Minggu, 21 April 2013

Jatuh Cinta Dengan Jepang


E. Leadership Orang Jepang
Aku mengenal tiga atasanku yaitu Fujioka, Fukuisan dan Oonishinorio San. Mereka punya sumbangsih terhadap perkembangan bahasa Jepangku dan juga mental kerjaku. Bila aku berbicara bahasa Jepang dan tidak mengerti apa yang ia maksud, maka ia menjelaskan kata dalam bentuk defenisi atau memberi sinonimnya. Kalau juga aku tidak mengerti maka ia menjelaskan sampai aku mengerti.  
Fujioka mengurus dokumen- dokumen kami. Fukuisan adalah instruktur kami sebelum bekerja di lapangan, kami belajar dengannya selama satu bulan, dan Oonishinorio San adalah pemilik perusahaan. Mereka bertiga memiliki pribadi yang baik. Fujioka orangnya baik, suka menolong. Orang Jepang meskipun atasan kita mereka tidak otoriter dan juga tidak neko- neko. Orang Jepang itu sederhana dan suka membantu kita kalau kita punya kesulitan- ia langsung terjun memolong kita.
Fukuisan sudah terasa ibarat orangtuaku sendiri. Ia memiliki jiwa kebapakan dan memiliki banyak perhatian. Ia juga suka ngobrol dan bercanda dengan kita. Kalau kita ngomong maka dia juga mendengar kita, jadi komunikasinya dengan bawahan adalah dua arah. Aku juga meledeknya dalam bahasa Jepang. Aku merasakan dia sebagai teman dan juga sebagai bapak.
Oonishinorio San memiliki pribadi yang gigih. Orangnya juga baik dan suka menolong- dia juga pekerja keras dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Ia tidak mau kalah dan ia punya motto hidup yaitu ingin selalu menjadi nomor satu. Walau   ia dalam keadaan sakit maka ia tidak bilang ia sakit. Pokoknya ia bersemangat dan tidak ada istilah mengeluh dalam hidup.
Saat ada penilaian perusahaan berprestasi maka perusahaan tempat aku bekerja- perusahaan milik Onochiario San meenjadi perusahaan terbaik di Jepang. Dia pergi menerima penghargaan ke Kaisar Jepang. Ia memperoleh piagam sebagai perusahan pertanian terbaik di Jepang.
1) Emosi Orang Jepang
Setiap orang punya emosi, namun aku jarang melihat atasanku/ bossku yang emosi. Kebanyakan aku lihat orang Jepang kalau emosi mereka diam saja. Nanti kalau mereka habis minum sake- ini tidak boleh kita tiru- hingga mereka jadi mabuk maka mereka meluapkan emosinya. Jadi aku  jarang atau tidak pernah melihat orang Jepang yang marah secara langsung.
Bagaimana deskripsi orang Jepang kalau emosi/ marah ? Aku fikir bahwa marah adalah manusiawi. Marah yang bisa berdampak buruk adalah marah yang tidak dikelola. Sebaliknya bila kita mampu mengelola amarah dengan tepat, maka ekspresi kemarahan kita justru akan menyehatkan. Hal ini sudah terbukti pada sebuah penelitian yang menyatakan marah akan lebih baik daripada memendam perasaan jengkel.
Marah juga merupakan satu bentuk komunikasi. Karena adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang ingin disampaikan ketika kita marah. Bentuk penyampaian marah bisa berbeda-beda bergantung pada lingkungan dan kondisi sosial budaya yang membentuknya. Di Jepang, orang sering diam saat marah karena memang orang-orang Jepang tidak terbiasa mengekspresikan perasaannya. Berbeda dengan orang Amerika yang lebih berterus terang mengungkapkan perasaannya atau sama halnya dengan Suku Batak di tanah air kita.
2) Gaya  Kepemimpinan Jepang
Siapa yang tidak kenal Jokowi, gebrakan orang nomor satu di DKI yang ingin mewujudkan "Jakarta Baru" sebagai kota modern yang memiliki prasyarat berkebudayaan kian hari kian populer dimata rakyat.  Gaya kepimimpinan Jokowi sebagai sosok yang fenomenal merupakan sesuatu yang baru di jajaran pemerintahan bahkan dimata seluruh bangsa Indonesia., pasalnya negeri kita jarang menemukan pemimpin yang sederhana,bersahaja, merakyat dengan bahasa yang mudah dicerna, terkenal jujur dan anti korupsi.
Bagi mereka yang memahami gaya kepemimpin Jokowi yang berorientasi lapangan tidak akan bertanya lebih jauh apalagi meragukannya? Karena pola kepemimpinan semacam itu, mengingatkan kita dengan  strategi manajemen yang berorientasi lapangan yang disebut “Genchi Genbutsu[4]”.
Istilah ini sangat dikenal akrab dijajaran manajemen coorporate maupun pemerintahan Jepang, bahkan konsep yang awalnya menjadi pilar keberhasilan Toyota tersebut telah mendunia, diterapkan  oleh beberapa pemimpin tersukses sekalipun dalam tatanan organisasi korporat, sebut saja  Jack Welch  mantan CEO General Electric, Konosuke Matsushita (Pendiri Panasonic) bahkan Sakichi Toyoda (pendiri Toyota).
