Selasa, 12 Februari 2013

Memahami Harga di Australia

Memahami Harga di Australia

Kami sudah berada di Australia  selama beberapa hari. Biasanya kami pergi shopping selalu diantar oleh Pak Ismet. Karena apartemen kami juga berdekatan dengan mall maka sudah saatnya pergi shopping kecil- kecilan di sana. Agar tidak tekor (kehabisan jatah uang) tentu saja kami harus bisa memahami tentang harga- harga di benua kecil ini. Aku juga mencari tahu tentang “seperti apa biaya hidup di Australia ?”

Berbelanja di Australia,  wah pasti mahal,  biaya hidup disana berapa yah? Pertanyaan begini   adalah sangat sering ditanyakan orang ketika mau pergi ke Australia. Maka beginilah info yang bisa kita peroleh (http://achmad.glclearningcenter.com):  
1). Kalau kita berada di Australia sebaiknya mulai berpikir sebagai orang  Australia, buang jauh- jauh nilai  kurs ketika berbelanja,  jangan samakan harga di Indonesia dengan Australia,  jelas berbeda.
2). Tentang harga barang mahal dan  murah adalah relative, ya  tergantung pada hal- hal yang dibandingkan. Nah kalau kita sudah di Australia  yang kita bandingkan tentu  adalah harga- harga yang ada di sini (Australia) pula. Mindset (cara berfikir)  ini berguna untuk mempercepat adaptasi kita di Australia. Kalau semuanya kita konversi ke nilai  rupiah, wah jadi pusing sendiri kita, kerjaan kita tentu bakal mengeluh terus.
3). Biaya  sekali makan di Australia (Melbourne dan Sydney)  adalah sekitar 7-9 $ AUD. ini adalah harga standar. Kalau ada yang  lebih dari itu ya termasuk mahal.
Jam menunjukan pukul 13.00 siang, perut kami sudah terasa keroncongan dan sudah saatnya pula buat makan siang. Pak Ismet mengerti dengan apa yang kami rasakan. Maka diajak untuk pergi ke restaurant Malaysia. Terus terang kami merasa segan kalau selalu ditraktir oleh Pak Ismet. Maka ya…harus balance, kami juga harus mentraktirnya.
Aku memilih makanan yang kira-kira sesuai dengan seleraku dan juga halal. Aku memilih makanan seperti bakso dan desi juga. Kami kemudian diberi hidangan bakso yang porsi tiga kali atau 4 kali sebanyak porsi bakso di Indonesia.
“Wow…apa tidak boleh kami pesan separoh porsi saja ?” Tanya Desi.
“Ohhh…tidak ada istilah porsi separo di sini…” Jawab Pak Ismet. Okelah kalau begitu. Kami harus menghabiskan semua porsi baksa hingga merasa sangat kenyang dan apalagi harganya cukup mahal yaitu sekitar Rp.300 ribu atau 30 Aus $. Kita akan merasa mubazir kalau menyisakan makanan.
Usai makan siang, ketua kami- Inhendri Abbas- berdiri dan pergi ke meja kasier buat membayarnya. Ia membaya semua makanan dengan bayaran total sekitar 80 Aus $ atau hampir Rp. 900 ribu. Kami perlu melakukan penghematan dan untung kami juga memasak danm bisa makan hemat- makan pagi dan makan malam- di apartemen sendiri.
Sore ini kami sudah berada di Punthill apartemen kembali. Hari terlihat masih terang. Kendaraan masih lalu lalang padahal jam sudah menunjukan pukul 8.00 sore atau pukul 8.00 malam. Aku tidak tahu apakah ini waktu sholat ashar, magrib atau isya. Aku mmematok bahwa sebentar lagi masuk waktu maghrib dan meskipun tidak ada mesjid, namun demikianlah perhitungan kami terhadap waktu.
Malas berada di apartemen, lebih baik pergi ke luar untuk melihat-lihat, cuci mata dan juga buat menambah pengalaman. Ya kami memutuskan pergi ke luar. Kami jalan kaki menuju mall “Knoxcity”, di sana dijual berbagai item termasuk kebutuhan harian seperti buah-buahan, dlauk pauk dan rempah. Di Melbourne tidak ada warung maka berbagai barang hanya dijual di mall.
Di luar terasa dingin. Angin kutub selatan bertiup kuat, dinginnya menyusup ke dalam tulang kami. Sebelum berangkat aku menghabiskan buah-buahan/ appel karena ini sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan. Sebab problem pada pencernaan bisa membuat kita demam.
Aku kasihan melihat Inhendri Abbas, tidak punya baju tebal dan ia  terpaksa memakai sehelai baju tipis  dan ia membawa pakaian yang terbatas. Ia pun memacu langkah kami  sambil melipat tangannya ke tubuh.
Habis subuh kami bertiga sudah berada di seputar dapur apartement, ada yang bersih-bersih piring, memanaskan makanan dan merapikan meja buat sarapan. Pendek kata pagi- pagi sekali untuk ukuran orang Australia kami sudah sarapan. Kemudian kami memutuskan buat berbelanja kebutuhan makan, kami sudah kehabihan minyak makan dan sayur, juga buah-buahan. Kami harus pergi ke mall knoxcity. Mall itu letaknya hanya berseberangan jalan dengan apartement kami (apartemen punthill).
Kami selalu bersikap cermat tiap kali berbelanja. Kami harus mengenal harga- mengkonversi nilai dollar ke dalam rupiah, ini berguna untuk menghitung target keuangan kami. Kalau kami tekor atau uang habis….ya bagaimana lagi ? Sementara itu kami masih harus membayar sewa apartemen yang cukup mahal dan juga buat beli tiket untuk kembali ke Sumatra, juga buat beli cendera mata buat teman dan keluarga.

