Pertama Kali Bermalam di Melbourne
1. Harga Akomodasi
Setiap
orang yang baru datang ke Australia perlu untuk mengetahui tentang harga di
sana. Aku juga cari info tentang bagaimana biaya hidup di Melbourne. Info ini
agaknya berguna bagi orang yang berniat untuk tinggal buat belajar dan bekerja
di oz (Australia). Beberapa point yang perlu kita pahami bahwa (http://achmad.glclearningcenter.com):
1). Tentu
saja biaya hidup (living cost) di
kota besar Australia lebih tinggi dari kota kecil, terutama dari biaya
akomodasi.
2). Ada
beberapa kota besar di Australia, Sydney adalah kota dengan living cost
tertinggi, disusul oleh kota Melbourne, Brisbane,
Perth, Adelaide, Canberra dan Darwin.
3). Untuk
mengetahui berapa dollar living cost
di Sydney silahkan search pada google.
Karena sudah banyak orang menulis dalam blogger mereka.
4). Sebuah apartment
studio di kota Melbourne
dekat kampus UNSW harganya 280AUD per week, di Brisbane, harga segitu sudah
bisa dapet rumah/unit dengan 2 bedroom.
Namun sore
itu Pak Ismet mengantarkan kami ke sebuah hotel, aku lihat mereknya “Hotel
Ibis” dengan warna merah. Hotel ini terletak dekat mall. Pertimbangan Pak Ismet
menempatkan kami di sana adalah agar
kami gampang untuk mencari makan- sarapan pagi- ke mall. Pak Ismet juga
membantu kami dalam memesan hotel.
Sedianya Pak Ismet ingin memesan hotel buat satu minggu
namun kami ingin tahu dulu tentang berapa sewa kamar hotel itu permalam. Untung Pak Ismet agak terburu- buru untuk
berangkat. Kami senang Pak Ismet bisa berangkat cepat agar kami bisa menawar
harga hotel.
“How much we must
pay the room for one week ?”. Tanya Desi.
“You must pay 2500 Ausd..…..” Kata petugas hotel
“Ohh…berarti kami harus membayar Rp. 25 juta dalam waktu
satu minggu. Mana mungkin kami punya uang berlebih. Kalau kami ambil maka kami tidak akan
punya uang/ kesempatan untuk shopping”. Desi mengeluh dalam bahasa Indonesia.
Tentu saja petugas front office Hotel
Ibis tampak bengong tentang apa yang kami keluhkan. Akhirnya kami bertiga menjauh dan bernegosiasi.
“Kita tidak punya uang cukup, harga mata uang kita tidak
begitu berarti terhadap kurs Dollar Australia. Bagaimana kalau kita hanya ambil
satu kamar saja untuk bertiga mala mini, karena kita tidak ada waktu buat
mencari hotel/ penginapan yang lain. Tapi harap jangan sampai tahu Pak Ismet,
ya…!!! Karena kita malu kalau ia tahu
kita bertiga satu kamar- laki- laki dengan wanita. Ya kita tidak
mengapa- mengapa, hanya sekedar berhemat atas sewa hotel yang mahal. Karena
kita guru berprestasi nomor satu Indonesia jadi Pak Ismet berfikir kita ini
orang kaya dan kita dicarikan hotel mahal” Demikian kata Inhendri berkomentar.
“Iya..mr Jo, kita ambil saja satu kamar untuk bertiga
untuk malam ini dan mohon mister Jo tidak mengupdate berita kita ini di
Facebook. Nanti suamiku di Indonesia tahu dan marah- marah, kita memang tidak
melakukan apa- apa” Desi memohon padaku.
“Wah tentang itu, tentu saya tidak begitu blo-on (bodoh) Desi,
ya saya tentu tidak akan beritahu lewat facebook”. Kata ku menguatkan statement mereka. Akhirnya kami bertiga
menemui petugas front hotel.
“Oke…kami ingin memesan satu kamar untuk tiga orang, tiga
bednya hanya untuk satu malam ini” Kata Desi pada petugas hotel. Dan
selanjutnya kami langsung membayar sewa kamar untuk malam ini. Akhirnya kami
menuju kamar dengan ekstra bed dan kami bisa bertiga. Untuk itu kami hanya membayar
140 AusD atau sama dengan harga Rp 1.400.000 malam itu.
Wah biaya tidur satu malam yang sangat mahal. Hotel
bintang lima di Indonesia tidak ada yang semahal ini. Kami lebih baik terus
terang tentang perasaan dan pengalaman kami pada Pak Ismet. Maka Inhendri Abbas
mengirim SMS dan mengatakan bahwa hotel ini terlalu mahal buat kami. Pak Ismet merespon
SMS kami, ia memahami dan ia kemudian menelpon kami dan besok ia akan
mencarikan kami hotel apartement. Yaitu apartement dengan dua kamar, jadi satu
buat kami/ guru laki- laki dan satu lagi buat Desi.