Para pemimpin di atas merupakan tipe pemimpin yang dikenal paling sering turun kelapangan untuk bertemu, menyapa, memotivasi serta memeriksa permasalahan yang dihadapi pekerja maupun karyawannya, yang membawa dampak positif dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
Pendekatan tersebutlah yang bisa membuat para pekerja untuk sering ketemu dengan Direktur atau bahkan Presiden Direktur. Malah, saking seringnya bertemu, membuat reaksi para pekerjanya biasa-biasa saja saat berjumpa pemimpin tertingginya.  Tak ada persiapan khusus dan pengistimewaan yang berlebihan.
Bandingkan jika ada seorang bupati, gubernur atau pejabat pusat berkunjung kepolosok desa di daerah. Bisa dipastikan, jauh hari sebelumnya para aparat desa, kecamatan bahkan PNS kita dimobilisasi secara masal untuk kerja bakti merapikan kantor dan lingkungan serta jalan yang akan dilaluinya, dengan beragam eksploitasi “kreatifitas” lainnya supaya sambutannya terkesan lebih hidup dan mendapatkan pengakuan dan pujian.
Genchi Genbutsu merupakan ilmu yang umum digunakan oleh para eksekutif Jepang untuk memecahkan setiap persoalan yang sering diabadikan dengan pengambilan gambar visual sebagai fakta dilapangan. Awalnya Genchi Genbutsu merupakan salah satu konsep  sekaligus pilar keberhasilan manajemen Toyota. 
Secara harfiah “Genchi Genbutsu” berasal dari bahasa Jepang, yaitu pergi dan lihat permasalahan di lapangan atau “Go and See the Problem”. Genchi Genbutsu bukan sekedar teori, melainkan lebih menekankan pada praktek dengan melakukan observasi lansung untuk memahami masalah tersebut lebih dalam (real fact) di ditempat terjadinya masalah (real place) supaya paham terhadap persoalan yang ada sebagai dasar untuk melakukan perbaikan yang cepat dan tepat.
F. Strategi Orang Jepang Merawat Keluarga
            Bagaimana orang Jepang menjaga keakrapan dengan keluarga dan anak- anaknya. Setahuku bahwa hari Minggu adalah hari buat keluarga. Kemungkinan phonecell mereka hari Minggu tidak aktif buat orang lain, kecuali buat kontak anggota keluarga. Siapa saja yang menelpon mungkin tidak bisa karena Minggu dalah hari keluarga.
            Fukuisan yang aku anggap sebagai otosan (ayah). Ia punya 2 anak. Maka aku terinspirasi tentang bagaimana orang Jepang mendidik dan menumbuh-kembangkan anak mereka ?
Sebagian besar anak- anak TK dan SD  di Jepang bisa berangkat dan pulang dari sekolah sendirian (berkelompok, tapi kadang tidak bersama orang tua), kadang juga harus naik kereta tanpa pengawasan orang dewasa. Sementara anak anak TK dan kelas satu SD di negeriku ke sekolah masih harus ditunggu ibunya sampai jam istirahat pertama. Beberapa kali aku mengamati cara- cara orang Jepang mendidik anak lewat beberapa acara TV, atau lewat tanya ke temen orang Jepang.
Mungkin yang agak mencolok adalah cara mereka mengajarkan tanggung jawab, dan keberanian. Rata-rata mereka sejak kecil sudah diajari mengucapkan arigatou dan gomennasai. ada satu acara TV di Jepang tentang mendidik anak yang paling saia suka namanya HAJIMETE NO OTSUKAI. acara itu adalah reality show tentang mengajarkan anak berbelanja untuk pertama kalinya.
Masih pengalamanku dalam memahami keluarga Jepang, yang lain aku tahu adalah seorang ayah, namanya Watanabe San. Orangnya juga baik- hari Minggu juga hari keluarga buat mereka. Hari Senin sampai hari Jumat ia sibuk dengan pekerjaanya. Kalau tiba libur maka itu jatah hari buat keluarga. Ini strategi untuk merawat mental anak- anak: melakukan kebersamaan. Mereka pergi bermain bowling bersama istri dan anak- anak. Atau juga pergi main game atau ke mall bareng keluarga.
            “Pulang kerja, kadang- kadang pergi keluar bersama keluarga buat makan malam atau makan di rumah saja”.
Aku punya pengalaman saat liburan akhir tahun atau tahun baru- tanggal 31 Desember, mereka punya kebiasaan untuk memasak mochi. Mochi adalah makanan yang dibuat dari beras ketan- ibarat lapek isi kalau di Padang- namun di dallamnya diberi isi kacang merah. Aku ikut membantu istri Oonishinorio San buat bikin mocha dan malah ia juga ikut di dapur bareng dengan anak- anaknya yang lain.
“Mereka kemudian melakukan kunjungan keluarga dan juga pergi beribadah ke kuil”.    
Oonishinorio San punya keluarga (sebagaimana yang telah aku jelaskan) orang tuanya (ayahnya) meninggal saat ia kecil- sekolah dasar, Dulu bapaknya punya usaha peternakan. Aku juga pernah berjumpa dengan ibunya Oonishinorio San. Ibunya lembut dan senang menerima tamu dan bergaul dengan orang lain. Ia juga termasuk tipe pekerja. Oonishinorio San sejak kecil sudah melibatkan diri dalam beraktivitas- membantu orang tua ke sawah.