Kualitas Guru


KUALITAS GURU

            Betul….betul, kami merasa beruntung bisa pergi ke Melbourne dalam acara studi tour sebagai reward dari Pemda buat kami bertiga. Selain berkunjung ke tempat- tempat pendidikan- perguruan tinggi dan sekolah, maka bertukar pikiran dengan Prof Dr Ismet Fanany dan Dr Rebecca Fanany juga menambah wawasan kami tentang pendidikan. Misalnya bagaimana pandangan mereka berdua tentang penddidikan dan perbedaan kualitas guru Australia dan guru Indonesia. Hasil diskusi tersebut juga aku perkaya dengan membaca referensi tambahan dari internet.
“Bagaimana dengan kualitas guru di Australia ?”
Selama decade terakhir, peran guru di Australia telah berubah. Guru di Australia diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengasah keterampilan seperti pemikiran kritis, diatur untuk belajar mandiri, pengetahuan diri, serta belajar seumur hidup. AustralianTeacher Education Association (ATEA) merupakan asosiasi profesional utama untuk pendidikan guru di Australia. Misi ATEA  adalah untuk mempromosikan/ meningkatkan kualitas para  pendidik (guru) dalam segala bentuk dan konteks.
Di Australia, salah satu cara untuk mengubah wajah pendidikan yakni dangan melalui pendidikan nilai-nilai (pendidikan karakter). Nilai pendidikan di sekolah-sekolah Australia menjadi aspek kunci dari kebijakan pemerintah.
Kualitas guru di Australia dapat dilihat  dari keterlibatan mereka dalam suatu pembelajaran-  yang mana  berperan sebagai fasilitator atau pemandu dan mendorong anak-anak untuk terlibat dalam forum diskusi. Peran guru di kelas menjadi satu factor penting dalam  pembelajaran bagi siswa. Guru Australia diharuskan memiliki pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan agar mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan  mengembangkan nilai-nilai pendidikan.
“Bagaimana kualitas guru di Indonesia ?”
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya. Selain itu, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas.
Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3). Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
“Bagaimana perbandingan kualitas guru di Australia dengan guru di Indonesia ?”
Mungkin maksud kita memuji satu negara dan merendahkan negara lain- yaitu negara kita sendiri. Bahwa pendidik di Australia memiliki cara pengajaran yang baik bila dibandingkan dengan Indonesia. Karena pendidik di Australia memiliki pandangan yang bertujuan untuk pengajaran nilai-nilai bagi peserta didiknya. Selain itu pendidik di Australia juga dituntut harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan dalam mendorong peserta didik berpikir kritis dan juga mempu mengembangkan nilai-nilai pengetahuan.
Pendidik memiliki peran sebagai fasilitator. Sedangkan kualitas guru di Indonesia masih terbilang cukup rendah. Hal ini dapat terlihat dari tingkat pendidikan guru-guru di Indonesia. Selain itu pendidik di Indonesia juga dapat dikatakan kurang professional dalam menjalankan tugasnya (Sariwati, 2010: Masalah-Masalah Pendidikan Indonesia, www.ubb.ac.id)

