IKUT Bimbingan Teknis
1.Berjumpa Teman Lama
Selepas
upacara HGN berakhir, Presiden dan rombongan keluar dari audiotorium dan
kembali menuju Jakarta dikawal oleh paspamres (Pasukan pengawal presiden).
Selurus orang dalam audiotorium juga bergerak untuk keluar, mereka juga
bersilaturahmi, berbincang dengan teman- teman yang tinggalnya terpisah jauh. Pak
Singo mengajak kami ke sebuah ruangan untuk mengambil cendera mata- yaitu
sebuah laptop dengan merek intel core 13. Berarti aku sudah menerima dua
cendera mata dalam bentuk laptop, sebulan lalu aku juga menerima cendera mata
laptop yang berukuran kecil (notebook).
Cendera
mata yang lain dalam bentuk tabungan dari Bank BNI. Bulan lalu aku juga
menerima tabungan dari Bank Mandiri saat aku memperoleh penghargaan sebagai guru berprestasi terbaik
tingkat nasional pada Plaza Kementrian Pendidikan di Jakarta.
Kami tidak
begitu lama di komplek audiotorium, setelah makan siang, Pak singo membawai
kami kembali ke Hotel Mirah Sartika di Bogor. Setelah sampai di hotel, Pak
Singo meminta kami untuk menandatangani kwitansi karena kami diberi hadiah Satyalencana
uang tunai (Rp. 20 Juta- wah aku sudah lupa jumlahny). Juga Bulan lalu aku juga
menerima hadiah sebagai juara 1 guru berprestasi tingkat nasional.
Kami tidak
mempunyai kegiatan lagi, kami boleh pulang dan juga masih punya kesempatan
untuk tinggal di Hotel Mirah Sartika satu malam lagi. Namun aku dan Isdarmoko (Kepasa SMA berprestasi
tingkat nasional) memutuskan untuk segera meninggalkan kota Bogor untuk menuju
Jakarta karena di sana ada kegiatan bimtek buat kami. Bimtek adalah singkatan
dari bimbingan teknis. Dalam kegiatan ini kami akan memperoleh pelatihan
tentang bagaimana memberikan presentasi dan merancang media presentasi yang
ideal. Karena sebagai guru berprestasi kami semua bakal sering diundang dan
memberikan presentasi di daerah masing- masing. Tentu diharapkan presentasi
kami akan lebih berkualitas. Kami segera pamit dengan teman- teman dari Hotel
Mirah Sartika bogor menuju Jakarta. Sebuah taxi pun segera datang untuk membawa
kami.
Kegiatan bimtek dilaksanakan di Jayakarta Hotel- Jakarta
Pusat. Taxi blue bird mengantarkan
kami ke sana. Dan berhenti di depan hotel tersebut. Kami segera berada dalam
hotel Jayakarta. Isdarmoko mencari tahu di lantai berapa kegiatan bimtek
dilaksanakan. Kami akhirnya sampai di posko bimtek dan kami menyerahkan satu berkas
dokumen sebagai peserta dan langsung
bergabung dengan kegiatan bimtek. Aku masuk ke kelompok guru berprestasi dan
aku tentu saja menjadi peserta yang datangnya terlambat. Saat itu kegiatan
berlangsung yang dipandu oleh ibu
Farida. Aku duduk dengan wajah sedikit sungkan dan kebingungan. Ibu
Farida menyapaku lewat mikrofonnya.
“Welcome
sang juara…..!!!” Seru Ibu Farida dan beberapa teman- teman peserta bimtek juga
mengikuti seruan Buk Farida. Mereka menyambutku ibarat seorang pahlawan dan aku
juga mengulurkan tangan buat bersalaman. Aku merasa senang dan ikut tersanjung.
Ya begitulah perasaan seseorang yang memperoleh juara dalam suatu event.
Wah
ternyatakami kembali reuni dengan teman- teman dari 33 Propinsi di Indonesia. Aku
melihat semua wajah peserta sangat ceria dan rileks kali ini. Tidak tenggang
(stress) ibarat berjumpa di bulan September saat pemilihan guru berprestasi
Indonesia.
Sekali lagi
aku tahu bahwa tunjuan pemberian bimtek adalah untuk menambah wawasan pada
kami- guru berprestasi Indonesia. Kami musti mampu melakukan riset dan juga presentasi
yang bermutu.
