Pendidikan DI Victoria
1. Departemen Pendidikan Victoria
Sebetulnya tujuan utama kami untuk datang ke Melbourne-
Australia adalah untuk memperoleh pengalaman sebanyak mungkin tentang
pendidikan dan juga tentang kebudayaan. Maka kunjungan kami ke Departemen
Pendidikan Victoria dan ke sekolah atau universitas adalah momen yang sangat
berharga untuk dicatat dengan tinta emas. Kami sangat berterima kasih pada Pak
Ismet dan ibu Rebeccca yang selalu memandu kami dalam menelusuri pengalaman
indah tentang pendidikan di kota ini.
Pak Ismet
danIbu Rebecca datang lagi tepat waktu, pukul 08.00 pagi ke apartemen kami.
Kami segera naik ke dalam mobilnya. Kali ini aku merasa mengantuk namun aku
enggan untuk memejamkan buat tidur walau untuk sekejap. Soalnya aku jauh-jauh
datang ke Melbourne dengan biaya yang sangat mahal, tentu aku merasa rugi kalau
mataku tidak aku manfaatkan buat mengamati hal- hal yang unik dan indah di
Australia dan aku akan mengumpulkan pengalaman hidup sebanyak mungkin.
“Maka sepanjang perjalanan aku melemparkan pandangan ke arah
luar jendela mobil. Tentu ada banyak hal menarik yang dapat ditangkap oleh
mata”.
Bukan maksudku menjelek-jelekan kampung sendiri bahwa
kalau di tanah air traffic light
seolah-olah hanya untuk dipatuhi oleh pengemudi sepeda motor dan juga oleh
kendaraan mobil dan tidak perlu dipatuhi oleh pengendara sepeda. Pengendara
sepeda boleh menerobos jalan raya kapan saja. Namun di Melbourne (di Australia)
pengendera sepeda juga harus mematuhi traffic light- mereka juga harus berhenti
bila lampu merah menyala dan boleh bergerak bila lampu hijau menyala. Berarti
aplikasi lalu-lintas kita perlu memaju disiplin lalu-lintas di Australia.
Sejak kedatangan ku di Melbourne aku sering
bertanya-tanya sendirian tentang mengapa semua transport di Australia hanya
dimonopoli oleh kendaraan mobil dan aku sangat jarang melihat sepeda motor.
Pertanyaanku dijawab oleh Pak Ismet bahwa itu karena sepeda motor lebih sulit
untuk diperoleh. Harga sepeda motor lebih mahal dari pada sebuah mobil bekas
yang masih layak pakai. Untuk diingat bahwa sepeda motor di Australia semua
berukuran besar, karena digunakan untuk menempuh jarak yang jauh.
Saking begitu banyaknya jumlah mobil maka aku sering
melihat usaha pendduduk seperti pencucian mobil pake tangan “hand wash car” dengan biaya 16 Aus $
atau setara dengan Rp. 176.000. Ya setarah dengan harga satu porsi sarapan
pagi.
Kemudian juga aku perhatikan bahwa dalam menunggu
transportasi publik juga harus bersabar. Sarana transportasi publik adalah
mobil umum dan juga tram. Aku juga melihat bahwa pada tiap perempatan jalan ada
traffic light tertulis “stop here on red
arrow”. Jadi selain ada traffic light
juga ada pesan tertulis yang harus dipatuhi.
Mobil kami
kemudian berhenti di pinggir taman kota yang terletak di samping kantor
Department of Education Victoria. Di pinggir taman kami melihat ada bangunan
kecil dari batu bata. Itu adalah rumah bersejarah yaitu rumahnya Captain James
Cook.
James Cook
adalah orang Eropa pertama yang menemukan benua selatan- yaitu benua Australia.
Dengan demikian ia adalah penemu benua Australia. Bahan rumah James Cook
semuanya dibawa dari England. Batubatanya dilepas dan diberi nomor, dibawa
dengan kapal dari England dan kemudian disusun atau dibangun lagi di kota
Melbourne. Bentuk rumah yang aku lihat di sini ya seperti rumahnya saat di
England, nah seperti itulah negara besar dalam menghargai sejarah bangsanya.
Kami semua
keluar mobil dan kami berjalan. Kami tertinggal semua oleh langkah Pak Ismet
dan Ibu Rebecca. Pada hal Pak Ismet sendiri tidak tinggi tubunya. Namun
langkahnya cepat. Ya demikianlah sikap dan cara berjalan orang- orang cerdas.
Kalau suatu bangsa mau maju maka orang-orangnya musti bersikap bersemangat
termasuk dalam berjalan.