Umur 10 tahun ia sudah bisa menggunakan traktor di lahan pertaniannya. Jadi aku memperoleh banyak cerita tentang kisah hidupnya dari dia langsung- itu sangat menambah semangat hidupku. Semangat hidupnya sangat luar biasa. 

G. Strategi Orang Jepang Dengan Waktu
Bagaimana karakter orang Jepang dalam menghargai waktu ? Orang Jepang suka minum sake, aku lihat sake dibuat dari beras pulut hitam atau juga dari gandum. Rasanya seperti air tape. Minum sake kalau sedikit bisa jadi obat (kata orang Jepang) dan kalau banyak bisa mabuk. Kita harus tahu apa dan bagaimana  hukum minum sake itu menurut agama Islam: halal apa haram ?
Orang Jepang suka membaca ? Ini aku saksikan ketika aku pergi berlibur ke Nagano- libur tahun baru. Selama dalam kereta mereka terlihat sibuk dengan diri mereka sendiri- mereka membaca dengan asyik. Dalam mobil aku juga melihat banyak yang membaca. Di dalam mall dan juga di restaurant juga tersedia tempat untuk membaca. Paling kurang mereka membaca komik. Berikut tentang keterangan gemar membaca orang Jepang:
1) Membaca Komik Untuk Meningkatkan Minat Baca[5]
Seperti juga di Indonesia dan negara lainnya, anak dan remaja Jepang tidak membaca koran sesering orangtua mereka. Padahal di negara Jepang adalah salah satu negara yang termasuk penduduknya gila baca koran. Namun untuk mengatasi hal tersebut, sekelompok masyarakat Jepang berupaya menerbitkan Manga No Shimbun (koran Manga), sebuah situs surat kabar online yang mencakup berita-berita mingguan dalam bentuk komik (manga). Semua cerita manga atau komik bergambar di situs ini adalah kejadian dan peristiwa sehari-hari yang benar terjadi baikdi Jepang atau di dunia. Setiap gambar dan tulisan komik tersebut dibuat berdasarkan kejadian-kejadian nyata mulai dari politik, olahraga, sosial, budaya,  atau peristiwa kriminal lainnya. Berita unik dari Indonesia tentang anak merokok sepuluh batang sehari juga sempat ditampilkannya.
Tujuan mulia dari Manga No Shimbun adalah untuk meningkatklan minat baca koran bagi anak dan remaja Jepang. Situs itu bertujuan untuk membuat anak-anak dan para remaja Jepang mengikuti perkembangan dunia, jangan cuma bisanya baca komik manga yang banyak beredar. Ternyata misi tersebut berhasil. Koran online berbentuk manga itu berhasil menarik simpati anak dan masyarakat Jepang.
Karena berhasil diminati masyarakat jepang, situs tersebut berkembang pesat. Manga No Shimbun telah mempekerjakan lebih dari 100 seniman manga untuk terus menampilkan  cerita dan berita bergambar 10-15 kali sehari. Berbagai jenis dan variasi gambar yang ditampilkan. Ada bagian yang berwarna,  hitam-putih atau yang non realistis.

2) Gila Baca Koran
Orang-orang Jepang dari dulu memang sudah terkenal gila membaca koran.
Hal ini bisa ditunujukkan oleh penampilan surat kabar harian Yomiuri Shimbun, yang mempunyai jumlah sirkulasi lebih dari 14,000,000 eksemplar (10 kali lipat dari jumlah sirkulasi The New York Times).
Bagaimana pemanfaatan waktu orang Jepang ? Orang Jepang sangat disiplin waktu, aku lihat mereka sangat menghargai waktu, jalan pun mereka takut ketinggalan bis, cepet banget! Dan harusnya jika kita memiliki waktu luang gunakanlah untuk membaca, ini sebenernya banyak dilakukan masyarakat kita, yaitu maen hape! membaca sms lama, atau status facebook temen, tapi ini sangat sedikit mendatangkan ilmu baru. Mulai dari sekarang marilah kita tingkatkan penghargaan atas waktu, dengan cara bersyukur ke pada Tuhan. dan memanfaatkan waktu untuk menambah wawasan, salah satunya dengan membaca dan browsing di internet yang  bermanfaat, semoga kita termasuk orang yg beruntung, "hari ini lebih baik dari hari kemarin".
H. Aktivitas Kami di Perusahaan
Kesibukanku dengan kerja, ya bekerja dalam bidang pembibitan- aku menanam retasu.  Musim pembibitan terjadi pada pertengahan bulan delapan (Agustus) dan sebulan setelah itu (bulan September) sudah bisa ditanam. Kemudian saat umurnya sudah 40 hari, sudah mulai dipanen. Penanaman retasu ini juga bergantung kepada suhu. Kami menggunakan pupuk anorganik- bukan pupuk kimia- aku diajar cara membuat pupuk anorganik di Jepang.