“Kami
diberi akomodasi- satu kamar dengan Isdarmoko dengan demikian dalam kamar 1808
ada dua orang berprestasi terbaik, satu guru berprestasi dan satu lagi kepala
berprestasi…ha ha !!!” Moga-moga kami bisa memberikan prestasi bagi bangsa dan
juga selalu menjadi orang yang rendah hati. Kegiatan bimbtek tinggal satu atau
dua hari lagi.
Pada waktu
senggang aku pergi ke luar untuk mencari cendera mata buat teman- teman guru di
sekolahku. Kalau beli gantungan kunci, ya…tidak begitu bergengsi. Kalau aku
beli kue- kue juga tidak begitu bergengsi. Akhirnya aku putuskan untuk membeli
pin Kopri yang terbuat dari logam- dari jauh terlihat seperti emas. Jadi tiap
kali pin ini dipakai, mereka akan ingat dengan nama ku….ha haha.
Kegiatan
bimtek segera berakhir. Wah aku punya waktu satu atau dua hari di Jakarta…ya
lebih baik aku manfaatkan. Kalau aku sudah berada di Padang, pergi ke Jakarta
bakal susah lagi. Dengan demikian pada mulanya aku berencana untuk berkunjung
ke rumah family di Cileduk- Tanggerang, namuk aku batalkan. Aku ingin berjumpa
dengan Latif Pramudiana- teman lamaku saat sama-samamengajar di SMAN 1 Lintau-
Tanah Datar, Sumbar. Kami sudah lama tidak bertemu, kami sudah terpisah selama
18 tahun. Latif sekarang mengajar pada SMA Mandiri Balaraja Tanggerang.
2. Ditinggalkan Pesawat
Sebelum
berkunjung ke rumah Latif, aku terlebih dahulu memesan tiket pada counter tiket
di hotel Jayakarta. Dan aku menunggu tiket sesaat. Kemudian, Latif Pramudiana datang
menjemputku. Ia mengendarai mobil warna hitam. Dan ia terlihat sangat gagah
dalam mobil yang elegan.. Latif segera melaju.
Malam itu
aku nginap di rumah Latif dan juga berkenalan dengan anggota keluarganya. Aku
mengagumi gaya parenting Latif pada anaknya. Ia bukan tipe ayah yang otoriter
atau laissez faire (masa bodoh), Ia
adalah seorang ayah yang sangat care pada anak- anak dan familinya. Ia
berbahasa yang sejuk dan santun buat anak dan keluarganya- ia selalu menjaga
kualitas komuniakasi, menemani anak dalam belajar dan juga melibatkan mereka
dalam mengerjakan aktifitas keluarga- cuci mobil, merapikan rumah dan juga
berolah raga.
“Ayo
sayang, ikut bantu ayah. Ayo sayang habiskan makan dan minum mu. Ayo sayang
jangan lupa sholat isya dan berdoa sebelum tidur”. Demikian seruan dan ajakan
Latif buat anak-anaknya. Yang aku tangkap adalah bagaimana ia berbahasa yang
menyenangkan buat anaknya. Juga bagaimana posisinya sebagai seorang ayah yang
sangat peduli untuk hal-hal kecil buat anaknya.
Aku
menyempatkan mencari makanan atau kue-kue khas dari Tanggerang. Sebelumnya aku
juga telah membeli 40 keping cedera mata dari logam. Dua macam benda ini adalah
buat teman-temanku di SMAN 3
Batusangkar. Kemudian Latif mengantarkan aku menuju bandara Sukarno-Hatta dan
aku sangat mempercayai Latif termasuk masalah ketepatan waktu. Kami harus bisa
mencapai bandara sebelum jam 15.00, karena aku sudah harus terbang menuju
Padang pada pukul 15.25 Wib.
“Aku sudah
melihat komplek bandara Sukarno-Hatta di kejauhan, astaga….mobil tidak bisa
bergerak, ada terlalu banyak mobil yang berjalan serba pelan di depan mobil
kami”. DEngan rasa penuh stress akhirnya mobil latif bisa parkir sesaat di
depan terminal bandara. Namun saat aku cek in waktu sudah menunjukan pukul
15.40. itu berarti aku ditinggalkan oleh pesawat……astaga….astaga”. Aku merasa
kesal….tidak kesal pada siapa-siapa dan sangat stress- stress karena siapa?