Kami menuju
entrance kantor Pendidikan Victoria. Akhirnya kami memasuki sebuah ruang yang
sudah didesain sengaja untuk kami. Pada mulanya aku berfikir kalau-kalau ada
meeting dengan jumlah peserta mungkin 30 atau 40 orang. Maklum sebuah meeting
internasional. Ternyata setelah kami lihat bahwa kami hanya memasuki sebuah
ruangan kecil yang hanya diisi oleh 10 orang dan kami yang datang hanya berlima
saja, yaitu aku, Desi, Inhendri, Pak Ismet dan Bu Rebecca.
2. Seminar Internasional
Seminar internasional ini adalah seminar yang terkecil di
dunia. Karena hanya dihadiri oleh 5 orang saja. Seharusnya peserta seminar
inimusti 20 atau 30 orang. Awalnya Pak Ismet mengusulkan kepada Pemda Tanah
Datar agar bisamengirim utusan ke Melbourne dalam rangka bertukar pengalaman
pendidikan secara internasional. Pada awalnya diperoleh sinyal bahwa memang
akan ada peserta yang datang dalam jumlah yang demikian. Dalam dalam perubahan
karena berbagai efisiensi anggaran maka yang berangkat hanya 5 orang dan pada
keputusan final adalah 3orang, yaitu aku dan 2 orang temanku.
Judul program ini adalah “School management seminar and
workshop” yang diusulkan oleh Prof Ismet Fanany pada Education Dapartement of
Victoria- Australia”. Pada jadwal kegiatan tertulis kepalanya:
“Program for district of West Sumatra Republic of
Indonesia. Venue-nya pada meeting room 1,1, 41 St Andrews Place, East
Melbourne”. Program kegiatan dirancang dari pukul 9.25 pagi sampai pukul 12.30
siang. Kemudian ada beberapa ahli pendidikan sebagai pembicara atau key
speakers. Mereka berasal dari Departement Pendidikan Victoria.
Begitu kami sampai di ruangan DEECD (Departement of Education and
Early Childhood Development) kami langsung diantarkan ke ruangan rapat dan
disambut oleh Ms. Helen Master. Ia kemudian menjelaskan secara sekilas tentang Sistem
pendidikan Victoria.
Ms. Ann Osman dan Ms. Robyn Douglass menyampaikan tentang
standar belanja pokok untuk kebutuhan pendidikan Victoria. Setelah minum the
pagi maka Ms. Min Dardovski menjelaskan tentang manajer dan manajemen sumber
daya sekolah.
Kami diberi tahu tentang tujuan pendidikan nasional
Australia yaitu untuk memberi pemerataan pendidikan dan juga pemerataan dalam
keunggulan. Kemudian seluruh pelajar Australia harus menjadi orang yang sukses,
memiliki rasa percaya diri dan pribadi yang kreatif. Pelajar Australia harus
menjadi warga negara yang aktif dan kaya dengan informasi. Tentang wajib
belajar untuk negara bagian Victoria adalah usia 6- 17 tahun atau wajib belajar
selama 12 tahun, dari tingkat SD hingga SLTA.
Tidak hanya di Indonesia, UN (Ujian Nasional) juga ada di
Australia. UN di Australia hanya untuk mengukur pencapaian prestasi siswa
melalui mata pelajaran secara tematik. Jadi bukan sebagai kriteria untuk ikut
penentu kelulusan siswa dari sekolahnya. Pemberian UN adalah sebagai berikut:
1). UN bagi
kelas 3, 5, 7 dan 9 untuk membaca dan menulis.
2). UN
untuk kelas 6 dan 10 untuk kemampuan membaca sains (membaca ICTdan
kewarganegaraan).
Pelaksanaan
UN dilakukan untuk melihat kemajuan prestasi siswa secara umum, juga untuk pemetaan, melihat kualitas pendidikan secara
nasional dan juga secara internasional (UN di negeri kita mungkin baru sebatas
melihat pemetaan kualitas secara regional/ propinsi dan nasional). UN tidak
berpengaruh pada tingkat kelulusan siswa. Oleh sebab itu tidak ada UN pada
kelas 11 dan 12 tingkat SMA. Sementara untuk kelas 11 dan 12, Siswa akan menekuni mata pelajaran yang
mereka minati yang nanti akan mengarahkan mereka pada jurusan yang mereka ambil
di Perguruan Tinggi. Setelah pelaksanaan UN, maka hasilnya juga akan dilaporkan
kepada orang tua siswa.
Rata-rata
populasi kelas tingkat persiapan (Paud dan TK) hanya 19 orang. Untuk tingkat SD
rata-rata populasi kelas 22 orang, tingkat college (SMP dan SMA) adalah juga 22
orang. Beberapa sekolah populasi kelasnya cukup kecil sehingga guru dan sekolah
bisa memberikan pelayanan lebih prima. Yang terlihat jelas bahwa rata-rata
jumlah siswa SD berbanding sama (berbanding lurus) dengan jumlah siswa SMA, ini
berarti bahwa hampir tidak ada siswa yang drop-out.