Aku ingin sedikit berbagi tentang cara pembuatan pupuk organik "Dochakukin[6]". Metode pembuatan pupuk organik dochakukin ini di kembangkan di Jepang. Untuk mendukung program Go Organik yang di canangkan pemerintah, tidak ada salahnya mengembangkan pupuk ini.Pada dasarnya pembuatan pupuk ini sama saja dengan pupuk kompos, yaitu dengan fermentasi yang di lakukan oleh bakteri an-aerob. Langkah pembuatannya sebagai berikut: 
1). Pembuatan master (biakan bakteri) dengan bahan- bahannya: tanah gembur yang agak kering (kurang lebih 2 plastik hitam kecil), tepung mineral/mineral organik 1/3 bks, arang yang telah di haluskan (kurang lebih 2 plastik hitam kecil), gula 1/4 kg dan air secukupnya.
2).Cara pembuatan: sediakan plastik bening ukuran 2x2 m untuk alas, campurkan tanah, tepung mineral, arang, dan gula di atas plastik tersebut hingga rata, setelah tercampur rata, tuangkan air sedikit sedikit sampai kadar airnya mencapai 60%, setelah selesai, tutup menggunakan plastik berwarna gelap (usahakan tidak ada udara yang keluar), fermentasi selama 10 hari, dan di balik pada hari ke 5.
3). Pembuatan kompos sistem layer bahan: kotoran hewan, sampah organic, dochakukin (biakan bakteri yang tadi di buat) dan air.
4). Cara membuatnya: sediakan lahan (ukuran disesuaikan), ratakan kotoran hewan, taburkan dochahkukin di atasnya, lalu di siram sedikit air, ratakan sampah organic, taburkan dochakukin di atasnya, lalu di siram sedikit air, lakukan berulang ulang, sampai bahan habis, yang ditumpukan paling atas usahakan berupa sampah organic, setelah selesai, tutup dengan beberapa helai daun pisang, kemudian di atasnya di naungi dengan terpal, fermentasi 90 hari, di balik setiap 30 hari. Sekarang pupuk siap untuk digunakan.
Di Jepang kami menanam bibit sayuran dalam polybag- ibarat petani kita menanam bibit cabe. Polybagnya sudah dilengkapi lobang- lobang tempat rembesan air. Di Jepang pertanian rakyatnya sudah moderen karena orang menggunakan mesin. Aku sebagai pekerja di poerusahaan pertanian juga harus mengenal mesin- mesin yang digunakan.
“Bertani di Jepang memang sudah serba mesin dan manusianya tinggal lagi merapikannya memakai alat tradisionil- cangkul, sabit dan sedok. Aku juga punya pengalaman dalam memanen retasu (semacam lobak atau selada). Sayur yang dipanen dimasukan ke dalam keranjang, selanjutnya dibawa ke dalam perusahaan untuk disortir. Yang bagus diletakkan di atas mesin dan diberi plastik. Pekerja selanjutnya memproses berdasarkan ukuram S (small), M (medium) dan L (large). Kemudian ditempatkan/ disusun ke dalamm box- ditimbang dan berat per-karton adalah 8.5 kg.kemudian dibawa ke perusahaan koperasi untuk didistribusi ke toko/ mall dan departemen store (swalayan)”.
Selain menanam retasu, kami juga menanam bawang bombai, dan yang lain. Kami menanam retasu pada lahan  yang cukup luas. Kami mulai menanam bulan 9 dan berakhir bulan 6. Gantian musim, musim panas kami menanam daun bawang, bawang prei- ditanam di awal musim panas. Bawang bombai kami menanam awal bulan Januari dan panennya bulan Juni atau Juli.
Selama musim panas maka suhu terasa panas. Keringat kita keluar terasa panas. Saat cuaca masih segar, kami bekerja di luar, kemudian bila sudah panah maka kami pindah beraktivitas ke dalam ruangan. Daun bawang dipanen dan dibawa ke dalam ruangan buat diproses/ dibersihkan. Kalau panas matahari berkurang maka kami beraktivitas di luar lagi.
Musim menanam, dari bulan Juni sampai Agustus- ditanam daun bawang. Tanaman ini bisa tahan lama. Menanam retasu dari bulan Agustus hingga bulan Juni- dalam waktu yang lebih lama. Perubahan musim berpengaruh pada kehidupan orang Jepang- termasuk dalam hal makan sayur.
Perubahan musim dari musim dingin ke musim semi, lalu musim panas, musim gugur, dan kembali ke musim dingin, memang aku rasa pengaruhnya. Yang paling terasa adalah pakaian yang kita kenakan. Di musim dingin kita harus mengenakan pakaian tebal dan berlapis-lapis. Di musim panas cukup selapis pakaian tipis saja. Selain soal itu pergantian musim juga terasa pada jenis makanan yang kita makan. Karena pengaruh musim, ada beberapa jenis (bahan) makanan yang hanya tersedia pada musim tertentu. Atau, ada beberapa jenis makanan yang lebih lezat bila dimakan pada musim tertentu. Menunggu suatu musim datang bisa pula berarti menunggu saat untuk bisa makan sesuatu.
