Siapa Itu Prof Dr Ismet Fanany
1. Masa Kecil Ismet
Saat aku kecil, sekolah di SMP Negeri 1 Payakumbuh, aku
pernah beberapa kali membaca fitur tentang Ismet Fanany, seorang sarjana
asal Minang yang menikah dengan orang Amerika. Saat aku kuliah di IKIP Padang
aku mengenal bahwa ia juga alumni IKIP Padang. Namun aku tidak tahu kampungnya.
Malah aku tidak pernah dengar dimana dia berada, tapi sekali- sekali aku sempat
membaca tentang profil dia pada surat
kabar terbitan Sumatera Barat.
Aku asli betul betul mengenal dia dan juga istrinya
sekarang di Melbourne. Aku beruntung bisa memperoleh kesempatan bisa mengenal
dan lebih dekat dengan Prof Dr Ismet Fanany dan istrinya Dr Rebecca Fanany.
Selama berada di Melbourne aku tidak sempat bertanya banyak tentang cerita
tentang dia waktu kecil. Namun bisa memperoleh informasi tentang sejarah hidup
Pak Ismet melalui Pak Jafar (yang sering dipanggil Ije di kampunya- Koto
Panjang, Batusangkar). Aku sudah berbincang- bincang dengan Pak Ije tentang Pak
Ismet Fanany, Ibu Rebecca dan juga tentang anak-anak mereka.
Ismet Fanany lahir di desa Koto Panjang- Batusangkar,
ayahnya bernaman Muchtar Isya dan ibunya Dasian Rasyid. Ismet menghabiskan masa
kecilnya pada sebuah rumah tua. Ia memiliki banyak saudara-semuanya ada 7
orang. Urutannya adalah seperti Prof Dr Mawardi (mantan Rektor UNP), Ismet
Fanany, Syafriwal Azzam (seorang apoteker), Damres Ukhar (di Bengkulu), Adduha
(Kepala SMPN 2 Sungayang), Rafsel Tashadi (dosen STAIN Batusangkar), Misdar
Putra (yang paling kecil dan berwiraswasta).
Nama anak yang terkecil yaitu “MISDAR” adalah singkatan
dari semua nama kakaknya yaitu “Mawardi- Ismet- Syafriwal- Damres- Adduha-
Rafsel”. Jadi idu jadinya. Ismet Fanany dan saudara- saudara cukup cerdas, mengapa
demikian ?
Pak Muchtar Isya (orang tua Ismet) adalah seorang guru
Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar. Ia punya karakter yang sangat dekat dengan
semua anak-anaknya. Ia menjadikan semua anaknya sebagai teman- diajak berbicara
dan berdiskusi setiap hari.
Meskipun mereka tumbuh di desa namun mereka cukup cerdas.
Ini ada faktor didikan bapaknya. Mereka membiasakan berkumpul dengan anak
setiap hari. Mereka berbicara tentang “What
to do, apa saja yang dilakukan”. Melihat kebiasaan positif yang demikian banyak
tetangga yang jadi iri dan ingin pula berbuat yang demikian. Kalau sudah
berkumpul dua atau tiga orang maka mereka mulai berbagi cerita.
“Kalau Ismet berasal dari kota besar dan ia cerdas itu
wajar, namun kalau ia cerdas dan ia berasal dari desa- belajar di SD dan PGA
(Pendidikan Guru Agama) maka itu perlu
dipelajari”.
Ketiga ia
kelas 3 PGA ia ikut ujian persamaan SMP dan lulus. Kelas 6 PGA maka ia ikut
ujian persamaan SMA dan lulus. Setelah itu ia melanjutkan studi ke IKIP Padang
jurusan Bahasa Inggris pada program Diploma-3. Ia kuliah dalam kondisi ekonomi
yang sulit. Itu karena ia berasal dari keluarga sederhana. Ibu hanya di rumah,
ayah hanya pegawai kecil dengan 7 orang anak. Ibunyamasih buta huruf namun
bagus mengelola keuangan rumah tangga.
Saat ia
kuliah di IKIP ia cukup aktif di kampus. Namun kondisi keuangannya sangat
susah, maka ia pernah ikut mengumpulkan cengkeh di Gunung Padang. Ia pernah
tinggal atau menompang tidur di kantor Senat Mahasiswa. Kalau malam tidur di
atas mejadengan sehelai tikar. Pergi kuliah hanya dengan sandal jepit.
