Minggu, 20 Januari 2013

Menjalani Seleksi Guru Berprestasi Tingkat Nasional



8. Menjalani Seleksi Guru Berprestasi Tingkat Nasional
            Pelaksanaan seleksi guru berprestasi tingkat nasional tidak seberat seleksi di tingkat propinsi. Namun yang terasa berat adalah perasaan atau beban mental. Saat itu bullying  aku harus berhadapan dengan  utusan-utusan terbaik dari setiap propinsi dan jumlah mereka lebih besar dibanding saingan saat di Propinsi.
“Aku  ibarat berada di antara bintang-bintang dan aku  tidak bisa lagi melihat dan merasakan cahaya diri sendiri, karena bisa jadi kemilau diri  kalah  bersaing dari kemilau atau pesona teman-teman lain”.
            Meskipun kami ditempatkan di Hotel Millenium dengan iklim yang nyaman namun fikiran tidak senyaman suasana, karena dalam fikiran terjadi psy-war-  perang syaraf atau perang dalam fikiran. Ya  bagaimana aku bisa menaklukan soal-soal ujian test tulis yang jumlah soalnya tidak sebanding dengan alokasi waktu.
 “Karena anda adalah orang-orang pilihan maka tidak mungkin kami memberikan anda soal-soal yang mudah”. Kata salah seorang dewan juri.
            Selama dua hari kami dihujani oleh test tulis sepanjang hari, otak terasa lelah dan panitia ujian  juga terlihat  lelah. Dua hari berikutnya kami harus mempresentasikan karya ilmiah, dengan kuota 1 (satu) jam perorang. Ini adalah saat yang menegangkan menghadapi pertanyaan demi pertanyaan dari dewan juri dan bagaimana kita bisa merespon dan meyakinkan dewan juri dengan logika dan dengan penuh sopan santun.
            Aku  juga harus antri, menunggu giliran dan  memang cukup  membosankan. Jadwal tampilku ternyata  jam 09.00 atau 10.00 malam. Namun saat itu aku  tidak berada di tempat karena harus menunaikan sholat Isya. Jadwal tampilku  ditunda pada pagi berikutnya.
            Habis sarapan pagi maka semua  peserta memakai pakaian PSL- baju putih lengan panjang, memakai jas dan juga dasi. Setiap peserta mencari informasi tentang apa jenis pertanyaan dan bagaimana karakter dewan juri.
 “Woww  jurinya ada yang rada-rada galak. Suasana presentasi  seperti mengikuti kompre untuk tesis pada kuliah pascasarjana”.
 Akhirnya tibalah jadwal bagiku  untuk mempresentasikan karya ilmiah  dengan media power point. Yang kita perlukan adalah sikap tenang, santai dan penuh percaya diri. Setelah melalui presentasi ternyata suasana presentasi tidak menakutkan seperti yang aku bayangkan. Alhamdulillah aku  aku tampil cukup prima karena semalaman tidurku pulas dan aku merasa bugar, hingga  bisa merespon semua pertanyaan dewan juri, malah aku  menerima ucapan selamat dari dewan juri - mogas-moga anda sukses.
“Aku yakin itu hanya ucapan selamat untuk membesarkan hati setiap peserta”
 Selesai presentasi,  sebetulnya  suasana  fikranku  sedikit lega, kecuali aku  harus menyiapkan mental untuk mendengar hasil pengumuman pada hari berikutnya.
            Acara setelah kegiatan  presentasi adalah kegiatan  di luar Hotel Millenium. Kami semua  menuju Hotel Sahid untuk acara makan malam, acara ramah tamah dan pemberian hadiah dari Bank Mandiri oleh Direktur Bank Mandiri dan juga oleh Menteri Pendidikan Nasional.