Pendidikan di Victoria

Pendidikan DI Victoria

1. Departemen Pendidikan Victoria
            Sebetulnya tujuan utama kami untuk datang ke Melbourne- Australia adalah untuk memperoleh pengalaman sebanyak mungkin tentang pendidikan dan juga tentang kebudayaan. Maka kunjungan kami ke Departemen Pendidikan Victoria dan ke sekolah atau universitas adalah momen yang sangat berharga untuk dicatat dengan tinta emas. Kami sangat berterima kasih pada Pak Ismet dan ibu Rebeccca yang selalu memandu kami dalam menelusuri pengalaman indah tentang pendidikan di kota ini.
Pak Ismet danIbu Rebecca datang lagi tepat waktu, pukul 08.00 pagi ke apartemen kami. Kami segera naik ke dalam mobilnya. Kali ini aku merasa mengantuk namun aku enggan untuk memejamkan buat tidur walau untuk sekejap. Soalnya aku jauh-jauh datang ke Melbourne dengan biaya yang sangat mahal, tentu aku merasa rugi kalau mataku tidak aku manfaatkan buat mengamati hal- hal yang unik dan indah di Australia dan aku akan mengumpulkan pengalaman hidup sebanyak mungkin.
            “Maka sepanjang perjalanan aku melemparkan pandangan ke arah luar jendela mobil. Tentu ada banyak hal menarik yang dapat ditangkap oleh mata”.     
            Bukan maksudku menjelek-jelekan kampung sendiri bahwa kalau di tanah air traffic light seolah-olah hanya untuk dipatuhi oleh pengemudi sepeda motor dan juga oleh kendaraan mobil dan tidak perlu dipatuhi oleh pengendara sepeda. Pengendara sepeda boleh menerobos jalan raya kapan saja. Namun di Melbourne (di Australia) pengendera sepeda juga harus mematuhi traffic light- mereka juga harus berhenti bila lampu merah menyala dan boleh bergerak bila lampu hijau menyala. Berarti aplikasi lalu-lintas kita perlu memaju disiplin lalu-lintas di Australia.
            Sejak kedatangan ku di Melbourne aku sering bertanya-tanya sendirian tentang mengapa semua transport di Australia hanya dimonopoli oleh kendaraan mobil dan aku sangat jarang melihat sepeda motor. Pertanyaanku dijawab oleh Pak Ismet bahwa itu karena sepeda motor lebih sulit untuk diperoleh. Harga sepeda motor lebih mahal dari pada sebuah mobil bekas yang masih layak pakai. Untuk diingat bahwa sepeda motor di Australia semua berukuran besar, karena digunakan untuk menempuh jarak yang jauh.
            Saking begitu banyaknya jumlah mobil maka aku sering melihat usaha pendduduk seperti pencucian mobil pake tangan “hand wash car” dengan biaya 16 Aus $ atau setara dengan Rp. 176.000. Ya setarah dengan harga satu porsi sarapan pagi.    
            Kemudian juga aku perhatikan bahwa dalam menunggu transportasi publik juga harus bersabar. Sarana transportasi publik adalah mobil umum dan juga tram. Aku juga melihat bahwa pada tiap perempatan jalan ada traffic light tertulis “stop here on red arrow”. Jadi selain ada traffic light juga ada pesan tertulis yang harus dipatuhi.
Mobil kami kemudian berhenti di pinggir taman kota yang terletak di samping kantor Department of Education Victoria. Di pinggir taman kami melihat ada bangunan kecil dari batu bata. Itu adalah rumah bersejarah yaitu rumahnya Captain James Cook.
James Cook adalah orang Eropa pertama yang menemukan benua selatan- yaitu benua Australia. Dengan demikian ia adalah penemu benua Australia. Bahan rumah James Cook semuanya dibawa dari England. Batubatanya dilepas dan diberi nomor, dibawa dengan kapal dari England dan kemudian disusun atau dibangun lagi di kota Melbourne. Bentuk rumah yang aku lihat di sini ya seperti rumahnya saat di England, nah seperti itulah negara besar dalam menghargai sejarah bangsanya.
Kami semua keluar mobil dan kami berjalan. Kami tertinggal semua oleh langkah Pak Ismet dan Ibu Rebecca. Pada hal Pak Ismet sendiri tidak tinggi tubunya. Namun langkahnya cepat. Ya demikianlah sikap dan cara berjalan orang- orang cerdas. Kalau suatu bangsa mau maju maka orang-orangnya musti bersikap bersemangat termasuk dalam berjalan.
Kami menuju entrance kantor Pendidikan Victoria. Akhirnya kami memasuki sebuah ruang yang sudah didesain sengaja untuk kami. Pada mulanya aku berfikir kalau-kalau ada meeting dengan jumlah peserta mungkin 30 atau 40 orang. Maklum sebuah meeting internasional. Ternyata setelah kami lihat bahwa kami hanya memasuki sebuah ruangan kecil yang hanya diisi oleh 10 orang dan kami yang datang hanya berlima saja, yaitu aku, Desi, Inhendri, Pak Ismet dan Bu Rebecca.                        