Musim semi ditandai dengan munculnya tunas baru pada tumbuhan. Ada pula sayuran yang bisa dipanen banyak pada musim semi. Salah satunya adalah nira (kucai). Nira enak ditumis atau dibuat omelet. Sayuran lain di musim semi, yang sebenarnya masih dapat dikategorikan sebagai sansai adalah rebung (take no ko). Rebung bisa dimasak dengan berbagai cara, di antaranya ditanak bersama nasi (take no ko gohan).
Musim panas adalah saat di mana sayuran bisa dipanen dalam jumlah besar. Di masa lalu hampir seluruh jenis sayuran hanya bisa dihasilkan selama musim panas. Musim semi saat cuaca mulai hangat, orang mulai menanam sayur. Hasilnya baru bisa dipetik saat musim panas. Karena keterbatasan ini orang Jepang mengembangkan berbagai metoda untuk mengawetkan atau menam sayur, missal dalam rumah kaca.
Dengan rumah kaca masa tanam sayuran jadi lebih panjang. Sayuran di Jepang tak banyak berbeda dengan di Indonesia. Dalam soal keragaman sebenarnya kita lebih kaya. Yang umum dimakan orang Jepang adalah berbagai jenis sawi, kubis (termasuk sawi putih), brokoli, dan lain-lain. Juga yang khas Jepang seperti horenzo. Jadi petani bertani tidak semau gue saja, kebanyakan terkelola agar bisa memberi income yang menjanjikan.    
  
I.  Anime Terpopuler di Jepang
            Anak- anak Jepang senang baca komik, orang tua juga sering membelikan komik buat cendera mata (oleh- oleh)  buat  anaknya. Beda dengan kebiasaan orang kita yang mana kalau memberi oleh- oleh cenderung dalam bentuk makanan- kue atau  makanan atau malah dalam bentuk uang. Tokoh- tokoh komik Jepang yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seperti Naruto, Sinchan, One Piece, dan sebetulnya ada puluhan atau mungkin ratusan judul komik.
Selain komik yang juga digandrungi oleh anak- anak Jepang juga oleh anak-anak/ remaja Indonesia adalah anime[7].  Anime Jepang adalah animasi khas jepang yang dicirikan melalui gambar-gambar berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita yang ditujukan pada beragam jenis penonton.  Beberapa anime popular yang digemari anak anak adalah sebagai berikut:
1) Naruto
Manga dan anime karya Masashi Kishimoto. Manga Naruto bercerita seputar kehidupan tokoh utamanya, Naruto Uzumaki, seorang ninja remaja yang berisik, hiperaktif, dan ambisius; dan petualangannya dalam mewujudkan keinginan untuk mendapatkan gelar Hokage, ninja terkuat di desanya. Ia termotivasi untuk belajar dan menjadi kuat dan mempunyai sesuat yang gelap dan jahat yang berada dalam tubuhnya. “Iblis ekor sembilan” itulah nama kekutan gelap yang berada dalam tubuh naruto. Kekuatan jahat ini ditangkap oleh seorang kepala desa ketika Naruto masih bayi. Pemimpinnya adalah ayah Naruto dan kemudian meninggal setelah menyegel kekuatan tersebut, orang dari desa banyak yang menyalahkan Naruto atas kehilangan ini. Naruto memulain pencarian terhadap jati dirinya, berharap untuk menjadi pemimpin rakyat desa tersebut, yang disebut Hokage.
2) Bleach
Serial manga yang dikarang oleh Tite Kubo, ia bercerita tentang Ichigo Kurosaki, seorang pelajar SMA yang memiliki kemampuan untuk melihat roh, dan juga Rukia Kuchiki, seorang shinigami (dewa kematian) yang pada suatu hari bertemu dengan Ichigo sewaktu sedang memburu roh jahat yang disebut hollow. Pada saat Rukia bertarung melawan hollow tersebut, ia terluka dan oleh sebab itu ia tidak memiliki jalan lain selain memindahkan kekuatan shinigami-nya kepada Ichigo. Sejak saat inilah petualangan Ichigo dan Rukia dimulai.  


3) Afro Samurai
Dengan suara Samuel L. Jackson, Afro Samurai didasarkan pada novel grafis oleh Takashi Okazaki dan menceritakan kisah tentang seorang afro samurai hitam mengenakan berlebihan, yang memutuskan untuk membalas dendam atas kematian ayahnya jegomościu misterius yang disebut Hakim. Untuk membalas dendam ini, tentu saja harus menempuh perjalanan yang panjang, membuat teman dan musuh di sepanjang jalan. Afro Samurai harus mengatasi banyak musuh-musuh lama dan baru. Juga ingat masa lalu gelap nya.
4)  Black Lagoon
Black Lagoon: The Second Dam adalah cerita berkelanjutan Perusahaan Lagoon dengan sekelompok tentara bayaran. Anime ini jelas merupakan suatu koleksi aneh dan menyeramkan jadi hati-hati, ini bukan anime untuk orang – orang yang penakut.
