MENYELENGGARAKAN SEKOLAH UNGGUL PERLU MEMBUDAYAKAN GEMAR MEMBACA
Oleh : Marjohan
Akhir-akhir ini ada ide untuk menyelenggarakan, sekolah unggul. Tentu ini amal membanggakan kita semua, sebab selama ini seolah-olah orang kita, cuma tenggelam dalam kritik-mengkritik saja. Halaman surat kabar clan media lain banyak menceritakan tentang kualitas dunia pendidikan yang rendah. Kemudian pemikir pendidikan mengadakan usaha tambal sulam dan sedikit perubahan-perubahan dimana pada akhirnya tetap menunjukkan kualitas yang tidak beranjak.
Kata orang tua-tua, karena mudahnya untuk bersekolah sekarang membuat orang ada yang memandang enteng saja dunia pendidikan. Tingkat kebenaran pernyataan ini tentu tergantung kepada persepsi kita masing-masing. Yang jelas dalam pandangan kita tetap ada murid yang semangat belajar tinggi tetapi banyak pula mereka yang memandang sekolah ini sebagai main-main saja. Agaknya setiap kita pernah mendengar guyon-guyon lucu yang mereka katakan: Sekolah itu pergaulan, SPP sumbangan dan buku rapor undangan.
Sebelum istilah sekolah unggul muncul dalam surat kabar, dulu telah ada pula istilah sekolah plus. Untuk SMA bernama SMA PLUS. Bisa jadi bahwa sekolah plus itu lah yang dikenal dengan istilah sekolah unggul clan ini telah berdiri di Indonesia. Dimana sebagai contoh dan patokan pula bagi daerah-daerah lain yang berminat mengikutinya.
Arti “Plus” atau “unggul” adalah menunjukkan jaminan mutu. Sebab kita mengharapkan sekolah-sekolah unggul dapat mengeluarkan lulusan yang bermutu. Ada dua sekolah yang menyelenggarakan sekolah unggul di Indonesia, yaitu SMA Taruna Nusantara Magelang dan SMA Soposurung. Tentu akan dan telah bermunculan pula ditempat-tempat lain.
SMA Taruna Nusantara, yang didirikan tahun 1990 di Magelang, merupakan SMA Plus (unggul) swasta murni yang berdiri alas kerja sama 'MABES ABRI dan perguruan Taman Siswa. SMA Soposurung, di Sumatera Utara, dimulai tahun 1991, menggunakan model kerja sama pemerintah dan swasta. Pemerintah menyediakan SMA Negeri 3 Soposurung, sementara yayasan Soposurung membangun asrama; menyediakan bea siswa clan membiayai pendidikan ekstrakurikuler.
Keunggulan SMA-SMA diatas, nilainya, ada pada asrama yang tidak hanya sebagai tempat menginap. Asrama untuk sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas penunjang clan bimbingan bagi siswa di luar jam pelajaran. Artinya pendidikan yang diberikan boleh dikatakan terintegrasi antara pendidikan di kelas dan pendidikan mental disiplin asrama.
Belajar dan tinggal di sekolah unggul semua serba diatur. Saat baru bangun tidur, pukul lima pagi, siswa-siswa langsung digiring untuk senam pagi. Lalu ada bimbingan rohani sebelum makan pagi dan berangkat sekolah. Seusai sekolah ada berbagai kegiatan dari olah raga, berdiskusi sampai pada ceramah ilmiah. Demikian kata salah seorang siswa SMA Taruna Nusantara asal Sumatera Barat.
Tahun lalu beberapa provinsi juga akan membuka beberapa sekolah unggul, SMA Plus, yang semuanya mengacu pada model SMA Taruna Magelang atau SMA Soposurung Sumatera Utara. Begitu pula halnya dengan provinsi ini, Sumatera Barat, di mata jajaran Depdikbud telah menyelenggarakan rapat-rapat kerja tentang penyelenggaraan sekolah unggul.
Agaknya menarik juga mengikuti tulisan Naswardi dalam pojok komentar yang berbunyi “Padang perlu sekolah unggul” (Singgalang, 31 Januari 1995). Dalam tulisan itu dinyatakan tentang misi sekolah unggul yakni meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya manusia Indonesia sebagai subyek dan wahana untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Menurutnya bahwa sekolah unggul tidak semudah yang dibayangkan dan harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi. Faktor yang menentukan dalam penyelenggaraan sekolah unggul adalah penerapan dan pengembangan kurikulum, dan proses belajar mengajar yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan logika, kreatif dan estetika. Disamping pembenahan proses pengadaan, pengangkatan, penempatan dan pembinaan tenaga pendidik.