2. Prestasi Ismet Melejit
Suatu
ketika seorang dosennya berkebangsaan Amerika, namanya Mr. Peter, ia ingin tahu
tentang Ismet- he wants to know who Ismet is. Karena Ismet memiliki prestasi
akademik yang sangat bagus. Ia meminta Ismet datang untuk menemuinya di
kantornya- Ismet pun datang hanya dengan memakai sandal jepit. Ia melihat
figure Ismet- badan kecil, rambut krusuh (kurang terurus), baju usang dan penuh
jahitan.
“Are you
Ismet ? “ Tanya Mr Peter seketika. Ia kelihatan sangat kaget melihat penampilan
Ismet yang sangat kontra dengan kualitas akademiknya.
“Mengapa
kamu memakai sandal jepit ?” Tanya dosen Amerika itu lebih lanjut.
“Ya inilah
yang Ismet,…kalau Ismet datang kepada anda memakai sepatu itu namanya bukan
Ismet. Kalau yang datang pakai baju bagus dan dasi itu namanya juga bukan
Ismet” Pak Jafar menirukan gaya Ismet pada ku (penulis).
Itulah
jawab spontan Ismet hingga membuat Mr Peter sangat heran. Mr Peter menjadi
penasaran dan ingin tahu bagaimana latar belakang keluarga atau orang tua
Ismet. Maka Mr Peter berkunjung ke Kotopanjang
dan mampir ke rumah Ismet itu. Sekatrang rumah tua itu sudah roboh. Mr
Peter melihat secara langsung bagaimana kehidupan orang- orang sekitar dan juga
kehidupan orang tua Ismet di kampung. Mr Peter terlihat heran, bersimpati namun
sangat respect pada Ismet.
Setelah
menamatkan program diploma (sarjana muda- karena saat itu jenjang pendidikan
tertinggi di IKIP Padang baru D.3) Ismet
memperoleh beasiswa dari Caltex (Perusahaan minyak di Pekan Baru) untuk
melanjutkan program strata satu di IKIP Malang. Setelah menyelesaikan program
sarjana, ia memperoleh beasiswa lagi untuk program magister ke Cornel
University di Amerika Serikat, saat itu tahun 1977. Maka sejak tahun 1977
sampai sekarang ia sudah tidak pulang lagi ke Batusangkar- atau tidak
bermungkim lagi di Batusangkar- di Indonesia.
Sambil
belajar di sana maka dia juga bekerja sebagai assisten dosen untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Disamping menjadi assisten dosen, ia juga menjadi penulis,
interpreter (penterjemah)- menulis
tentang budaya, menterjemahkan buku. Hingga ia menghasilkan banyak buku dan
novel.
Selama
berada di Cornel University ia juga berkenalan dengan Rebecca. Perkenalan
mereka berlanjut menjadi hubungan bersimpati- saling tertarik, hingga akhirnya
Ismet memutuskan untuk menikah dengan Rebbeca. Itu sempat menjadi polemic dalam
keluarga- karena perbedaan latar belakang antara Rebbeca dan Ismet.
Rebbeca
adalah keturunan Jewish (Yahudi)
sementara Ismet didik oleh orang tua yang taat dengan agama Islam. Jadi ada
perbedaan, tetapi mungkin ada daya tarik yang dimiliki oleh Ismet, hingga
Rebbeca bersedia nasuk Islam. Bagi orang tua Rebbeca juga tidak mempersoalkan
tentang status agama- karena itu adalah kebebasan memilih seseorang.
Sebelum
menikah, Rebbeca pernah datang ke Desa Kotopanjang- Batusangkar. Saat itu orang
kampung melihat ada orang asing dengan tubuh tinggi, langsing dan cantik.
Sementara Ismet orangnya kecil- sebatas bahu Rebbeca- kulit hitam dan rambut
krusuk. Orang orang sekitar berfikir kalau- kalau Rebbeca adalah bossnya Ismet
selama di Amerika- Ismet sendiri sebagai pembantu bagi Rebbeca.
Mereka
akhirnya menikah, dan setelah menikah mereka datang lagi ke kampung. Menjadi
istri Ismet- orang Indonesia, maka ia juga mendalami budaya Indonesia. Bukankah
Rebbeca sendiri adalah juga sarjana Bahasa Indonesia, ia juga mempelajari
bahasa Minang. Ia mengerti bahasa Minang.