2. Seminar Internasional
            Seminar internasional ini adalah seminar yang terkecil di dunia. Karena hanya dihadiri oleh 5 orang saja. Seharusnya peserta seminar inimusti 20 atau 30 orang. Awalnya Pak Ismet mengusulkan kepada Pemda Tanah Datar agar bisamengirim utusan ke Melbourne dalam rangka bertukar pengalaman pendidikan secara internasional. Pada awalnya diperoleh sinyal bahwa memang akan ada peserta yang datang dalam jumlah yang demikian. Dalam dalam perubahan karena berbagai efisiensi anggaran maka yang berangkat hanya 5 orang dan pada keputusan final adalah 3orang, yaitu aku dan 2 orang temanku.
            Judul program ini adalah “School management seminar and workshop” yang diusulkan oleh Prof Ismet Fanany pada Education Dapartement of Victoria- Australia”. Pada jadwal kegiatan tertulis kepalanya:
            “Program for district of West Sumatra Republic of Indonesia. Venue-nya pada meeting room 1,1, 41 St Andrews Place, East Melbourne”. Program kegiatan dirancang dari pukul 9.25 pagi sampai pukul 12.30 siang. Kemudian ada beberapa ahli pendidikan sebagai pembicara atau key speakers. Mereka berasal dari Departement Pendidikan Victoria.        
            Begitu kami sampai di ruangan DEECD (Departement of Education and Early Childhood Development) kami langsung diantarkan ke ruangan rapat dan disambut oleh Ms. Helen Master. Ia kemudian menjelaskan secara sekilas tentang Sistem pendidikan Victoria.
            Ms. Ann Osman dan Ms. Robyn Douglass menyampaikan tentang standar belanja pokok untuk kebutuhan pendidikan Victoria. Setelah minum the pagi maka Ms. Min Dardovski menjelaskan tentang manajer dan manajemen sumber daya sekolah.   
            Kami diberi tahu tentang tujuan pendidikan nasional Australia yaitu untuk memberi pemerataan pendidikan dan juga pemerataan dalam keunggulan. Kemudian seluruh pelajar Australia harus menjadi orang yang sukses, memiliki rasa percaya diri dan pribadi yang kreatif. Pelajar Australia harus menjadi warga negara yang aktif dan kaya dengan informasi. Tentang wajib belajar untuk negara bagian Victoria adalah usia 6- 17 tahun atau wajib belajar selama 12 tahun, dari tingkat SD hingga SLTA.
            Tidak hanya di Indonesia, UN (Ujian Nasional) juga ada di Australia. UN di Australia hanya untuk mengukur pencapaian prestasi siswa melalui mata pelajaran secara tematik. Jadi bukan sebagai kriteria untuk ikut penentu kelulusan siswa dari sekolahnya. Pemberian UN adalah sebagai berikut:
1). UN bagi kelas 3, 5, 7 dan 9 untuk membaca dan menulis.
2). UN untuk kelas 6 dan 10 untuk kemampuan membaca sains (membaca ICTdan kewarganegaraan).   
Pelaksanaan UN dilakukan untuk melihat kemajuan prestasi siswa secara umum, juga untuk  pemetaan, melihat kualitas pendidikan secara nasional dan juga secara internasional (UN di negeri kita mungkin baru sebatas melihat pemetaan kualitas secara regional/ propinsi dan nasional). UN tidak berpengaruh pada tingkat kelulusan siswa. Oleh sebab itu tidak ada UN pada kelas 11 dan 12 tingkat SMA. Sementara untuk kelas 11 dan 12,  Siswa akan menekuni mata pelajaran yang mereka minati yang nanti akan mengarahkan mereka pada jurusan yang mereka ambil di Perguruan Tinggi. Setelah pelaksanaan UN, maka hasilnya juga akan dilaporkan kepada orang tua siswa.
Rata-rata populasi kelas tingkat persiapan (Paud dan TK) hanya 19 orang. Untuk tingkat SD rata-rata populasi kelas 22 orang, tingkat college (SMP dan SMA) adalah juga 22 orang. Beberapa sekolah populasi kelasnya cukup kecil sehingga guru dan sekolah bisa memberikan pelayanan lebih prima. Yang terlihat jelas bahwa rata-rata jumlah siswa SD berbanding sama (berbanding lurus) dengan jumlah siswa SMA, ini berarti bahwa hampir tidak ada siswa yang drop-out.