Kemudian, kepala sekolah menduduki peran yang amat penting dalam pengembangan dan mengelola seluruh sumber daya yang dapat mendukung keunggulan sistem sebuah sekolah unggul. Ia mempunyai kemampuan manejerial yang tinggi dan pengalaman sebagai kepala sekolah minimal tiga tahun.
Guru yang selalu berhadapan dengan murid di sekolah menempati peranan kunci dalam mengelola kegiatan proses belajar mengajar. Pada jenjang Sekolah Dasar sebagai sekolah unggul yang dirintis akan menggunakan pendekatan sistem guru kelas. Sedangkan pada tingkat SMP dan SMA menggunakan sistem guru mata pelajaran. Keunggulan guru tidak hanya ditakar dari kemampuan intelektualnya melainkan juga keunggulan aspek moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin, bertanggung jawab, keluasan wawasan kependidikannya dalam mengelola kegiatan proses belajar mengajar.
Rasanya untuk menyelenggarakan sebuah sekolah unggul betul-betul memerlukan rencana dan persiapan yang matang dan komplit. Dan semua ini amat didukung oleh penyediaan dana yang besar. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dan kwantitas dunia pendidikan kita dana inilah yang selalu menjadi kendala. Bayangkan saja untuk anggaran pendidikan yang disediakan negara kita cuma sekian persen saja, belum apa-apa dengan jumlah anggaran militer dan sebagainya. Konon kabarnya persentase anggaran pendidikan di negara kita terendah untuk tingkat negara ASEAN. Namun untuk kelancaran sekolah-sekolah unggul, yang tadi disebutkan, tergantung banyak kepada sokongan swasta. Mengingat begitu banyaknya jumlah sekolah di negeri ini, tentu cuma segelintir saja jumlah keberadaan sekolah unggul ini. Kecuali nanti apabila kondisi negara kita amat mapan secara (pengadaan) materil dan spiritual. Bagaimana dengan keberadaan sekolah-sekolah lain, padahal memperoleh pendidikan yang berkualitas adalah termasuk hak mereka dan kita semua. Kalau begitu menyelenggarakan sekolah unggul adalah juga sebuah hak yang harus dipikirkan dan diperhitungkan.
Untuk menjadi unggul (pintar) faktor tempat tidaklah selalu menentukan. Seseorang yang berada di pedalaman Irian Jaya dapat saja menjadi orang yang unggul atau berpikiran moderen kalau ia sanggup mengembangkan potensial diri dan otak adalah potensial utama kita. Begitu pula halnya dengan sekolah-sekolah, tetaplah disana ada tenaga potensial yang dapat dikembangkan. Selama ini ada sebuah potensial sekolah yang belum dimanfaatkan secara penuh yaitu “pustaka”.
Untuk menyelenggarakan sekolah unggul tentu (kita) perlu membudayakan gemar membaca. Sebab tanpa gemar membaca sekolah unggul yang diharapkan tentu cuma selalu berada dalam mimpi.
Menyelenggarakan sekolah unggul ala SMA Taruna Magelang bagi sekolah-sekolah di daerah tentulah di luar kemampuan karena biayanya amat mahal. Tetapi menyelenggarakan sekolah unggul dalam arti kata peningkatan mutu ini memerlukan kemauan kita dalam membelajarkan diri agar wawasan pendidikan dan intelektual kita meningkat.
Untuk ini usaha kita amat berhubungan dengan buku dari perpustakaan. Untuk itu keberadaan perpustakaan sekolah, sekali lagi, perlu dikembangkan agar budaya gemar membaca dapat terwujud.
Kalau kita perhatikan kegiatan siswa di luar jam pelajaran di sekolah cuma hura-hura melulu dalam arti kata tidak seberapa siswa yang melatih minat dengan keberadaan pustaka, kalaupun ada pustaka di kebanyakan sekolah cuma minim fasilitas dan terkunci melulu. Ini menunjukkan kondisi minat baca yang rendah. Padahal syarat untuk maju musti gemar membaca.
