas. Mereka mulai belajar dan kehidupan tanpa mengenal lelah dan menyerah tanpa membuat teori yang bertele-tele, tetapi memikirkan analisa yang langsung dan tetap. Punya daya prakarsa dan vitalitas kerja yang tinggi. Mereka mempergunakan otak dan memperhitungkan gerak tangan dan kaki. Orang-orang macam inilah yang selalu mencapai sukses dalam masyarakat jadi buah semata-mata karena takdir atau nasib mujur. Merekalah yang turut menentukan keberhasilan itu.
Banyak orang yang berpandangan keliru, mereka menganggap bahwa seandainya seseorang bisa tamat pada perguruan tinggi tertentu maka akan mudah untuk memperoleh jabatan dan pekerjaan yang basah. Semua itu banyak tidak benarnya. Image yang demikian sama dengan Image yang dimiliki oleh orang-orang di kampung kita. Mereka mau saja menjual sawah dan ladang serta harta benda milik mereka asalkan anak bisa masuk universitas dan yang penting adalah menjadi mahasiswa. Bagi mereka gambaran seorang mahasiswa adalah orang yang terhormat, orang pandai dan calon penguasa negeri. Tak perduli walau mencangkul sawah tetangga yang penting anak bisa jadi mahasiswa, sungguh perlu dikasihi.
Banyak pelajar yang gagal masuk perguruan tinggi lantas frustasi sehingga memandang ke depan dengan rasa pesimis. Padahal sebetulnya ini tidak perlu terjadi. Alangkah baik bila remaja yang gagal itu melihat alam sekeliling dengan seksama sambil mempelajari orang-orang yang sukses di sekitar mereka. Insya Allah mereka akan segera tahu bahwa anggapan masa depan itu suram adalah anggapan keliru. http://penulisbatusangkar.blogspot.com/
(Sukses Tidak Selalu Lewat Universitas)
Oleh: Marjohan
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar
HARUSKAH remaja tamatan SLTA frustrasi bila gagal untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi negeri?. Sudah menjadi pemandangan umum setiap tahun bagi kita untuk menanggapi eksistensi ini. Putera-puteri kita lepas dari SLTA berbondong-bondong pergi mengundi nasib untuk memperebutkan kursi-kursi di perguruan tinggi negeri. Kemudian bila hasil ujian diumumkan, maka sampailah mereka kedalam musim hujan tangis bagi putri manis dan keadaan duka bagi putera-puteranya. Sedangkan yang dapat bergembira paling cuma sekian belas persen. Dan sekian puluh persen lagi sungguh merupakan ledakan angka kesedihan. Tetapi perlukah mereka harus bersedih? Dan haruskah menganggur untuk selanjutnya? Tentu kita tidak perlu menganggur, sebab kitapun bisa mencari kesuksesan. Tidak selalu sukses dan keberuntungan itu dicapai lewat bangku universitas.
Untuk mencapai sukses itu tentu dengan jalan berwiraswasta. “Berwiraswasta?”. Ah sebuah kata yang memuaskan, dan memang banyak anak remaja yang sudah bosan dan jenuh mendengar perkataan ini. Pasti mereka beralasan bahwa tidak mungkin berwiraswasta kalau hanya dengan modal dengkul saja.
“Banyak cerita-cerita yang menguraikan perjalanan keberhasilan hidup seseorang hingga menjadi jutawan dan pengusaha, yang memulai karir hanya dengan modal dengkul. Mereka mulai dari nol besar dan membuka lapangan kerja pada umumnya.
Abraham Lincoln dulu tidak pernah masuk Universitas tetapi dunia mengenalnya sebagai presiden Amerika pejuang persamaan hak-hak azasi manusia. Levi Strauss adalah termasuk orang yang gagai dalam sekolah tetapi ia dapat mengembangkan pola pikirannya hingga banyak orang memakai celana Levi’s yang, populer itu. Thomas Alva Edison tidak pernah belajar di sekolah lanjutan tetapi ia berhasil dengan bola listrik yang tetap dipakai orang diwaktu malam. Sigmund Freud adalah orang yang gagal memasuki fakultas Psikologi, tetapi ia tidak berputus asa. Dia belajar sendiri dengan membaca banyak dan berkarya. Sekarang kita mengenal namanya sebagai orang yang paling ahli dalam bidang Psikologi dan terkenal dengan analisa-analisanya. Masih banyak lagi contoh-contoh orang yang sukses termasuk orang-orang yang berada dalam propinsi, kota atau lingkungan kita sendiri.
Kita sering mendengar komentar remaja tentang orang-orang yang berhasil “Ah mereka sudah ditakdirkan jadi begitu”. Sebenarnya kesuksesan itu bukanlah takdir dan bukan pula nasib yang datang saja dari langit tanpa harus berusaha selangkah demi selangkah. Lantas apakah kunci sukses mereka? Mereka tidak memandang lembaga pendidik sebagai forum pencetak tokoh-tokoh masyarakat serta tokoh ilmu pengetahuan secara mutlak. Dan mereka tidak harus mahasiswa. Mereka tidak menganggap bahwa kalau sudah mahasiswa pasti punya masa depan yang cerah. Yang perlu bagi mereka adalah terus berusaha dan terus terjun ke kancah kehidupan. Mereka tekun menggeluti suatu bidang yang bisa dikerjakan ditengah masyarakat yang hiruk pikuk dengan sejuta macam pekerjaan.
Orang-orang macam begini memandang kemuka dan melihat suatu kesempatan yang terbentang luas. Mereka mulai belajar dan kehidupan tanpa mengenal lelah dan menyerah tanpa membuat teori yang bertele-tele, tetapi memikirkan analisa yang langsung dan tetap. Punya daya prakarsa dan vitalitas kerja yang tinggi. Mereka mempergunakan otak dan memperhitungkan gerak tangan dan kaki. Orang-orang macam inilah yang selalu mencapai sukses dalam masyarakat jadi buah semata-mata karena takdir atau nasib mujur. Merekalah yang turut menentukan keberhasilan itu.
Banyak orang yang berpandangan keliru, mereka menganggap bahwa seandainya seseorang bisa tamat pada perguruan tinggi tertentu maka akan mudah untuk memperoleh jabatan dan pekerjaan yang basah. Semua itu banyak tidak benarnya. Image yang demikian sama dengan Image yang dimiliki oleh orang-orang di kampung kita. Mereka mau saja menjual sawah dan ladang serta harta benda milik mereka asalkan anak bisa masuk universitas dan yang penting adalah menjadi mahasiswa. Bagi mereka gambaran seorang mahasiswa adalah orang yang terhormat, orang pandai dan calon penguasa negeri. Tak perduli walau mencangkul sawah tetangga yang penting anak bisa jadi mahasiswa, sungguh perlu dikasihi.
Banyak pelajar yang gagal masuk perguruan tinggi lantas frustasi sehingga memandang ke depan dengan rasa pesimis. Padahal sebetulnya ini tidak perlu terjadi. Alangkah baik bila remaja yang gagal itu melihat alam sekeliling dengan seksama sambil mempelajari orang-orang yang sukses di sekitar mereka. Insya Allah mereka akan segera tahu bahwa anggapan masa depan itu suram adalah anggapan keliru. http://penulisbatusangkar.blogspot.com/