Kami memutuskan untuk ke luar malam itu, buat jalan-
jalan seputar hotel Ibis malam itu. Kota Melbourne terlihat sepi dan
mobil-mobilnya juga tidak berisik. Aku tidak melihat sepeda motor dan orang
umumnya menggunakan mobil. Kami menyusuri gedung- gedung yang terlihat sudah
tutp semuanya sehingga terasa begitu sepi.
Kalau begitu lebih baik kami mencari- cari tempat untuk mengambil foto. Apalagi
kalau ada land- mark dengan tulisan
“Melbourne” maka aku berfoto di sana.
Kami
berfoto- foto bergantian untuk membuat sweet memory selama tinggal di
Australia. Tiba-tiba ada seorang pria Australia menyapa kami dengan ramah. Pria
itu adalah warga keturunan Colombo- Srilanka, kulitnya cerah, agak tinggi
(lebih tinggi sedikit dariku) dan usianya saat ini sudah 68 tahun, namun ia
masih terlihat segar, sehat dan energik. Sehingga aku memperkirakan usianya
seputar 50-an. Ia banyak berbicara tentang kota Melbourne pada kami dan juga
mengatakan:
“Melbourne is of the best city in the world,
sava for new comer, namun karakter orang dimana-mana adalah sama maka kota
ini juga kadang- kadang tidak save kalau
bepergian malam hari dengan mobil umum juga perlu waspada. Karena mungkin di
sana ada pria- pria mabuk yang bisa mengganggu kita”.
Tak lama
kemudian lewatlah sebuah mobil publik, ia menstop mobil itu dan say good bye pada kami. Kami terus
melangkah menuju sudut kota. Kami melihat muda-mudi Australia berdatangan untuk
memenuhi mall sebagai tempat party
akhir pekan- karena saat ini adalah malam minggu. Namun aku lihat suasana tetap
tidak begitu ramai.
Desi ingin
membeli sebotol air mineral dan kue- kue ringan lainnya. Kami membayangkan
suasananya ibarat di Padang atau di Jakarta dimana ada pedagang goreng kaki
lima. Wah ternyata yang mau kami cari tidak ada. Melbourne hanyalah sebuah kota
yang sepi apalagi pada malam hari. Senja hari saja toko-toko sudah pada tutup
dan yang mau beli juga pada sepi.
“By the way, enak juga hidup di kampung
kita. Kalau perut lapar dan kita tidak ingin makan di rumah, maka kapan saja
kita bisa mencari jajan ke luar rumah dengan jenis yang bervariasi dan harga
yang terjangkau. Di kampung kita..kita tidak akan kelaparan”. Yang kami cari
tidak ada. Kami segera pulang dengan tangan hampa, saat ini betul- betul sudah
larut malam dan suhu terasa sangat dingin.
Menjelang
tidur kami perlu mencas (charging) alat- alat elektronik kami. Aku setuju dengan pendapat temanku
(Diwarman) bahwa tidak ada yang gratis di Australia. Untuk charging baterai
laptop dan phonecell kita musti menyewa alat charging seharga 3 dollar
Australia. Kalau aku tahu tentu aku akan membawa dari kampung alat socket tiga
lobang untuk keperluan charging
selama dalam perjalanan. Kemudian untuk keperluan meng-upload berita pribadi lewat
Facebook atau internet kami membutuhkan sinyal WiFi dan ini pun disewa sebanyak
8 dollar Australia perhari. Wah…memang serba bayar, termasuk hal- hal kecil, sementara
di hotel negeriku ini bisa jadi betul-betul gratis.
Malam itu
terasa lama, kamar hotel Ibis yang kami tempati bertiga terasa agak sempit. Aku
mengambil bed dekat dinding dan bed di sebelahku buat Inhendri, sementara bed
untuk Desi agak terpisah sedikit, letaknya dekat Jendela- buat mencaga rasa
privacy-nya sebagai perempuan yang bukan muhrim.