Kondisi minat baca yang rendah pada tingkat SD dan sekolah menengah membawa pengaruh pada tingkat selanjutnya. Tingkat dasar harus menjadi perhatian utama. Karena semakin baik peranan di tingkat dasar ini akan semakin baik pula untuk tingkat selanjutnya. Kalau kita amati kebiasaan membaca yang rendah pada waktu sekolah dasar menyebabkan kebiasaan membaca pada tingkat SLTP dan SLTA rendah pula. Pada akhirnya pada tingkat perguruan tinggi demikian pula dimana mahasiswanya banyak yang kasak kusuk dan tidak percaya diri. Menghadapi masa tentamen (ujian) dengan sistem sopir atau mengandalkan jimat ala anak SMA. Kelak dalam menyelesaikan skripsi dan tesis ban yak yang kelabakan terpaksa comot sana comot sini.
Minat baca yang rendah tentu saja dapat ditingkatkan. Dalam upaya ini penyediaan sarana amat penting di kalangan generasi muda. Membenahi pustaka dengan menyingkirkan tempatkan buku-buku teks yang tidak terpakai dan menempatinya dengan bahan bacaan yang menarik dan merangsang intelektual siswa amat bermanfaat. Sudah sepatutnya pihak sekolah, dan jajaran pendidikan, untuk memikirkan melowongan waktu yang agak panjang agar siswa punya kesempatan untuk menikmati keberadaan pustaka. Kemudian memperkenalkan buku-buku yang bermanfaat kepada anak didik agar mereka dapat mengenal.
Sebab seperti kata-kata romantis “tak kenal maka tak cinta”. Andai kata siswa-siswa (generasi muda) telah mengenal indahnya buku tentu kelak budaya membaca akan dapat terwujud. Kalau membaca telah membudaya tentu harga buku tidaklah menjadi persoalan bagi mereka, sebab bukankah untuk membeli sarana hiburan yang jauh lebih mahal mampu orang tua mereka memenuhinya.
Terakhir, kalau mereka telah membudayakan kebiasaan membaca tentu mereka nanti dapat menjadi siswa-siswa yang unggul yang selanjutnya akan menentukan keunggulan sekolah.
Oleh : Marjohan
Akhir-akhir ini ada ide untuk menyelenggarakan, sekolah unggul. Tentu ini amal membanggakan kita semua, sebab selama ini seolah-olah orang kita, cuma tenggelam dalam kritik-mengkritik saja. Halaman surat kabar clan media lain banyak menceritakan tentang kualitas dunia pendidikan yang rendah. Kemudian pemikir pendidikan mengadakan usaha tambal sulam dan sedikit perubahan-perubahan dimana pada akhirnya tetap menunjukkan kualitas yang tidak beranjak.
Kata orang tua-tua, karena mudahnya untuk bersekolah sekarang membuat orang ada yang memandang enteng saja dunia pendidikan. Tingkat kebenaran pernyataan ini tentu tergantung kepada persepsi kita masing-masing. Yang jelas dalam pandangan kita tetap ada murid yang semangat belajar tinggi tetapi banyak pula mereka yang memandang sekolah ini sebagai main-main saja. Agaknya setiap kita pernah mendengar guyon-guyon lucu yang mereka katakan: Sekolah itu pergaulan, SPP sumbangan dan buku rapor undangan.
Sebelum istilah sekolah unggul muncul dalam surat kabar, dulu telah ada pula istilah sekolah plus. Untuk SMA bernama SMA PLUS. Bisa jadi bahwa sekolah plus itu lah yang dikenal dengan istilah sekolah unggul clan ini telah berdiri di Indonesia. Dimana sebagai contoh dan patokan pula bagi daerah-daerah lain yang berminat mengikutinya.
Arti “Plus” atau “unggul” adalah menunjukkan jaminan mutu. Sebab kita mengharapkan sekolah-sekolah unggul dapat mengeluarkan lulusan yang bermutu. Ada dua sekolah yang menyelenggarakan sekolah unggul di Indonesia, yaitu SMA Taruna Nusantara Magelang dan SMA Soposurung. Tentu akan dan telah bermunculan pula ditempat-tempat lain.