9. Pencerahan dari Bank Mandiri dan Menteri
            Seperti biasa, aku  mengikuti uraian pencerahan yang diberikan para tokoh dengan seksama (tekun), aku  tidak lupa untuk menulis/ menyalin  ide-ide yang bermanfaat pada buku catatan. Ada ide-ide pencerahan dari Bapak  Anis Baswedan (Direktur Bank Mandiri).
Bapak Direktur  juga memberi wejangan yang sangat menginspirasi.  Ia berpesan agar kita  menyiapkan anak-anak menjadi pemenang di era baru dan bukan menjadi orang yang kalah dengan ilmu, bahasa, agama, pergaulan, etika,  dan lain-lain.  Ia bertanya:
“Mengapa sih orang orang Indonesia cukup banyak bisa diterima di internasional ? Ya itu karena karakter dan integritas mereka yang baik, dan juga oleh kualitas kompetensi yang mereka milki”.
Usai pencerahan dari direktur Bank Mandiri diteruskan dengan pencerahan (ceramah)  dari Menteri Pendidikan nasional.  Menteri pendidikan (Prof. Dr. Mohammad Nuh)  telah hadir sebanyak dua kali. Ceramahnya sangat aku senangi. Bpk menteri mengawali ceramahnya dengan memaparkan defenisi kata “guru”.
“Guru , yang berasal dari  bahasa Sangskerta- gu= darkness (kegelapan) dan  ru= light (cahaya). Jadi guru adalah cahaya yang menerobos kegelapan, guru adalah orang yang memberi pencerahan”.
            Guru itu seharusnya adalah orang-orang hebat maka untuk itu mereka perlu menyandang prestasi dan dedikasi. Seorang guru perlu memiliki cahaya (kecerdasan) dan energi (kompetensi) untuk menerobos kebodohan. Guru- guru adalah orang yang selalu menjaga kualitas bangsa, yaitu selalu membangun peradaban. Guru juga punya peran yaitu sebagai sumber inspirasi bagi kehidupan generasi muda.
            Prestasi seseorang harus diapresiasi (dihargai). Namun yang bisa memberi appresiasi adalah orang orang yang juga pernah berprestasi (yang yang punya pengalaman sukses). Sorang yang tidak punya prestasi- tidak memilki pengalaman sukses- ya susah untuk menghargai prestasi orang.       
“Guru itu adalah ibarat mata air (sumur/ sungai) yang tidak pernah kering. Kehadirannya diperlukan untuk menyuburkan bangsa ini. Agar guru bisa selalu menjadi sumber air bagi kehidupan, maka guru harus selalu belajar dan belajar”.
            Kadang kadang ada guru yang mudah menjadi inferiority complex (rendah diri), karena merasa diri kurang- kurang ilmu, kurang kompeten. Untuk mengatasinya ya dengan menumbuhkanlah sikap optimis.   Peran guru adalah untuk memberi sentuhan demi sentuhan buat generasi emas Indonesia.
            Dunia guru adalah dunia ilmu, maka ilmu itu punya induk yaitu kesabaran dan kebijakan. Orang yang berilmu musti penyabar- guru yang berilmu adalah bukan guru yang killer dan guru pemarah. Tidak mungkin orang yang berilmu  itu seorang yang pemarah. 
“Maka aneh  ya....sekali lagi, kalau ada guru yang berilmu terkenal sebagai guru yang pemarah”.
            “Perempuan berilmu sangat dicari-cari dan dicintai oleh orang kaya. Mau tahu ciri-ciri menantu orang kaya ? Yaitu cantik/ ganteng, pintar (berilmu) dan jelas turunannya (orang tuanya).  Masa orang kaya punya menantu jelek dan bodoh”. Kata Pak Menteri bercanda.         
            Usai  berceramah  menteri  pun pamit dan hari sudah beranjak larut malam. Kami semua bergegas menuju mobil untuk bisa kembali  ke Hotel millenium.