Usai mendengarkan presentasi dari staf kurikulum Departemen Pendidikan Nasional Victoria maka kami berpamitan. Kami segera meninggalkan gedung dan selanjutnya kami bergegas menuju mobil Pak Ismet dan kebetulan jatah atau kuota parkir mobilnya juga mau habis. Kalau terlambat akan diberi denda. Memang Australia adalah juga negara yang penuh denda bagi pelanggaran, dan tidak ada basa-basi- tidak ada tawar menawar.
Angka drop-out (putus sekolah/ putus kuliah) di negara kita bisa dilihat sebagai kelompok golongan yang tinggi. Jumlah siswa SLTP lebih banyak dari jumlah mahasiswa. Penyebabnya adalah  alas an ekonomi dan keinginan bekerja tamat SLTA. Namun angka drop out yang tinggi perlu menjadi perhatian kita- sebagai guru.  Ada beberapa hal yang bisa kita diskusikan dengan calon mahasiswa untuk kuliah dan mengatasi angka putus sekolah yang tinggi.
“Pertimbangan kuliah agar tidak terancam Drop Out (Putus Sekolah)”, dewasa ini, untuk mendapatkan jaminan masa depan yang lebih baik, maka tidak cukup hanya lulus dan mendapatkan ijasah dari SMA atau jenjang sederajat lainnya. Menentukan akan kuliah di perguruan tinggi yang mana dan jurusan yang tepat, bukanlah persoalan yang sepele. Sering karena ketiadaan informasi dan ketidaktahuan akan minat atau bakat yang dimiliki, menyebabkan penyesalan di kemudian hari, misalnya perguruan tinggi yang dipilih ternyata kualitasnya tidak sesuai harapan, tidak dapat mengikuti materi kuliah dengan baik karena tidak tertarik dibidang yang telah dipilih, tidak dapat menyelesaikan kuliah dengan baik ataupun di drop out/DO oleh perguruan tinggi tempat kuliah karena masa studi telah lewat atau indeks prestasi tidak mencapai standar yang telah ditetapkan.
Maka dari itu pemilihan tempat kuliah dan jurusan yang tepat sedini mungkin harus mulai dipertimbangkan. Untuk menentukan tempat kuliah dan jurusan yang tepat adalah:
1). Kenali minat dan bakat yang dimiliki. Jangan karena teman dekat memilih satu perguruan tinggi dan jurusan tertentu maka anda ikut-ikutan. Kembangkan minat dan bakat yang sudah ada disertai dengan rasa suka dan ketertarikan yang kuat pada suatu jurusan studi akan menjadi pilihan yang tepat.
2). Tentukan lokasi dimana akan kuliah dan dana yang sudah dianggarkan.
Penentuan lokasi kuliah juga harus menjadi perhatian. Lokasi tempat perguruan tinggi berada sebaiknya yang mudah diakses, tersedia sarana transportasi yang memadai.
3). Kenali Perguruan Tinggi dan jurusan didalamnya. Pada umumnya struktur pendidikan tinggi terdiri dari 2 jalur pendidikan yaitu pendidikan akademik dan pendidikan profesional. Pendidikan akademik menghasilkan lulusan dengan gelar S1, S2, dan S3. Sedangkan Pendidikan jalur profesional menghasilkan lulusan yang memperoleh sebutan profesional melalui program diploma.
4). Kenali visi dan misi dari perguruan tinggi tersebut, fasilitas yang disediakan, kualitas dari pengajar/dosen, dan jurusan yang ditawarkan di perguruan tinggi tersebut. Kumpulkan  informasi sebanyak-banyaknya sebagai bahan pertimbangan anda untuk memilih perguruan tinggi dan jurusan yang ditawarkan.
5). Pelajari jurusan yang dapat mengarahkan anda menuju profesi atau bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat anda. Dengan memilih jurusan yang sesuai minimal langkah pertama menuju masa depan yang anda cita-citakan sudah dilakukan.
6). Lebih baik lagi bila perguruan tinggi tersebut memiliki wadah pengembangan karir untuk membantu menyalurkan lulusannya bekerja di industri yang sesuai. Jangan sampai anda terjebak di perguruan tinggi yang lulusannya ternyata sangat sulit mencari pekerjaan  atau menganggur tidak bekerja.