Tidak ada
gunanya untuk stress gara- gara ditinggal pesawat. Aku juga tidak perlu
menyalahkan Latif Pramudiana karena mobilnya bergerak sangat lamban. Lebih baik
aku bersikap tenang dan banyak tenang karena dengan cara demikian bisa membuat
aku lebih rileks. Aku pergi ke counter check-in dan petugas di sana
merekomendasi aku untuk melakukan rescheduling
atau daftar ulang. Aku pergi ke counter khusus untuk rescheduling.
“Bapak
harus membayar biaya 50 % dari harga tiket”. Kata petugas.
“Tidak apa-
apa,…ini dia” Kataku menyerahkan sejumlah uang. Aku setuju dari pada aku beli tiket baru atau aku undur
keberangkatan menuju Padang. Seharusnya aku perlu memperhitungkan waktu setiap
kali berada di Jakarta, sebuah kota besar yang sering macetnya. Macetnya susah
diprediksi. Moga-moga pengalaman ini ada hikmahnya, misalnya aku bisa lebih
kaya dalam hal pengalaman hidup, mengenal problem dan bagaimana mengatasi
problem tersebut”.
Aku bisa
tersenyum karena memperoleh tiket baru dan aku duduk pada bangku dengan nomor
18 F. itu berarti aku duduk di depan bagian sayap dan dekat jendela. Wah aku bisa
melihat pemandangan bumi lagi. Pesawatku terbang malam hari dan aku melihat
kelap-kelip cahaya kota Jakarta di luar sana. Aku mengirim SMS pada keluargakubahwa
aku terbang malam dan sampai di rumah tentu sudah agak larut malam.
3. Update Status Facebook
Pesawat yang aku tumpangi mendarat di Bandara BIM Padang.
Suasana malam membuat lingkungan agak sepi. Aku menyempatkan diri untuk
mengupdate FB, memajang pengalaman pada wall- FB dan juga mengupload foto-foto
selama di Sentu Bogor dan Jakarta. Aku juga menyempatkan membaca tulisan lewat
home FB. Ada cerita tentang patah hati, kegagalan, persahabatan dan kekecewaan.
Aku membaca ada berita sedih. Salah seorang mantan muridku, sebut saja namanya
“Badu” telah meninggal dunia gara-gara gangguan ginjal.
Badu salah seorang siswaku yang ganteng meninggal dalam
usia yang cukup muda. Usia itu memang milik Allah Swt namun untuk sehat
ditentukan oleh pilihan hidup dan juga gaya hidup kita. Beberapa waktu lalu aku
pernah mengomentari gaya hidup sehatnya.
“Kamu suka minum kopi kental dalam gelas besar dan juga 3
kali dalam sehari ya. Biasanya orang minum kopi hanya sedikit saja dan pada
cangkir kecil”. Saat itu ia tetap berkomentar bahwa ia mengimbangi minum kopi kental
dengan banyak minum air putih. Selama
aku tahu ia tetap pencandu rokok dan minum kopi kental yang banyak.
“Ia tetap
bertahan dengan gaya hidup minum kopi kental dalam jumlah jumbo dan juga
menjadi heavy smoker sejak masa
remajanya. Gaya hidup yang tidak benar ini membuat ia mengalami komplikasi-
ganguan ginjal, gangguan paru-paru dan juga gangguan jantung- dirawat cukup
lama….akhirnya koma dan dead….innalillahi
wainnailaihi rojiun”.
Akhirnya
semua penumpang pesawat Lion Air menuju ruang bagasi untuk mengambil barang-
barang mereka. Aku juga dan memgamati tanda pada koperku. Owww ..itu koperku dan
aku segera menyeretnya dari ban-berjalan. Di sepanjang pagar luar aku
memperhatikan banyak orang sedang menunggu keluarga mereka, namun aku tidak ada
yang menyambut, aku datang sendirian. Wah…itu biasa
Aku berjalan menuju pool
taxi yang resmi. Aku tidak mau menaiki taxi yang tidak jelas identitasnya-
apalagi untuk menaiki taxi pada malam hari untuk tujuan yang agak jauh. Taxi
melaju menuju Batusangkar. Hanya aku berdua dalam taxi. Supaya tidak terasa
sepi maka akulah yang memancing banyak pertanyaan dan sang sopir terlihat
senang dengan pertanyaan- pertanyaan cerdas dariku. Tidak terasa sudah lebih
dari jam. Kami mencapai kota Batusangkar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them