5) Hellsing
Manga ini adalah karya Kouta Hirano. Hellsing sendiri sebenarnya merupakan spin-off dari sebuah novel karya Bram Stoker yang berjudul Dracula. Jika dalam versi Bram Stoker dikisahkan sang Dracula diburu dan mati di tangan Quincey Morris, maka dalam versi Hellsing Kouta Hirano berusaha menceritakan mengenai apa yang seandainya akan terjadi apabila Dracula tidak dibunuh melainkan ditangkap oleh Organisasi Hellsing (van Helsing) dan target-nya “vampir”. Milenium, sebuah organisasi misterius yang mengkhususkan Nazi dalam menciptakan vampir buatan.
6) Fullmetal Alchemist
Adalah sebuah anime dan manga karya Hiromu Arakawa. Fullmetall Alchemist. The Elric terdiri dari dua bersaudara – Edward dan Alphonse Elric – Fullmetal Alchemist membawa kita ke sebuah fiksi ilmiah yang fantastis di mana perjalanan tercapai mempelajari semua tentang prinsip-prinsip alkimia dan melihat langsung apa yang terjadi jika kita  tidak mematuhi.
7) MushiShi
Manga serial ini ditulis dan diilustrasikan oleh Yuki Urushibara, menceritakan tentang makhluk halus yang terdiri dari dan terhubung pada seluruh sumber kehidupan (Mushi). Setiap keberadaan mereka bisa memicu fenomena supranatural. Ginko adalah seorang Mushishi, orang yang menyelidiki dan menetralkan efek tidak baik dari mushi yang menjangkit. Karena Ginko berkelana dari satu kota ke kota yang lain untuk mempelajari lebih dalam mengenai Mushi tersebut dan membantu mereka-mereka yang terkenanya, kita jadi tahu takdir apa yang membawanya pada keadaannya yang sekarang.
8) One Piece
Sebuah anime dan manga tentang sekelompok bajak laut yang dipimpin oleh Monkey D. Luffy yang pergi mencari harta karun legendaris bernama One Piece. Luffy menjadi manusia karet yang memiliki kekuatan memanjangkan tubuhnya setelah secara tak sengaja memakan buah gomu-gomu, salah satu dari buah iblis. Selama perjalanan luffy banyak bertemu dengan teman baru dan musuh yang beragam. One Piece diciptakan oleh Eiichiro Oda.

J. Menikmati Gaji Pertama
            Aku senang menerima gaji atas jasa kerjaku. Gaji pertama aku kirim buat orang tua di kampung. Gaji kensu (masa training) aku punya uang  ¥. 25.000  aku kirim buat orang tua. Aku ingin ibuku bisa mencicipinya buat beli makanan- ternyata oleh ibu dibelikan ke bibit coklat. Dengan alasan fikiran ibu bahwa kalau aku pulang ke Indonesia aku bisa menikmati hasil panen coklat…ha..ha..ha.
            Aku perlu mengelola keuangan selama tinggal di Jepang. Tahun pertama aku belum bisa lagi pergi rekreasi- aku pergi rekreasi pada tahun berikutnya. Aku menyediakan gajiku sebanyak Rp 10 juta buat merasakan indahnya tahun baru di negeri orang. Biaya naik kereta ke kota lain seperti ke Tokyo, Kobe dan lain-lain aku habiskan dana sekitar Rp. 4 juta, demikian juga untuk kebutuhan jajan dan akomodasi.
            Bekerja di perusahaan bukan berarti aku harus berkurung di perusahaan. Bila hari libur seperti sabtu dan minggu maka nikmati untuk mengitari desa- desa sekitar dengan sepeda. Sepeda masih merupakan transportasi murah yang dipakai oleh publik untuk menempuh jarak- jarak yang dekat.
            Pengalaman pertama bersepeda membuat badanku pegal- pegal namun setelah terbiasa badan terasa segar dan aku menjadi kenal dengan alam sekitar. Bersepeda di musim dingin- ya terasa dingin, aku perlu pakaian tebal dan memakai sepatu boot. Hanya mataku saja yang tidak tertutup dan semua tubuh aku bungkus.
            Aku juga berteman dengan orang Jepang seperti dengan Kanako San, Minggumi San, Su Hea, Onosan, dan lain- lain. Semuanya bekerja di lingkungan kerjaku. Aku juga punya teman Jepang di luar perusahaan, namanya Saki. Dia menemani aku berlibur ke Nagano. Aku belajar main snowball dengannya.
            Sakisan kuliah di jurusan Bahasa Inggris dan ia pernah pergi ke Amerika Serikat. Ia mengirimi aku post- card dari sana- ia menceritakan sekilas tentang keindahan negara Amerika Serikat. Saki kemudian jatuh cinta dengan pria satu kampung denganku- dari Batusangkar. Mereka menikah dan ia sudah pergi ke Lintau Batusangkar. Dulu saat Saki berpacaran dengan orang kampungku, ia banyak bertanya tentang bagaimana agama Islam dan bagaimana budaya Sumatera. Saki juga banyak otodidak untuk mengenal Bahasa Indonesia, mengenal Islam dan budaya Sumatera/ Indonesia.
            “Sekarang mereka berada di Padang. Mengapa Saki kecantol atau jatuh cinta dengan Uda Dede. Ya gara- gara Saki menulis skripsi tentang tenaga kerja dan ia meminta Uda Dede sebagai informan (pengalaman Uda Dede sebagai tenaga kerja dari Indonesia) Ya muncul rasa simpati dan rasa saling mencintai- mereka pacaran dan ada jodoh….ya menikah. Ia datang ke Lintau/ Batusangkar dan ia bahkan juga datang ke rumahku di Lintau meski aku saat itu masih di Jepang”.