Dan pernah
suatu saat kami pergi ke toko sepatu di Jakarta untuk membeli sepatu buat dia.
Kakinya gede dan banyak nomor sepatu yang tidak cocok buat ukuran kakinya.
Ukuran sepatu buat Rebbeca mungkin nomor
45.
“Kaki
..kaki gajah….baa pulo kamancari sapatu saroman sapatunya”. Seorang anggota
keluarga Ismet berbicara dalam bahasa Minang- kiasan bahanya: kaki besar ibarat
kaki gajah…mana ada sepatu yang cocok buat Rebbeca.
“Benar kaki
saya besar…susah ya cari sepatu buat saya ?.” Jawan Rebbeca, kami jadi kaget
dan malu karena ternyata Rebbeca sangat memahami kiasan dan bahasa Minang sekalipun,
dan kita semua menjadi malu pada Rebbeca.
“Apa sih
daya tarik Ismet, sehingga Rebbeca mencintainya “
“ I don’t
know..namun karena Ismet ini cerdas, tekun, rajin, kommitmen, dan orangnya
tidak suka neko-neko (ambil muka atau nepotisme), penampilannya sangat
sederhana, kalau ia datang ke sini- untuk pergi ke pasar ia memilih untuk
berjalan kaki”. Demikian penjelasan Pak Jafar tentang Ismet kepada ku dan aku
juga merespon tentang prilaku sederhana demikian. Bahwa selama di Australia
kami sempat jadi malu dan risih gara-gara Pak Ismet ikut-ikutan membawa bawa
barang kami, rasanya tidak pantas mengingat beliau sebagai Professor.
“Ya benar
saya ini sebagai professor, sebagai sopir dan juga tukang angkat barang”. Kata
Pak Ismet berseloroh pada kami saat itu.
Karir Pak
Ismet selanjtnya adalah selalu menulis, pernah menulis buku cerita tentang
Pele- si pemain bola. Ia Pernah bekerja di Hawaii, di Singapur, Tasmania dan
sekarang di Melbourne. Ia menjadi dosen dan selalu membuka program pengajaran
Bahasa Indonesia. Ia memang spesialis pada Asian Foreign Language- ya rumpun
Bahasa Melayu. Dia adalah ketua perhimpunan Bahasa Melayu. Di deakin
Universityia sebagai Dekan dan istrinya Rebbeca sebagai Ketua Jurusan Bahasa
Melayu/ Bahasa Indonesia.
Mereka
punya dua anak yaitu Izian Fanany (laki-laki) dan seorang anak perempuan (Luna
Fanany). Sekarang mereka berdua telah selesai kuliah pada program Post Graduate
dan juga Graduate. Sewaktu kecil kalau pulang ke Kotopanjang, mereka sukabaca
buku dan dalam liburan juga selalu baca buku yang tebal- tebal. Karena mereka
kutubuku maka terlihat lebih asyik dengan buku dari pada dengan masyarakat di
sini/\.
Anak yang
gede tertarik pada tekhnik dan yang perempuan tertarik pada seni. Ia jago main
biola dan jugamengoleksi alat musik tradisionil Minang seperti talempong.
Sekarang mereka sudah besar- besar dan jarang datang ke Sumatera Barat.
“Berbicara
tentang Ismet tidak cukup waktu, dahulu ia juga pernah ikut-ikutan bekerja
sebagai pekerja kasar- menggali bandar pada malam hari. Sekali lagi bahwa ia
juga pernah memungut cengkeh di Gunung Padang. Dia memang suka work hard dan
study smart. Ini adalah motto hidupnya. Dahulu ia membuat summer program dan
membawa mahasiswa Australia untuk datang ke Padang dan tinggal dengan penduduk.SEjak
ada gangguan keamanan maka ada travel warning maka program ini jadi hilang.
Namun program lain juga ada sepergi kerja sama dengan Yogyakarta.
3. Karakter Ismet Fanany
Ismet punya
karakter yang suka “keep contact” dengan banyak orang. Dia suka menelusuri
orang yang dianggap hilang. Dulu ada warga Kotopanjang yang merantau keMalang
dan tidak pulang- pulang. Maka saat studi di sana Ismet menelusuri
keberadaannya hingga berjumpa.
