Sistem Pendidikan Di Australia
Saat kami berkunjung ke Departemen
Pendidikan Victoria di kota Melbourne, kami memperoleh pencerahan tentang
system pendidikan di negara ini. Ms Helen Meyer- salah seorang nara sumber-
mengatakan bahwa informasi tentang pendidikan Australia juga bisa diperoleh
pada situs pendidikan (http://www.atdiknas-canberra.org/sekolah-sd-sma/sistem-pendidikan).
Perlu
diketahui bahwa menurut UUD Australia, setiap pemerintah negara bagian di
Australia bertanggung jawab atas bidang pendidikan pada tingkat sekolah di
bagian tersebut. Pemerintah Australia tidak memiliki kekuasaan dalam bidang
pendidikan, dan hanya dapat membuat kebijakan dalam bidang tersebut dengan
persetujuan dari negara bagian yang bersangkutan. Pendanaan pokok sekolah
dilakukan oleh pemerintah negara bagian, namun pemerintah Australia juga
memberikan dana tambahan untuk program tertentu.
1). Tahun
akademik di Australia dimulai pada akhir bulan Januari dan berakhir pada
pertengahan bulan Desember. Tahun akademik dibagi ke dalam empat term dimana
setiap term yang lamanya kurang lebih 10 minggu. Pada akhir setiap term,
para murid mendapatkan dua minggu liburan, namun pada akhir tahun semua murid
mendapatkan liburan selama kurang lebih enam minggu.
2). Di
Australia, sekolah dimulai dengan kindergarten (taman kanak-kanak) dan
dilanjutkan dari kelas 1 sampai kelas 12. Terdapat tiga tingkat sekolah, yaitu:
a). Primary
school (sekolah dasar): taman kanak-kanak sampai kelas 6 atau kelas
7 (tergantung pada negara bagiannya).
b). High
school (sekolah menengah pertama): kelas 7 atau 8 sampai kelas 10
(tergantung pada negara bagiannya).
c). Senior
high school/senior secondary school/college (sekolah menengah atas):
kelas 11 sampai kelas 12.
3). Murid
di Australia mulai sekolah pada umur 4,5 tahun sampai 5,5 tahun (kindergarten).
Orang tua murid wajib menyekolahkan anaknya sampai dengan usia 15 atau 16 tahun
(tergantung pada negara bagiannya). Jika
anaknya tidak rajin masuk sekolah, orang tua dikenakan denda/sanksi.
4). Pada tingkat high school, semakin
tinggi tingkat sekolah, murid semakin bebas memilih mata pelajaran yang akan
diambil. Pada tingkat senior secondary school, murid boleh memilih
hampir semua mata pelajaran sesuai dengan keinginannya. Sebagaian besar dari high
school dan senior secondary school juga menawarkan mata pelajaran
yang bersifat kejuruan, seperti perhotelan, turisme, muatan lokal; teknik kayu,
teknik logam (hospitality, tourism, woodworking, metal working).
5). Pada akhir kelas 12, murid sekolah
mendapatkan Year 12 certificate. Piagam tersebut disertai transkrip
nilai mata pelajaran yang telah diambil dengan nilai yang diraih. Untuk
sebagian besar dari mata pelajaran pada tingkat kelas 12, nilai siswa dihitung
dari tugas sekolah serta hasil ujian di negara bagian yang dilakukan pada akhir
tahun. Nilai tersebut dapat langsung digunakan untuk mendaftar ke universitas,
tanpa perlu diuji lagi.
6). Di
Australia, terdapat public schools (sekolah-sekolah negeri) dan private
schools (sekolah-sekolah swasta). Kurang lebih dua pertiga dari murid
bersekolah di sekolah negeri, sedangkan sisanya bersekolah di sekolah swasta.
Private schools di Australia dibagi menjadi dua kelompok: yang berafiliasi
pada agama (biasanya Katolik atau Protestan, tetapi ada juga sekolah Islam) dan
yang tidak berafiliasi kepada agama (independent schools).