            Saki pernah bertanya seperti apa dan bagaimana memakai jilbab itu. Maka aku belikan ia jilbab- bibiku membelikan aku jilbab di Padang dan dikirim lewat pos. Kemudian aku ajari ia cara memakai jilbab. Saki terlihat cantik memakai jilbab. Saki orangnya baik dan ia tak banyak cerita- tidak cerewet.
            “Saki berasal dari Ibaraki dan Uda Dede berasal dari Lintau- Batusangkar. Uda Dede bekerja di perusahaan Jepang sebagai surveyor”.
            Temanku yang bernama Migu San, orangnya sangat baik Ia lebih tua dariku dan aku senpa- senior- baginya di perusahaan. Kalau aku beri ia pengarahan tentang cara bekerja, maka ia tidak protes- dia menerima dengan senang hati.
Temanku yang lain bernama Kanaki. Orangnya berani dan suka beraktivitas. Ia sangat menghargai orang lain, termasuk aku, meskipun ilmuku sedikit dan bahasa Jepangku masih belum bagus.
“Saat senggang aku bincang- bincang tentang kampungku- tentang Sumatera dan Indonesia. Mereka juga merespon bahwa kalau aku menikah kelak, mereka akan datang untuk ikut merayakannya. Rata- rata temanku orang Jepang tamatan universitas/ perguruan tinggi, malah ada yang tamat pasca-sarjana, namun bekerja bareng bersama kami yang datang dari Indonesia”.
Orang Jepang tidak punya karakter gengsi-gengsian. Meskipun tamatan pascasarjana atau orang tuanya kaya maka mereka juga mencari kerja. Malah mereka akan malu kalau tidak bekerja demi menjaga gengsi atau menunggu kerja yang posisnya serba wah namun tidak pernah kesampaian.
Aku berfikir bahwa sebahagian orang kampungku memandan rendah pada profesi petani atau malu menjadi petani- ya sudahlah ekonomi susah, pendidikan kurang dan malu lagi untuk bekerja. Orang- orang kampungku (maaf aku mengkeritik) fikiran mereka sudah tercuci oleh gaya hidup hedonism- ingin hidup mewah, fasilitas serba luks dan ingin bermanja- manja.
“Dari pada menganggur dan hidup susah, lebih baik bikin makanan goreng pisang buat dijual. Insyaallah akan ada yang membeli. Ya dari pada menganggur, memuja muja kemewahan yang tak mungkin datang tanpa ada usaha. Nah ini yang harus dibuang oleh orang kita, semangat yang kendor dan rasa malas yang tinggi. Atau bikin masakan yang lain- tidak masalah untung Rp. 50 ribu per-hari. Aku pernah buka kegiatan jual goreng singkong antara jam 04.00 sore hingga jam 08.00 malam, ya untungnya lumayan juga”.
Sementara teman- temanku orang Jepang dengan wajah cantik- cantik dan terdidik tidak malu menekuni profesi sebagai petani. Mungkin aku nanti harus berkampanye agar orang- orang turut mencintai profesi petani- namun petani yang moderennya.         
10) Keselarasan Pendidikan Anak Di Rumah dan di Sekolah
Bagaima  strategi orang tua Jepang dalam mendidik anak hingga rata- rata mereka rajin-rajin. Tapi aku fikir karena yang pertama lewat menanamkan kebiasaan berdisiplin. Karena disiplin sangat penting dalam hidup.
            Itu aku perhatikan bagaimana anak SD tidak diajar hidup cengeng. Meskipun orangnya kaya- dan orang Jepang banyak yang kaya- kaya- namun semua anak SD pergi sekolah berjanan kaki. Atau tidak ada orang tua yang mengantarkan anak mereka sampai ke gerbang sekolah. Mereka rata- rata berjalan mungkin 1 km atau lebih dari sekolah.
            “Meskipun dalam musim panas, meskipun dalam musim hujan- mereka membawa payung dan mereka tetap berjalan ke sekolah. Ini berguna membuat mereka menjadi mandiri dan memiliki tubuh dan mental yang kuat. Ini mungkin bisa ditiru oleh pendidikan kita di Indonesia”.
            Aku mengenal bagaimana keadaan rumah orang Jepang dan aku hanya mengenal rumah dan keluarga Sacho. Sacho yang memiliki perusahaan dan aku kesana saat akhir tahun dan aku ikut menyaksikan bagaimana mereka membikin mocha- kue pulut berisi kacang merah. Aku lihat mereka hidup akur- akur saja. Mereka makan bersama- ngobrol bersama. Mereka terlihat sederhana- berbahasa sederhana- tidak ada berbahasa emosional atau kasar.
            “Aku melihat Sacho marah pada anaknya yang kecil- kecil lagi berantem, tetapi marahnya tidak mengomel berkepanjangan. Aku melihat biasa- biasa saja- namun mereka punya waktu belajar. Tiba waktu belajar ya mereka belajar. Permainan anak- anak mereka- seperti game lewat computer- permainan itu sudah ada pada anak- anak kita, namun mereka tidak membuat anak mereka larut dalam permainan”.
