Memahami Harga di Australia
Kami sudah berada di Australia selama beberapa hari. Biasanya kami pergi shopping selalu diantar oleh Pak Ismet.
Karena apartemen kami juga berdekatan dengan mall maka sudah saatnya pergi
shopping kecil- kecilan di sana. Agar tidak tekor (kehabisan jatah uang) tentu
saja kami harus bisa memahami tentang harga- harga di benua kecil ini. Aku juga
mencari tahu tentang “seperti apa biaya hidup di Australia ?”
Berbelanja di
Australia, wah pasti mahal, biaya hidup disana berapa yah? Pertanyaan
begini adalah sangat sering ditanyakan orang ketika
mau pergi ke Australia. Maka beginilah info yang bisa kita peroleh (http://achmad.glclearningcenter.com):
1). Kalau kita berada di Australia sebaiknya mulai berpikir
sebagai orang Australia, buang jauh-
jauh nilai kurs ketika berbelanja, jangan samakan harga di Indonesia dengan
Australia, jelas berbeda.
2). Tentang harga barang mahal dan
murah adalah relative, ya tergantung pada hal- hal yang dibandingkan. Nah
kalau kita sudah di Australia yang kita
bandingkan tentu adalah harga- harga
yang ada di sini (Australia) pula. Mindset (cara berfikir) ini berguna untuk mempercepat adaptasi kita di
Australia. Kalau semuanya kita konversi ke nilai rupiah, wah jadi pusing sendiri kita, kerjaan
kita tentu bakal mengeluh terus.
3). Biaya sekali makan di Australia
(Melbourne dan Sydney) adalah sekitar
7-9 $ AUD. ini adalah harga standar. Kalau ada yang lebih dari itu ya termasuk mahal.
Jam
menunjukan pukul 13.00 siang, perut kami sudah terasa keroncongan dan sudah
saatnya pula buat makan siang. Pak Ismet mengerti dengan apa yang kami rasakan.
Maka diajak untuk pergi ke restaurant Malaysia. Terus terang kami merasa segan
kalau selalu ditraktir oleh Pak Ismet. Maka ya…harus balance, kami juga harus
mentraktirnya.
Aku memilih
makanan yang kira-kira sesuai dengan seleraku dan juga halal. Aku memilih
makanan seperti bakso dan desi juga. Kami kemudian diberi hidangan bakso yang
porsi tiga kali atau 4 kali sebanyak porsi bakso di Indonesia.
“Wow…apa
tidak boleh kami pesan separoh porsi saja ?” Tanya Desi.
“Ohhh…tidak
ada istilah porsi separo di sini…” Jawab Pak Ismet. Okelah kalau begitu. Kami
harus menghabiskan semua porsi baksa hingga merasa sangat kenyang dan apalagi
harganya cukup mahal yaitu sekitar Rp.300 ribu atau 30 Aus $. Kita akan merasa
mubazir kalau menyisakan makanan.
Usai makan
siang, ketua kami- Inhendri Abbas- berdiri dan pergi ke meja kasier buat
membayarnya. Ia membaya semua makanan dengan bayaran total sekitar 80 Aus $
atau hampir Rp. 900 ribu. Kami perlu melakukan penghematan dan untung kami juga
memasak danm bisa makan hemat- makan pagi dan makan malam- di apartemen
sendiri.
Sore ini
kami sudah berada di Punthill apartemen kembali. Hari terlihat masih terang.
Kendaraan masih lalu lalang padahal jam sudah menunjukan pukul 8.00 sore atau
pukul 8.00 malam. Aku tidak tahu apakah ini waktu sholat ashar, magrib atau
isya. Aku mmematok bahwa sebentar lagi masuk waktu maghrib dan meskipun tidak
ada mesjid, namun demikianlah perhitungan kami terhadap waktu.
Malas
berada di apartemen, lebih baik pergi ke luar untuk melihat-lihat, cuci mata
dan juga buat menambah pengalaman. Ya kami memutuskan pergi ke luar. Kami jalan
kaki menuju mall “Knoxcity”, di sana dijual berbagai item termasuk kebutuhan
harian seperti buah-buahan, dlauk pauk dan rempah. Di Melbourne tidak ada
warung maka berbagai barang hanya dijual di mall.
Di luar
terasa dingin. Angin kutub selatan bertiup kuat, dinginnya menyusup ke dalam
tulang kami. Sebelum berangkat aku menghabiskan buah-buahan/ appel karena ini
sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan. Sebab problem pada
pencernaan bisa membuat kita demam.
Aku kasihan
melihat Inhendri Abbas, tidak punya baju tebal dan ia terpaksa memakai sehelai baju tipis dan ia membawa pakaian yang terbatas. Ia pun
memacu langkah kami sambil melipat
tangannya ke tubuh.
Habis subuh
kami bertiga sudah berada di seputar dapur apartement, ada yang bersih-bersih
piring, memanaskan makanan dan merapikan meja buat sarapan. Pendek kata pagi-
pagi sekali untuk ukuran orang Australia kami sudah sarapan. Kemudian kami
memutuskan buat berbelanja kebutuhan makan, kami sudah kehabihan minyak makan
dan sayur, juga buah-buahan. Kami harus pergi ke mall knoxcity. Mall itu
letaknya hanya berseberangan jalan dengan apartement kami (apartemen punthill).
Kami selalu
bersikap cermat tiap kali berbelanja. Kami harus mengenal harga- mengkonversi
nilai dollar ke dalam rupiah, ini berguna untuk menghitung target keuangan
kami. Kalau kami tekor atau uang habis….ya bagaimana lagi ? Sementara itu kami
masih harus membayar sewa apartemen yang cukup mahal dan juga buat beli tiket
untuk kembali ke Sumatra, juga buat beli cendera mata buat teman dan keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them