SMA Taruna Nusantara, yang didirikan tahun 1990 di Magelang, merupakan SMA Plus (unggul) swasta murni yang berdiri alas kerja sama 'MABES ABRI dan perguruan Taman Siswa. SMA Soposurung, di Sumatera Utara, dimulai tahun 1991, menggunakan model kerja sama pemerintah dan swasta. Pemerintah menyediakan SMA Negeri 3 Soposurung, sementara yayasan Soposurung membangun asrama; menyediakan bea siswa clan membiayai pendidikan ekstrakurikuler.
Keunggulan SMA-SMA diatas, nilainya, ada pada asrama yang tidak hanya sebagai tempat menginap. Asrama untuk sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas penunjang clan bimbingan bagi siswa di luar jam pelajaran. Artinya pendidikan yang diberikan boleh dikatakan terintegrasi antara pendidikan di kelas dan pendidikan mental disiplin asrama.
Belajar dan tinggal di sekolah unggul semua serba diatur. Saat baru bangun tidur, pukul lima pagi, siswa-siswa langsung digiring untuk senam pagi. Lalu ada bimbingan rohani sebelum makan pagi dan berangkat sekolah. Seusai sekolah ada berbagai kegiatan dari olah raga, berdiskusi sampai pada ceramah ilmiah. Demikian kata salah seorang siswa SMA Taruna Nusantara asal Sumatera Barat.
Tahun lalu beberapa provinsi juga akan membuka beberapa sekolah unggul, SMA Plus, yang semuanya mengacu pada model SMA Taruna Magelang atau SMA Soposurung Sumatera Utara. Begitu pula halnya dengan provinsi ini, Sumatera Barat, di mata jajaran Depdikbud telah menyelenggarakan rapat-rapat kerja tentang penyelenggaraan sekolah unggul.
Agaknya menarik juga mengikuti tulisan Naswardi dalam pojok komentar yang berbunyi “Padang perlu sekolah unggul” (Singgalang, 31 Januari 1995). Dalam tulisan itu dinyatakan tentang misi sekolah unggul yakni meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya manusia Indonesia sebagai subyek dan wahana untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Menurutnya bahwa sekolah unggul tidak semudah yang dibayangkan dan harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi. Faktor yang menentukan dalam penyelenggaraan sekolah unggul adalah penerapan dan pengembangan kurikulum, dan proses belajar mengajar yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan logika, kreatif dan estetika. Disamping pembenahan proses pengadaan, pengangkatan, penempatan dan pembinaan tenaga pendidik.
Kemudian, kepala sekolah menduduki peran yang amat penting dalam pengembangan dan mengelola seluruh sumber daya yang dapat mendukung keunggulan sistem sebuah sekolah unggul. Ia mempunyai kemampuan manejerial yang tinggi dan pengalaman sebagai kepala sekolah minimal tiga tahun.
Guru yang selalu berhadapan dengan murid di sekolah menempati peranan kunci dalam mengelola kegiatan proses belajar mengajar. Pada jenjang Sekolah Dasar sebagai sekolah unggul yang dirintis akan menggunakan pendekatan sistem guru kelas. Sedangkan pada tingkat SMP dan SMA menggunakan sistem guru mata pelajaran. Keunggulan guru tidak hanya ditakar dari kemampuan intelektualnya melainkan juga keunggulan aspek moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin, bertanggung jawab, keluasan wawasan kependidikannya dalam mengelola kegiatan proses belajar mengajar.
Rasanya untuk menyelenggarakan sebuah sekolah unggul betul-betul memerlukan rencana dan persiapan yang matang dan komplit. Dan semua ini amat didukung oleh penyediaan dana yang besar. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dan kwantitas dunia pendidikan kita dana inilah yang selalu menjadi kendala. Bayangkan saja untuk anggaran pendidikan yang disediakan negara kita cuma sekian persen saja, belum apa-apa dengan jumlah anggaran militer dan sebagainya. Konon kabarnya persentase anggaran pendidikan di negara kita terendah untuk tingkat negara ASEAN. Namun untuk kelancaran sekolah-sekolah unggul, yang tadi disebutkan, tergantung banyak kepada sokongan swasta. Mengingat begitu banyaknya jumlah sekolah di negeri ini, tentu cuma segelintir saja jumlah keberadaan sekolah unggul ini. Kecuali nanti apabila kondisi negara kita amat mapan secara (pengadaan) materil dan spiritual. Bagaimana dengan keberadaan sekolah-sekolah lain, padahal memperoleh pendidikan yang berkualitas adalah termasuk hak mereka dan kita semua. Kalau begitu menyelenggarakan sekolah unggul adalah juga sebuah hak yang harus dipikirkan dan diperhitungkan.