1. Sistem Pengelolaan
1). Di semua Negara bagian kecuali Australian
Capital Territory (ACT), sekolah dasar dan menegah dikelola oleh departemen
pendidikan di masing-masing negara bagian. Di setiap sekolah, termasuk di ACT,
terdapat asosiasi Parents and Citizens Association (P&C), yang
terdiri atas orang tua dari murid. P&C tersebut dapat memberikan masukan
atau rekomendasi kepada pihak sekolah, dan kadang-kadang mengumpulkan dana
tambahan untuk sekolah dengan mengadakan acara fundraising atau menjalin
hubungan dengan bisnis setempat.
2). ACT
memiliki sistem yang berbeda, disebut School Based Management, di mana
setiap sekolah bebas dalam hal pengelolaan. Setiap sekolah dikelola oleh School
Board yang terdiri atas Kepala Sekolah, beberapa guru, dan beberapa orang
tua dari murid. School Board tersebut bertanggung jawab atas segala
aspek pengelolaan sekolah, termasuk: proses seleksi kepala sekolah, guru dan
staf lain di sekolah, pengelolaan rutin sekolah, alokasi pendanaan yang diberikan
oleh pemerintah ACT, pemilihan bahasa asing yang akan diarjakan di sekolah,
pelaksanaan program khusus, dan sebagainya.
2. Kurikulum
1). Di
semua negara bagian kecuali (ACT) kurikulum ditetapkan oleh departemen
pendidikan. Namun, di ACT terdapat sistem managemen sekolah School Based
Management di mana pihak sekolah bertanggung jawab atas pembuatan kurikulum
dan materi. Dalam sistem tersebut, para guru mengembangkan kurikulum sendiri
untuk mata pelajaran masing-masing. Setiap tahun, semua kurikulum diajukan
kepada departemen pendidikan untuk proses evaluasi. Jika kurikulum tertentu
dianggap tidak memenuhi standar minimal, pihak departemen dapat meminta agar
kurikulum direvesi atau bahkan dapat menolak kurikulum tersebut.
2). Di
setiap negara bagian kurikulum untuk Year 11 dan Year 12, yaitu
tingkat SMA, dibuat oleh badan khusus di bawah departemen pendidikan, yang
biasnaya disebut Senior Secondary Board. Selain pengembangan kurikulum,
badan tersebut juga bertanggung jawab atas pelaksanaan ujian yang dilakukan
pada akhir Year 12 dan pengeluaran Year 12 Certificate.
3). Pemerintah
Australia ingin menetapkan kurikulum nasional (national curriculum)
dalam berbagai bidang studi, yaitu bahasa Inggris, Sejarah, Matematika, dan
Ilmu Pengetahuan. Dalam hal ini, pemerintah nasional sedang bekerjasama dengan
pemerintah negara bagian, sebab perubahan kurikulum hanya dapat dilakukan atas
persetujuan negara bagian.
3. Standar Lulusan
1). Pada tingkat SD dan SMP, murid
meluluskan setiap year pembelajaran atas rekomendasi dari guru.
Rekomendasi guru berdasarkan perkembangan murid selama seluruh tahun, dan tidak
berdasarkan ujian. Jarang sekali ada murid yang tidak lulus. Biasanya murid
tidak lulus karena umur atau sikap yang dianggap terlalu muda, bukan karena prestasi
belajar yang kurang memuaskan. Semua murid mendapatkan rapor pada akhir Term
dengan nilai prestasi belajar.
2). Pada
tingkat SMA, persyaratan kelulusan ditetapkan oleh Senior Secondary Board
masing-masing Negara bagian. Kelulusan berdasarkan beberapa faktor. Pertama,
murid harus mengambil mata pelajaran yang cukup pada setiap tahun, biasanya
lima mata pelajaran pada Year 12. Mata pelajaran ini sedikit sekali,
namun bahannya cukup mendalami. Kedua, ada persyaratan mengenai jenis mata
pelajaran yang boleh diambil, misalnya wajib mengambil minimal satu mata
pelajaran dari golongan Matematika/Ilmu Pengetahuan dan satu dari golongan
Bahasa/Ilmu Sosial. Syarat lainnya adalah harus mendapatkan nilai pass
(50 persen keatas) untuk semua mata pelajaran.