Disamping
itu bahwa Ismet juga seorang pembaca yang hebat. Semua pekerjaan yang
diamanatkan padanya selesai olehnya. Dia tidak suka menunda waktu dan menunda
pekerjaan. Dia / mereka juga tidak punya pembantu dan mereka bisa menyelesaikan
pekerjaan.. Lagi pula ia masih sempat olah raga, suka jalan pagi, jarang sakit.
“Ismet
tidak pernah terlihat bersedih dan dia selalu terlihat happy. Walaupun badan
kecil namun jalannya kencang. Jalan cepat atau melambangkan pikiran yang smart.
Hebatnya Ismet sekarang adalah karena izin dari Allah Swt dan juga faktor
didikan ayahnya yang sangat komunikatif pada anak. Ayahnya orang yang sangat
taat pada agama. Ia sangat selektif dalam memberikan makanan pada anak- yang
baik dan halal. Walau ayahnya punya utang demi anak, namun semua utang
dilunasinya”.
Walau ia sudah pukuhan tahun di rantau orang,
namun Bahasa Minangnya tidak pernah berubah- malah ia sangat doyan mendengar
lagu- lagu Minang. Rebecca sudah beradaptasi dengan baik. Ia pun jago dalam
membuat sambal rendang Padang.
“Masih
seputar memory tentang orang tuanya Ismet Fanany, bahwa ayahnya adalah orang
yang rendah hati. Dan rajin bekerja serta betah berbagi cerita”.
Betul
sewaktu aku di Melbourne aku amati bahwa Pak Ismet selalu update dengan
perkembangan Indonesia dan Kampungnya sendiri. Ia juga tahu dengan berita Aceng
Fikri- Bupati Garut yang menikah siri dengan gadis ABG dan diminta mundur oleh
DPRD. Ia juga tahu banyak tentang apa yang terjadi di Sungayang, Koto panjang,
Batusangkar, dll. Ismet punya kliping tentang pemerintahan Indonesia-
bagaimanajeleknya mental pejabat.
Kalau dia
pulang, biasanya Gubernur langsung memanggil dia. Namun sekali ia memberi
kritikan orang kurang bisa mengikuti perkembangan fikirannya. Orang menganggap
dia anti kampung- pada hal tidak. Ia memberi kritikan dan juga memberi solusi-
memberi pencerahan dan bukan untuk memojokan orang kampung dan negeri sendiri.
.
Pak Ismet
menjadi maju adalah lewat bidang sastra dan bidang bahasa . Saat Ismet kecil dan Remaja belum ada
televisi. Pertama kali ia belajar Bahasa Inggris ia rajin mendengar radio. Ia punya
radio kecil dan setiap sore ia rajin mendengar program BBC (British Broadcating
Company) dalam bahasa Inggris. Meskipun ia tidak banyak tahu namun ia mencoba
mengambil kesimpulan over all berita BBC tersebut.
Awal
belajar Bahasa Inggris, Ismet belajar dengan orang tua Jafar (Ije) karena orang
tua IJe adalah seorang guru Bahasa Inggris- berasal dari Koto Panjang dan Lahir
di Malaysia. Ia menamatkan studi di Cambridge University England.
Orang tua
Pak Jafar (sebagai Guru Ismet) dan orang tua Ismet (Pak Muchtar) semasa hidup
suka memberi pengarus lewat berkomunikasi pada anak anak di sini, sehingga
Ismet Fanany dan familynya termotivasi untuk berprestasi. Mereka sering
berkumpul di sebuah rumah tua, di sana ada yang mengaji, ada yang membaca, ada
yang belajar Bahasa Inggris dan ada yang belajar silat. Jadi rumah kami
berfungsi sebagai rumah cerdas- untuk tinggal dan juga untuk belajar serta
bersosial. Aktif belajar secara mandiri- karena sudah ada yang ditiru (model)
dimulai sejak sore- terus maghrib hingga datang waktu tidur.
Saat itu
sebagai anak kami dilibatkan dalam belajar, bekerja dan bersosial. Hingga kami
semua tumbuh cerdas, santun dan akrab satu sama lain, dan juga tahu dengan
tanggung jawab. Orang tua jadi model, meski hidup miskin tetapi tidak pernah
bertengkar. Hidup terasa damai sekali. Jadi kami semua work hard dan think
smart- bekerja keras- belajar banyak dan berfikir cerdas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them