Untuk menjadi unggul (pintar) faktor tempat tidaklah selalu menentukan. Seseorang yang berada di pedalaman Irian Jaya dapat saja menjadi orang yang unggul atau berpikiran moderen kalau ia sanggup mengembangkan potensial diri dan otak adalah potensial utama kita. Begitu pula halnya dengan sekolah-sekolah, tetaplah disana ada tenaga potensial yang dapat dikembangkan. Selama ini ada sebuah potensial sekolah yang belum dimanfaatkan secara penuh yaitu “pustaka”.
Untuk menyelenggarakan sekolah unggul tentu (kita) perlu membudayakan gemar membaca. Sebab tanpa gemar membaca sekolah unggul yang diharapkan tentu cuma selalu berada dalam mimpi.
Menyelenggarakan sekolah unggul ala SMA Taruna Magelang bagi sekolah-sekolah di daerah tentulah di luar kemampuan karena biayanya amat mahal. Tetapi menyelenggarakan sekolah unggul dalam arti kata peningkatan mutu ini memerlukan kemauan kita dalam membelajarkan diri agar wawasan pendidikan dan intelektual kita meningkat.
Untuk ini usaha kita amat berhubungan dengan buku dari perpustakaan. Untuk itu keberadaan perpustakaan sekolah, sekali lagi, perlu dikembangkan agar budaya gemar membaca dapat terwujud.
Kalau kita perhatikan kegiatan siswa di luar jam pelajaran di sekolah cuma hura-hura melulu dalam arti kata tidak seberapa siswa yang melatih minat dengan keberadaan pustaka, kalaupun ada pustaka di kebanyakan sekolah cuma minim fasilitas dan terkunci melulu. Ini menunjukkan kondisi minat baca yang rendah. Padahal syarat untuk maju musti gemar membaca.
Kondisi minat baca yang rendah pada tingkat SD dan sekolah menengah membawa pengaruh pada tingkat selanjutnya. Tingkat dasar harus menjadi perhatian utama. Karena semakin baik peranan di tingkat dasar ini akan semakin baik pula untuk tingkat selanjutnya. Kalau kita amati kebiasaan membaca yang rendah pada waktu sekolah dasar menyebabkan kebiasaan membaca pada tingkat SLTP dan SLTA rendah pula. Pada akhirnya pada tingkat perguruan tinggi demikian pula dimana mahasiswanya banyak yang kasak kusuk dan tidak percaya diri. Menghadapi masa tentamen (ujian) dengan sistem sopir atau mengandalkan jimat ala anak SMA. Kelak dalam menyelesaikan skripsi dan tesis ban yak yang kelabakan terpaksa comot sana comot sini.
Minat baca yang rendah tentu saja dapat ditingkatkan. Dalam upaya ini penyediaan sarana amat penting di kalangan generasi muda. Membenahi pustaka dengan menyingkirkan tempatkan buku-buku teks yang tidak terpakai dan menempatinya dengan bahan bacaan yang menarik dan merangsang intelektual siswa amat bermanfaat. Sudah sepatutnya pihak sekolah, dan jajaran pendidikan, untuk memikirkan melowongan waktu yang agak panjang agar siswa punya kesempatan untuk menikmati keberadaan pustaka. Kemudian memperkenalkan buku-buku yang bermanfaat kepada anak didik agar mereka dapat mengenal.
Sebab seperti kata-kata romantis “tak kenal maka tak cinta”. Andai kata siswa-siswa (generasi muda) telah mengenal indahnya buku tentu kelak budaya membaca akan dapat terwujud. Kalau membaca telah membudaya tentu harga buku tidaklah menjadi persoalan bagi mereka, sebab bukankah untuk membeli sarana hiburan yang jauh lebih mahal mampu orang tua mereka memenuhinya.
Terakhir, kalau mereka telah membudayakan kebiasaan membaca tentu mereka nanti dapat menjadi siswa-siswa yang unggul yang selanjutnya akan menentukan keunggulan sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them