10. Jum’at Yang Mendebarkan
            Aku  rasa bahwa hari Jum’at tanggal 7 september 2012 adalah hari yang mendebarkan karena hari itu akan ada pengumuman pemenang guru berprestasi. Walau semua peserta terlihat ceria, namun satu atau dua orang terlihat sedikit gugup. Ada yang berzikir agar diberi Allah rasa tenang dalam hati.
Pagi-pagi setelah sarapan kami kembali bergegas menuju mobil untuk menuju Hotel Century. Hari itu kami  punya kegiatan yaitu  mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh Bapak Surya Dharma, M.A, Ph.D, dengan topik “tantangan guru tahun 2030”. 
Bapak Surya Dharma. Ph.D adalah Direktur pembina pendidik dan tenaga kependidikan Dikmen. Beliau terinspirasi oleh buku “Education for 21st  Century”.
Ia menyatakan bahwa kualitas pendidikan kita tergantung pada kualitas dan kepedulian guru, kepala sekolah dan pengawas. Kalau ke tiga orang ini memiliki kompeten- meskipun gedung jelek- ya akan bisa diperoleh generasi yang bernas. Apalagi kalau sang anak juga berasal dari rumah/ orang tua yang juga peduli- memotivasi dan menyediakan fasilitas.
Guru musti bertekad dan berprinsip bahwa “cara mengajar kita  musti berbeda dari cara mengajar guru dalam generasi sebelumnya”. Kalau guru kita  killer, pemarah, membuat siswa stress, ya kita  tidak harus demikin. Kalau guru kita  mengajar selalu monoton maka kita harus mengajar dengan model yang bervariasi”.
            Beliau menambahkan bahwa dunia sudah berubah dan cara kita bersikap juga berubah. Bagaimana implikasi dari perubahan dunia ini. Coba lihat bentuk hiburan- sudah berubah, cara dan alat komunikasi- sudah berubah, cara membayar dengan transaksi kartu ATM- sudah berubah, maka metode dalam mendidik- juga harus berubah. Jadi dunia memang berubah.
Dalam berkomunikasi dan mengakses informasi sekarang anak-anak muda banyak bersandar pada google (ada 620 juta orang), blogger (126 juta orang), you tube (2 juta orang) dan facebook (260 juta orang). Malah siswa sekarang tidak perlu banyak  tanya pada guru mereka  lagi. Mereka bisa berkonsultasi dengan “mbah google”. Kalau mereka ingin belajar bahasa, fisika, itu bisa lewat you tube.
Jadi paradigma- cara memandang kita- juga harus berubah. Maka guru, kepala sekolah dan pengawas perlu tahu dan menguasai  internet: google, blogger, you tube, facebook dan fitur yang lain.  Dahulu siswa amat percaya pada ucapan guru mereka. Namun sekarang mereka bisa cari tahu ke internet.
Siswa-siswa  kita bisa jadi sudah kaya dengan akses informasi, namun mayoritas mereka masih lemah dalam “problem solving dan critical thinking’. Sementara pendidikan di negara maju yang membuat negara tersebut bisa jadi maju adalah karena penduduknya sudah berorientasi pada problem solving dan critical thingking. Maka ini  juga menjadi tantangan bagi individu guru dan orang tua di rumah.
Beliau menambahkan bahwa dalam zamat teknologi dan informatika ini, kehadiran internet juga telah mengubah cara kita belajar, bermain dan bekerja. Di Amerika Serikat kalau ada rapat dinas, maka mereka tidak memakai undangan lagi, namun sudah dalam bentuk online. Orang- orang di sana selalu perlu membuka/ mengakses situs (web) on line.
            “Tanpa kita sadari bahwa belajar dan memesan tiket sekarang juga sudah serba online. Maka kalau boleh Kepala Sekolah jangan hanya terlalu rajin mengurus administrasi sekolah, namun mereka harus menjadi instructional leadership- ya fokus pada learning”.    
            Kepala sekolah sangat urgen untuk rajin mengunjungi kelas- bukan untuk bikin stress guru dan siswa- namun mereka perlu tahu bagaimana berinteraksi dan berkomunikasi dengan warga sekolah. Jadi pembelajaran itu sangat utama.             Jangan mengajar berharap anak banyak memorizing (menghafal) tetapi dorong mereka untuk melakukan critical thingking- untuk itu bentuk ujiannya harus essay, bukan multiple choice (pilihan berganda). Guru sendiri juga perlu tahu bentuk mengajar dengan critical thingking dan problem solving.
Pokok pembelajaran dalam abad 21 adalah tentang life-skill, content, mata pelajaran utama/ pokok, learning and thingking skill serta ICT dan literacy. Mari kita didik anak dan siswa kita sesuai zaman. Kalau kita mengajar anak atau siswa seperti pada zaman kita dahulu, berarti kita merampas masa depan mereka. Guru tidak hanya mengajar kognitif anak, namun juga mendidik (membentuk) karakter mereka melalui pemberian model dan menyebarkan pesan-pesan tentang betapa pentingnya menjadi orang yang baik (orang yang bijak).
Guru perlu selalu upgrade ilmunya. Upgrade itu berarti charging. Phone-cell saja juga perlu charging, Hp yang tidak dicharge bisa low battery.  Hidup kita ini unpredictable- kadang- kadang tidak bisa diprediksi, untuk itu kita selalu berubah melalui learning dan kalau boleh learning based society.
Sebagai guru- kita mengajar orang-orang baru, bukan generasi lama. Maka kita juga perlu mengubah cara mengajar kita. Dahulu menempeleng siswa bisa jadi sah-sah saja, namun sekarang menempeleng siswa bisa berurusan dengan hukum dan melanggar undang-undang perlindungan anak. Selanjutnya juga dikatakan bahwa      Kepala Sekolah perlu menciptakan lingkungan yang effektif bagi sekolah. 
“If you don’t learn- you don’t change, if you don’t change- you die, so never stop learning. Jangan seperti dinosaurus yang malas bergerak dan akhirnya mati”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

if you have comments on my writings so let me know them

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...