3). Di semua
negara bagian, kecuali ACT, nilai untuk mata pelajaran tingkat Year 12
berdasarkan dua atau tiga komponen, yaitu: hasil tugas sekolah, nilai ujian
akhir tahun yang dilaksanakan oleh Senior Secondary Board, dan
kadang-kadang suatu proyek. Nilai dari ujian akhir tahun juga digunakan untuk
menjaga standar kenilaian melalui proses moderation. Jika dalam sekolah
tertentu nilai berdasarkan hasil tugas sekolah tinggi sedangkan nilai
berdasarkan ujian akhir tahun rendah, maka nilai final murid-murid di sekolah tersebut
akan dikurangi.
4). Di ACT,
tetap dilakukan ujian akhir tahun pada tingkat Year 12. Namun, nilai
dari ujian itu hanya dilakukan untuk proses moderation yang tersebut
diatas. Nilai final berdasarkan hasil tugas sekolah saja.
5). Senior
Secondary Board masing-masing negara bagian mengeluarkan Year 12
Certificate serta transkrip akademik bagi semua murid yang lulus Year 12.
4. Sistem pembiayaan
1). Semua public school bebas biaya
sekolah. Namun, para orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah negeri
biasanya diminta untuk membayar voluntary payment (pembayaran
sukarelawan) yang tidak terlalu besar. Sebagian besar dari pendanaan pada
sekolah-sekolah negeri diberikan oleh pemerintah di masing-masing negara
bagian.
2). Sekolah-sekolah
yang berafiliasi pada agama, khususnya sekolah-sekolah Katolik, cenderung
menetapkan biaya sekolah yang rendah. Sebagian besar pendanaan sekolah-sekolah
yang berafilisasi pada agama diberikan oleh pemerintah, baik pemerintah negara
bagian maupun pemerintah nasional. Independent schools cenderung
menetapkan biaya sekolah yang cukup tinggi, hingga pendanaanya dari pemerintah
lebih sedikit.
5. Sistem Evaluasi
1). Ujian nasional di Australia, yaitu National
Assessment Program: Literacy and Numeracy (NAPLAN), baru dimulai pada tahun
2008. Sebelumnya, ujian kemampuan pada bidang pelajaran utama, seperti membaca,
menulis dan menghitung (biasanya disebut Basic Skills Test) dilakukan
oleh negara bagian masing-masing. Sebagian besar dari negara bagian
masing-masing tersebut mulai melaksanakan semacam Basic Skills Test pada
akhir tahun 1980an atau awal 1990an.
2). Terdapat
beberapa kelompok yang mengkritisi adanya ujian kemampuan yang semula dilakukan
pada tingkat nasional, termasuk sarikat guru, para orang tua, tokoh-tokoh
politik dan sebagainya. Namun pada umumnya, masyarakat telah menerima bahwa
ujian kemampuan semacam ini diperlukan.
3). Ujian
NAPLAN dilakukan setiap bulan Mei dan diikuti semua murid year 3, 5, 7
dan 9 (kelas 3 dan 5 SD, dan kelas 1 dan 3 SMP). Kemampuan murid dalam 4
(empat) bidang diuji, yaitu membaca, menulis, pemakaian bahasa Inggris (ejaan,
tata bahasa, tanda baca dan sebagainya), dan menghitung.
4). Hasil
ujian NAPLAN dikirimkan kepada sekolah dan orang tua murid. Hasilnya dapat
menunjukkan murid mana yang bermasalah dalam bidang-bidang tertentu, agar murid
tersebut dapat diberikan bantuan yang lebih dalam pelajarannya. Hasil ujian
NAPLAN juga dapat dibandingkan dengan negara bagian dan sekolah. Hal ini dapat
menunjukkan sekolah mana yang mempunyai tingkat dibawah standar nasional.
Sekolah-sekolah yang di bawah standar nasional akan diberikan dana tambahan
agar dapat meningkatkan mutu pengajaran.
5). Selain
NAPLAN, departemen pendidikan masing-masing negara bagian menggunakan berbagai
cara untuk mengevaluasi sekolah. Pihak sekolah sendiri melakukan self-evaluation
setiap tahun dengan melaporkan kepada departemen mengenai bidang-bidang yang
kurang memuaskan dan rencana untuk memerperbaiki hal tersebut. Departemen
pendidikan juga mengunjungi sekolah-sekolah untuk mengevaluasi situasi.