Malam itu kami persis tidak bisa tertidur. Kami semua menjaga
sopan santun- berkata yang sopan dan berpakaian yang sopan sekali. Malah saat
aku berada dalam toilet akupun juga hati hati bagaimana kentutku (maaf) tidak
kedengaran oleh Desi atau Inhendri dari luar. Karena lelah akhirnya kami
tertidur juga pada bed masing- masing, aku dengar dengkur Inhendri agak keras,
sebagai tanda ia memang letih dan tertidur pulas. Inhendri juga mengatakan
bahwa aku juga mendengkur saat tertidur pulas.
Kami bersyukur karena selama berada di Melbourne, Pak
Ismet akan melayani kami dengan mobil bagusnya untuk mengunjungi beberapa
tempat. Aku masih merasa capek, ya karena kurang tidur sejak kemaren.
“Alhamdulillah,
this is very beautiful sleep”. Aku terbangun jam 06.00 pagi waktu
Melbourne. Aku langsung sholat subuh. Sholat tidak boleh aku tinggalkan dan aku
lupakan, ini ajaran dari guru dan juga dari orang tuaku yang aku selalu ingat.
Kita harus menjadi orang yang taat dan dekan Tuhan dimanapun kitaberada.
Cahaya terang sudah mengintip dari balik gorden jendela.
Aku perhatikan bahwa baik pagi, siang, sore maupun malam, suasana terasa sama
saja- ya sepi. Jarang sekali terlihat orang yang lalu lalang. Pantaslah di
daerah ini juga jarang terjadi kriminal dan musibah - seperti kecelakaan lalu
lintas, karena orangnya sepi maka berita kriminal dan kecelakaan pada televisi juga
sepi. Tidak ada good news yang heboh
ya seperti pada MetroTV dan TV One di Indonesia. Dimana di negeri kita berlaku good news is bad news.
Kami berkemas- kemas, merapikan barang- barang dan
memeriksa hal- hal kecil agar tidak ada yang ketinggalan, terutama passport dan
dokumen perjalanan lainnya. Aku pastikan tidak ada yang tertinggal. Kami
kemudian turun ke lantai dasar lewat
lift buat sarapan pagi. Di sana sudah terlihat Desi dan Inhendri, mereka turun
duluan dan mereka bertanya- tanya tentang jenis menu yang tersedia dan juga
tentang menu halal.
“Bacon and sausage
are not for moslem” Kata Elaine, seorang pelayan atau cheft di ruang itu.
Karena ke dua hidangan ini mengandung material dari babi. Aku memilihat assorted fresh fruit. Aku menyukainya
dan ini bagus untuk mencegah sariawan pada mulut dan juga gangguan pencernaan
pada perutku. Sayatan buah- buahan segar seperti melon, semangka, jeruk dan
apple agak besar- besar. Karena banyak makanan yang tidak halal maka aku
mencoba untuk sarapan pagi dengan sekeping roti pake selai madu.
“Aku khawatir kalau bakalan sakit perut, demam atau
sariawan selama berada di Australia. Maka cara terbaik untuk sehat adalah
dengan mengkonsumsi banyak buah- buahan segar dan juga dengan minum juice”.
Aku meminum satu gelas orange juice, satu gelas guava
juice dan juga sedikit pineapple juice. Ternyata rasa hausku tidak hilang, ya
aku harus minum segelas air mineral.”Wuuuuhhh segarnya..!!”.
2. Menyusuri Kota
Persis jam 09.00pagi waktu Melbourne Pak Ismet datang dengan mobil
Jeep Nissannya. Dia selalu datang berdasarkan janjinya dan tentu ia berangkat
dari rumahnya lebih awal. Namun aku harus merasa malu karena turun dari kamar
hotel ke lantai dasar saja lebih lambat. Aku mengemasi koper dan sisa pakaian
yang tertinggal.
Ya sudah lewat dari jam 09.00 pagi. Desi mengurus sewa
hotel. Kami menumpuk barang- barang bagian Jeep Nissan Pak Ismet. Pak Ismet
tidak langsung membawa kami ke apartemen baru. Pak Ismet mengajak kami ke pasar
tradisionil Melbourne. Aku merasa amat senang dan sebelum berangkat aku sempat
berfoto- foto di depan papan nama hotel “Ibis”.