Usai
mendengarkan presentasi dari staf kurikulum Departemen Pendidikan Nasional
Victoria maka kami berpamitan. Kami segera meninggalkan gedung dan selanjutnya
kami bergegas menuju mobil Pak Ismet dan kebetulan jatah atau kuota parkir
mobilnya juga mau habis. Kalau terlambat akan diberi denda. Memang Australia
adalah juga negara yang penuh denda bagi pelanggaran, dan tidak ada basa-basi-
tidak ada tawar menawar.
Angka
drop-out (putus sekolah/ putus kuliah) di negara kita bisa dilihat sebagai
kelompok golongan yang tinggi. Jumlah siswa SLTP lebih banyak dari jumlah
mahasiswa. Penyebabnya adalah alas an
ekonomi dan keinginan bekerja tamat SLTA. Namun angka drop out yang tinggi
perlu menjadi perhatian kita- sebagai guru.
Ada beberapa hal yang bisa kita diskusikan dengan calon mahasiswa untuk
kuliah dan mengatasi angka putus sekolah yang tinggi.
“Pertimbangan
kuliah agar tidak terancam Drop Out (Putus Sekolah)”, dewasa ini, untuk
mendapatkan jaminan masa depan yang lebih baik, maka tidak cukup hanya lulus
dan mendapatkan ijasah dari SMA atau jenjang sederajat lainnya. Menentukan akan
kuliah di perguruan tinggi yang mana dan jurusan yang tepat, bukanlah persoalan
yang sepele. Sering karena ketiadaan informasi dan ketidaktahuan akan minat
atau bakat yang dimiliki, menyebabkan penyesalan di kemudian hari, misalnya
perguruan tinggi yang dipilih ternyata kualitasnya tidak sesuai harapan, tidak
dapat mengikuti materi kuliah dengan baik karena tidak tertarik dibidang yang
telah dipilih, tidak dapat menyelesaikan kuliah dengan baik ataupun di drop
out/DO oleh perguruan tinggi tempat kuliah karena masa studi telah lewat atau
indeks prestasi tidak mencapai standar yang telah ditetapkan.
Maka dari
itu pemilihan tempat kuliah dan jurusan yang tepat sedini mungkin harus mulai
dipertimbangkan. Untuk menentukan tempat kuliah dan jurusan yang tepat adalah:
1). Kenali
minat dan bakat yang dimiliki. Jangan karena teman dekat memilih satu perguruan
tinggi dan jurusan tertentu maka anda ikut-ikutan. Kembangkan minat dan bakat
yang sudah ada disertai dengan rasa suka dan ketertarikan yang kuat pada suatu
jurusan studi akan menjadi pilihan yang tepat.
2).
Tentukan lokasi dimana akan kuliah dan dana yang sudah dianggarkan.
Penentuan lokasi kuliah juga harus menjadi perhatian. Lokasi tempat perguruan tinggi berada sebaiknya yang mudah diakses, tersedia sarana transportasi yang memadai.
Penentuan lokasi kuliah juga harus menjadi perhatian. Lokasi tempat perguruan tinggi berada sebaiknya yang mudah diakses, tersedia sarana transportasi yang memadai.
3). Kenali
Perguruan Tinggi dan jurusan didalamnya. Pada umumnya struktur pendidikan
tinggi terdiri dari 2 jalur pendidikan yaitu pendidikan akademik dan pendidikan
profesional. Pendidikan akademik menghasilkan lulusan dengan gelar S1, S2, dan
S3. Sedangkan Pendidikan jalur profesional menghasilkan lulusan yang memperoleh
sebutan profesional melalui program diploma.
4). Kenali
visi dan misi dari perguruan tinggi tersebut, fasilitas yang disediakan,
kualitas dari pengajar/dosen, dan jurusan yang ditawarkan di perguruan tinggi
tersebut. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sebagai bahan
pertimbangan anda untuk memilih perguruan tinggi dan jurusan yang ditawarkan.
5).
Pelajari jurusan yang dapat mengarahkan anda menuju profesi atau bidang
pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat anda. Dengan memilih jurusan yang
sesuai minimal langkah pertama menuju masa depan yang anda cita-citakan sudah
dilakukan.
6). Lebih
baik lagi bila perguruan tinggi tersebut memiliki wadah pengembangan karir
untuk membantu menyalurkan lulusannya bekerja di industri yang sesuai. Jangan
sampai anda terjebak di perguruan tinggi yang lulusannya ternyata sangat sulit
mencari pekerjaan atau menganggur tidak bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them