6. Pengajaran Pendidikan
Jasmani
1). Pendidikan jasmani wajib diajarkan pada
tingkat SD dan SMP, namun merupakan mata pelajaran pilihan pada tingkat SMA.
Mata pelajaran pendidikan jasmani pada tinkgat SMA lebih cenderung ke arah health
and nutrition, sports management dan sports psychology.
2). Pada
tingkat SD, murid biasnaya melakukan kegiatan olahraga di sekolah beberapa kali
seminggu. Ada jenis olahraga yang bersifat individu (seperti berlari dan senam)
dan ada juga yang bersifat beregu (seperti main bola dll). Jangka waktu minimal
untuk kegiatan olahraga ditetapkan oleh departemen pendidikan masing-masing
negara bagian. Murid SD juga belajar dasarnya tentang badan dan kesehatan,
termasuk golongan makanan dan diet yang sehat.
3). Pada
tingkat SMP, pelajaran jasmani lebih structured. Ada mata pelajaran
khusus untuk pendidikan jasmani, Physical Education, yang biasanya
diajarkan dua kali seminggu untuk total satu setengah jam. Fokus dari mata
pelajaran Physical Education adalah kegiatan olahraga, namun hal
kesehatan (termasuk diet, nutrisi, bahayanya narkoba, sex education dan
sebagainya) juga diajarkan.
4). Pada
saat ini pengajaran pendidikan jasmani sangat penting karena Australia sedang
mengalami krisis obesitas. Diperkirakan bahwa kurang lebih setengah dari
penduduk Australia, termasuk anak-anak, overweight atau bahkan obese.
Hal ini disebabkan gaya hidup, misalnya kebanyakan makanan junk food
(makanan yang kurang bergizi, seperti coklat dan chips) dan kekurangan
oleh raga (anak-anak cenderung lebih suka main game elektronik daripada
main di luar rumah). Oleh karena itu, pihak sekolah dan departemen pendidikan
sedang mencari cara baru untuk mengajarkan pendidikan jasmani. Salah satu
contoh adalah canteen sekolah. Setiap sekolah memiliki kantin yang
menjual makanan ringan dan makanan siang kepada murid. Telah bayak sekolah yang
memutuskan agar hanya makanan sehat yang akan dijual, seperti buah, sandwhich,
dan jus. Diharapkan bahwa melalui program seperti ini murid-murid akan dibiasakan
makan makanan sehat.
7. Bimbingan konseling
1). Pada tingkat sekolah menengah terdapat
seorang counselor yang bekerja full-time di setiap sekolah. Pada
tingkat SD biasanya tidak ada counselor yang bekerja full-time,
namun ada yang berkunjung sekolah sekali seminggu atau dua minggu sekali. Counselor
di sekolah harus berkualifikasi (berpendidikan tinggi dalam bidang psikologi
atau social work).
2). Murid
dapat berbicara langsung dengan counselor mengenai berbagai masalah,
baik masalah akademik maupun masalah non-akademik. Untuk masalah akademik,
disarankan agar murid berbicara dengan guru dulu, Namun, jika murid bermasalah
dengan guru, dapat berbicara dengan counselor. Masalah non-akademik
termasuk masalah-masalah pribadi seperti hal-hal kekeluargaan atau masalah bullying.
Counselor dapat memberikan nasehat kepada murid, dan jika perlu dapat
membahas masalah dengan pihak sekolah atau pihak lain yang bersangkutan. Namun,
jika demikian counselor harus selalu menghormati privasi murid dan tidak
boleh menyebutkan nama murid tanpa ijin. Jika menurut counselor suatu
masalah di luar bidang pengetahuannya, maka counselor dapat menyaran
agar murid bertemu dengan seroang lain yang lebih tahu tentang bidang itu.
3). Kadang-kadang
pihak sekolah dapat menyarankan kepada orang tua agar anaknya mengikuti program
counseling jika dianggap bahwa murid yang bersangkutan mengalami
kesulitan dalam pelajarannya atau tidak dapat dikendali sama sekali oleh guru.
Para guru wajib melapor kepada pihak sekolah, counselor dan departemen
jika mencurigai bahwa seorang anak mengalami kekerasan dalam rumah tangga