Aku masih ingat dengan percakapan Pak Ismet bersama kami
bertiga. Katanya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup bagus. Perekonomian
dan politik Indonesia juga bagus dan bersifat terbuka, kasus korupsi sudah
diungkapkan ke publik lewat media massa.
“Ya sekarang orang bisa berekspresi dengan bebas. Coba
bandingkan pada zaman pemerintahan Presiden Suharno, tidak ada keterbukaan.
Ekonomi dikuasai oleh segolongan orang dan juga keluarga Cendana (keluarga
Presiden), saat itu orang kalau mengekspressikan pendapatnya maka ia akan penuh dengan ketakutan tanpa alasan. Sistem
ekonomi saat itu adalah sistem ekonomi
tertutup. Sebenarnya pada awal Pak Suharto berkuasa, perekonomian Indonesia
cukup bagus. Namun dalam 10 tahun terakhir dari masa kekuasaan Pak Suharto atau
Rezim Orde Baru, anak- anaknya ikut mencampuri/ intervensi kebijakan ekonomi
pemerintah, maka sejak itu perekonomian Indonesia merosot tajam. Memang benar
bahwa seseorang sebelum berkuasa sangat bagus pribadinya, namun setelah
berkuasa ya..kualitas pribadinya bisa merosot”. Demikian kata Prof Ismet
panjang lebar.
Selama duduk dalam mobil Pak Ismet, aku memperhatikan
bahwa di kota Melbourne memang jarang terlihat sepeda motor. Ya …semua orang
menggunakan mobil dan mobil mereka bagus bagus. Sekali sekali terlihat warga
yang berjalan kaki. Langkah mereka terkesan sangat cepat dan bersemangat. Saat
menyeberang jalan, mereka sangat tertib, tidak ada yang menyerobot, tidak ada
yang menyeberang jalan seenaknya. Bagi yang punya mobil mereka tidak mau
menyerobot lampu lalu lintas seenaknya saja.
“Pak Ismet, dimana anda pertama kali bertugas ?” Aku
bertanya.
“Oh sudah melalang buana. Mula- mula kami di Amerika
Serikat, terus bekerja di Singapura- Singapore Nastional University, kemudian
terus ke Tasmania- di sana kami bekerjajuga cukup lama dan terakhir baru kami
bekerja di Deakin University Melbourne. Di sini pun kami sudah 19 tahun pula”.
Kata Pak Ismet.
Aku selalu jadi penasaran tentang mengapa Melbourne ini,
pada hal Melbourne sebagaikota kedua terbesar di Australia. Pagi, siang, sore
dan malam, aku lihat suasananya sama saja.
“Itu karena populasi kota ini memang sedikit dibandingkan
kota- kota kita di Indonesia. Penyebab lain adalah karena orang Melbourne tidak
suka berkeliaran, maka kesannya ya…memang sepi. Orang- orang saling tersebar
sampai jauh dari urban ke suburb. Sementara untuk menjangkau jarak ini orang
menggunakan tram dan juga publik bus yang disubsidi oleh pemerintah, karena
bus- bus ini juga sering kekurangan penumpang.
“Di kota ini juga terdapat perkumpulan Orang Minang
(Orang Padang) yaitu seperti kelompok SAS (Sulit AiaSakato) atau Sulit Air
Society dan juga IKMS- Ikatan Minang Sakato”.
Kami kemudian melewati kampus Deakin University. Saat melewati
kampus, Pak Ismet juga banyak berbicara tentang kampus ini. Di Kampus Deakin
tentu saja terdapat program studi untuk strata 1, strata 2 dan program
Doktor.Namun kampus Deakin tidak terletak pada satu lokasi, melainkan tersebar
pada empat wilayah. Kini mahasiswa Deakin berjumlah 30 ribu orang. Umumnya
mereka berasal dari Australia dan sebahagian berasal dari luar negeri.
Universitas
di Australia cukup banyak. Mahasiswa asal Indonesia ada hampir 20.000 belajar
di Universitas negara ini. Pada dasarnya,
nama – nama universitas di Australia diambil dari nama kotanya (kurang lebih
mirip -mirip dikit dengan di Indonesia). Misalnya Sydney University, Melbourne
University, Adelaide University, Perth University, Brisbane University, dan
masih banyak lagi. Sementara, ada juga yang tidak menyematkan nama kota /
region nya berada, seperti Deakin University, Monash University, Australian
Catholic University, dan masih banyak lagi.