Apartemenku Rumahku


Apartement sebagai rumahku

Kami sampai di depan apartement dengan merek Punthill. Apartementnya bertingkat- aku lupa menghitung jumlah tingkatanya, yang terletak di jalan Burwood nomor 400-408 highway wantima, south Melbourne. Aku merasakan apartement ini ibarat rumahku sendiri selama tinggal di Melbourne. Di sini aku merasa tenang, kecuali fikiranku melayang jauh ke keluarga dan anak-anakku di Sumatra- Indonesia.
            Apartemennya begitu nyaman- yaistirahat kami terasa sangat nyaman. Perubahan cuaca ekstim di luar apartemen tidak begitu terasa di dalam. Aku merasakan bahwa suhu ruang cukup standar. Ruangan apartement di sini dirancang berbeda dengan bangunan yang ada di kampungku- Sumatera Barat. Gedungnya tidak punya ventilasi dan memiliki jendela serta pintu yang terbuat dari kaca sehingga cahaya mata hari masuk ke dalam ruangan lebih bagus.
            Apartemen dimana kami tinggal adalah apartement hotel. Ia apartement yang berfungsi sebagai hotel- dengan dua kamar, ruang keluarga dan dapur untuk disewakan. Sebagaimana yang aku nyatakan bahwa harga apartement per-malam adalah 245 Aus $. Pantaslah sewanya mahal karena ruang apartemen terasa mewah dengan lantai yang dilapisi karpet tebal. Untuk suplai udara bersih ke dalam ruangan diperoleh melalui AC, kita boleh memilih suhu yang agak hangat atau agak sejuk.
            Aku belajar untuk memahami peraturan yang tertulis dalam apartemen ini. Katanya bahwa semua apartement di blok itu atau di gedung itu merupakan wilayah yang bebas dari asap rokok demi kenyamanan dan keselamatan penghuni apartemen. Sementara itu asbak disediakan di balkon atau di tempat umum.
            Laluan ke dalam apartemen hanya sampai pukul jam 8.00 sore/ malam. Setelah jam tersebut pintu akan terkunci secara otomatis.bagi yang mau keluar cukup tekan tombol hijau. Sementara bagi yang masuk gunakan kartu pintu apartemen, ya untuk itu selalu bawa kartu sebagai kunci pintu depan.
            Pemilik apartemen juga menyediakan kartu komentar dan ia ingin memperoleh komentar tentang kualitas apartemen. Beberapa hal yang ditanya adalah apakah apartemen dipesan melalui internet, sendirian, perusahaan atau melalui biri perjalanan. Apakah kualitas apartemen itu biasa- biasa saja, bagus atau malah sangat hebat. Kemudian tentang pelayanan staffnya biasa- biasa saja, bagus atau sangat excellent.
            Setelah beberapa hari berada di apartemen ini dan juga di ruang terbuka dan pada bagian lainnya di kota Melbourne, aku tidak menemukan serangga seperti lalat, nyamuk dan kecoa. Juga aku tidak mendengar suara jangkrik padamalam hari. Pada hal suara jangkrik juga enak untuk didengar.
            “Tidak ada fasilitas yang gratis di apartement ini, untuk menggunakan DVD sewanya 6 dollar, internet harganya 3 dollar per-jam atau 18 dollar per-hari. Yang gratis hanya menggunakan televisi”.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...