Universitas
di Australia, rata – rata memiliki akredibilitas yang tinggi. Karena memang
mutu pendidikan yang diajarkan disana sangat teruji dan kompeten. Biasanya
pulang dari dari sana, mahasiswa menjadi lebih kritis, inovatif, dan kreatif-
sebagai hasil dari pola pembelajaran di sana.
Pendidikan di Universitas sendiri terdiri dari 2 tingkat:
1).
Undergraduate (sarjana) : mendapat gelar S1 dan Diploma.
2).
Postgraduate (pasca-sarjana) : yang terdiri dari Postgraduate Certificate dan
Diploma, program master (S2), dan program doktor (S3).
Berikut
daftar nama Universitas yang ada di Australia berdasarkan ranking 10 teratas
(hasil riset australianuniversities.com.au 2012).
1).
Melbourne University / peringkat 1 se- Australia / peringkat 28 se-dunia.
2).
Australian National University / peringkat 2 se-Australia / peringkat 37
se-dunia.
3).
University of Sydney / peringkat 3 se-Australia / peringkat 62 se-dunia.
4).
University of Quensland / peringkat 4 se-Australia / peringkat 65 se-dunia.
5).
University of New South Wales / peringkat 5 se-Australia / peringkat 85
se-dunia.
6).Monash
University / peringkat 6 se – australia / peringkat 99 se-dunia.
7).
University of Adelaide / peringkat 7 se – australia / peringkat 176
se-dunia
8).
University of Western Australia / peringkat 8 se – australia /
peringkat 190 se-dunia.
9).
Macquarie University / peringkat 9 se – australia / peringkat
251 – 275 se-dunia.
10).
Queenslad University of Technology / peringkat 10 se – australia /
peringkat 251 – 275 se-dunia.
Hampir
semua universitas di Australia adalah universitas negeri. Itu berarti memperoleh
subsidi dari pemerintah. Jumlah siswa saat masuk SD, sama jumlahnya saat masuk
SMP, SLTA dan masuk Perguruan Tinggi, jadi grafiknya berbentuk silinder batang.
Maksudnya jumlah pelajar saat masuk sekolah terus ke atas hampir tidak ada yang
mengalami drop-out.
Sementara
itu di negara kita populasi pelajar hingga mahasiswa masih berbentuk piramida.
Populasi siswa SD selalu lebih banyak dari populasi siswaSMP dan SLTA. Yang
menjadi mahasiswa hingga program Doktor jumlah menciut.
“Panjang
waktu siang saat musim dingindan musim panas berbeda. Namun ini tidak
mempengaruhi kondisi jam kerja dan jugajam sekolah. Dalam musim dingin siswa
pulang sekolah pada malam hari, karena malam datang lebih cepat. Begitu pula
dalam musim panas siswa pulang sekolah tetap siang, karena siang lebih lama”.
Hari Minggu
umumnya secara total digunakan buat berlibur. Sebagian besar bisnisatau took
tutup. Tetapi sebagian ada juga yang buka, namun setelah pukul 12.00 siang. Ya
sama dengan di Indonesia terhadap hari Jumat waktu dulu bagi orang Islam-
banyak toko yang tutup, karena
pemiliknya pergi sholat Jumat.
“Melbourne
adalah ibu kota Negara Bagian Victoria dan kepala pemerintahannya adalah
seorang Premiere. Otonomi daerah Australia hanya ada pada tingkat state- negara
bagian atau propinsi. Sementara untuk negara
kita (Indonesia) ,otonomi daerah (otoda) berada pada tingkat kabupaten
atau kota madya (Bupati atau Walikota). Maka Bupati dan Walikota bisa menjadi
raja- raja kecil. Kalau raja- raja kecilnya yang terpilih adalah orang-orang yang
punya wawasan dan berkualitas ya….maka jadi majulah otonomi daerah tersebut.
“Perbedaan
yang aku jumpai antara negara Australia dengan negara kita ya…tentu saja sangat
banyak. Maaf….kalau orang kitabanyak yang susah untuk mengatur diri dan juga
susah buat diatur. Hal kecil lain yang aku perhatikan adalah tentang biaya
transport yang cukup tinggi di sana.
3. Sistem Transportasi
Harga BBM
(bensin) tiga kali lipat Indonesia. Asusransi dan registrasi mobil (pajak
mobil) juga tinggi”. Harga BBM di Australia
berubah ubah setiap saat. Ya seperti berubahnya harga tiket pesawat ada harga
komoditas lain- kadang kadang naik dan
kadang kadang turun. Masyarakat telah menganggap ini sebagai suatu yang alami.
Sementara perubahan harga BBM di negeri kita sangat mengganggu ekonomi.
“Sedikit
saja terjadi pada kenaikan BBM dan harga dasar listrik maka langsung mempengaruhi harga- harga bahan lain dan
malah juga bisa bikin heboh dalam pemberitaan televisi”.
Aku ingin
tahu tentang transport di Australia, aku sering bertanya tentang seperti apa
transporatasi di negara ini (?). Beberapa info yang aku peroleh, yaitu sebagai
berikut:
1). Sistem penggunaan
jalan di Australia adalah sama dengan di Indonesia yaitu menggunakan lajur kiri, ini
karena Australia adalah bekas koloni Inggris
sehingga juga menggunakan Sistem yang sama dengan Inggris.
2). Berkendaraan
disini sangat nyaman karena jalanannya lebar dan bagus, aku belum pernah melihat ada jalan yang berlubang, kecuali memang ada galian (dan juga diberi
tanda warning).
3). Jalan raya terlihat
bersih, bebas dari debu- karena jalan raya dibersihkan dengan cara
divakum (sampahnya sedikit). Aku lihat bahwa pada tiap perempatan atau jalanan yang
rame selalu ada tempat sampah yang bagus.
4). Kendaraan
umum (seperti bus, kereta/ tram, ferry) juga sangat baik fasilitasnya. Kebersihannya
cukup terjaga. Perwatannya baik sekali. Hampir tiap bus ada AC, dimana
bisa untuk mendingin suhu dalam summer, dan sebagai penghangat kalau datang musim winter.
5). Orang-
orang Australia punya karakter suka tertib, kalau naik bus mereka suka antri.
6). Di kota
kota besar Australia (seperti Sydney, Malbourne, Canberra, dll) tranpor/
jalannya sangat lancer, meskipun ada macet, tapi macetnya cepat selesai, kecuali
jika memang ada sesuatu yang besar terjadi.
7). Traffic
light disini juga jarang padam, sehingga kemampuan teknis personil polisi untuk
mengendalikan traffic secara live/manual jauh berkurang.
8). Berjalan
kaki dan naik sepeda juga nyaman,karena ada jalur khusus untuk sepeda dan pejalan kaki.
9). Peraturan
bersepeda di sini mewajibkan pengendara menggunakan peralatan yang memadai, misal
menggunakan helm, rem dan lampu.
10). Di
Australia, sangat
jarang orang mengendarai sepeda motor, kebanyakan menggunakan
mobil, aku belum pernah menemukan motor bebek.
11). Mobil
di Melbourne jarang ada yang ugal-ugalan, salah satu
penyebabnya mungkin karena banyaknya speed camera yang dipasang di jalan- jalan, ya begitu
terdeteksi overspeed, dalam beberapa
hari ke depan akan datang tagihan denda kerumah.
12). Transportnya
juga aman, kita bakal tidak bertemu dengan tukang copet di
bus / kendaraan umum lainnya (namun tentu saja kita harus waspada).
asiknya jalan" ke ausi. ajak" dong gan kalo jalan" lagi
BalasHapusLooking for a new home?
BalasHapusOr move into a new place of stay?
Need to list your current accomodation?
Stuck in your current lock-in contract fee?
We can help you with that!
Who is Koskosan Australia?
A company that assist both the landlord and tenants to find each other, and providing additional services that mediates the process to make it as simple as possible, and as convenience as possible.
Our Services:
- List your accomodations on our website
- Promote your apartments on our social medias
- Assist you in looking for short term accomodation in Australia
- Assist you in looking for long term accomodation in Australia
- Assist you in giving informations about living in Australia
Contact Us:
+61 401 319 839
+62 812 9888 6702
hello@koskosan.com.au
Website: www.koskosan.com.au
Instagram: www.instagram.com/koskosan_australia
Facebook Page: https://www.facebook.com/pages/Kosko...80097145381344
Kenny Yustana
Marketing Officer
Kenny.y@koskosan.com.au
+62 812 9888 6702
Koskosan Australia
contect moi par selon:
BalasHapusBy:
Marjohan Usman
Guru SMAN 3 Batusangkar, West Sumatra Indonesia
marjohanusman@yahoo.com
phone: 085264340180