            Di Jepang anak anak bersekolah dari Senin sampai Jumat, anak SD pulangnya jam 03.00 sore. Sabtu dan Minggu mereka libur. Pulang sekolah aktivitas anak SD di rumah ya bermain sepeda yang terlihat dari luar. Namun pergi sekolah berjalan kaki. Aktivitas mereka yang lain – yang banyak- adalah main game electronic dan membaca. Kalau pergi kemana- manabareng orang tua anak- anak biasanya membawa game dan juga buku cerita buat dibaca. Jadwal belajar dan aktivitas lain tentu saja dikendalikan oleh orang tua mereka.
            “Saat libur mereka harus dulu menyelesaikan tugas- tugas buat ikut membantu di rumah, merapikan kamar mereka dan tugas dari sekolah- bila selesai mereka baru boleh main game electronic”.
Anak atasanku bersekolah di salah satu Sekolah Dasar di daerah Kagagawa acara “open school” di sekolah tersebut. Kalau di Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di pelosok nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar perumahan.
Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan melihat proses belajar mengajar mereka. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat. Terlihat nyata fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.  Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.
Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta. Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.
Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.
Empat kali dalam seminggu, anak memperoleh kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.
Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi. Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.
 Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri di anak.
Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak. Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.
Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Aku yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani[8].
K. Agama Orang Jepang
            Aku pernah bertanya tentang agama orang Jepang, agama lamanya adalah Shinto. Shinto[9] secara harfiah bermakna "jalan/jalur dewa" adalah sebuah agama yang berasal dari Jepang. Dari masa Restorasi Meiji hingga akhir Perang Dunia II, Shinto adalah agama resmi di Jepang.
Shinto sebagai agama asli bangsa Jepang, agama tersebut memiliki sifat yang cukup unik. Proses terbentuknya, bentuk-bentuk upacara keagamaannya maupun ajaran-ajarannya memperlihatkan perkembangan yang sangat ruwet. Banyak istilah-istilah dalam agama Shinto yang sukar dialih bahasakan dengan tepat ke dalam bahasa lainnya. Kata-kata Shinto sendiri sebenarnya berasal dari bahasa China yang berarti “jalan para dewa”, “pemujaan para dewa”, “pengajaran para dewa”, atau “agama para dewa”. Dan nama Shinto itu sendiri baru dipergunakan untuk pertama kalinya untuk menyebut agama asli bangsa Jepang itu ketika agama Buddha dan agama konfusius (Tiongkok) sudah memasuki Jepang pada abad keenam masehi.
Pertumbuhan dan perkembagan agama serta kebudayaan Jepang memang memperlihatkan kecenderungan yang asimilatif. Sejarah Jepang memperlihatkan bahwa negeri itu telah menerima berbagai macam pengaruh, baik kultural maupun spiritual dari luar. Semua pengaruh itu tidak menghilangkan tradisi asli, dengan pengaruh-pengaruh dari luar tersebut justru memperkaya kehidupan spiritual bangsa Jepang. Antara tradisi-tradisi asli dengan pengaruh-pengaruh dari luar senantiasa dipadukan menjadi suatu bentuk tradisi baru yang jenisnya hampir sama. Dan dalam proses perpaduan itu yang terjadi bukanlah pertentangan atau kekacauan nilai, melainkan suatu kelangsungan dan kelanjutan. Dalam bidang spiritual, pertemuan antara tradisi asli Jepang dengan pengaruh-pengaruh dari luar itu telah membawa kelahiran suatu agama baru yaitu agama Shinto, agama asli Jepang.
Namun agama orang Jepang kebanyakan sekarang adalah Budha. Namun juga banyak orang Jepang yang tidak tahu agamanya apa. Sehingga ada juga mereka yang mempelajari agama Islam.
            Mengapa Jepang juga disebut dengan negara Matahari Terbit ? Sejak dahulu, Negara Jepang disebut Nippon, atau Nihon dalam bahasa jepang. Kata Nippon dan Nihon berarti Negara Matahari Terbit. Nama ini berasal dari utusan resmi negara China, dan merujuk kepada kedudukan Jepang yang terletak di sebelah timur benua Asia.
Selain itu, Jepang dijuluki Negara Matahari Terbit juga karena konon negara ini diciptakan oleh Dewa Matahari dan kaisar Jepang adalah putra Dewa Matahari. Bendera nasionalnya yang melambangkan matahari terbit juga berasal dari legenda itu. Nah, sebutan Nippon ini sering digunakan dalam urusan resmi, termasuk nama negara dalam uang Jepang, perangko, dan pertandingan olahraga internasional, karena itulah sebutan sebagai Negara Matahari Terbit telah melekat kepada Jepang secara internasional.
L. Budaya Malu
Dalam buku karya Ruth Bennedict[10]The Chrysanthemum and the Sword[11], disebutkan bahwa orang Jepang lebih menganut budaya malu (shame culture); sedangkan orang-orang Barat lebih menganut paham budaya dosa (sin culture). Maksudnya ialah, sebelum berbuat, orang Barat mempertimbangkan masalah-masalah moral sebagaimana yang diajarkan agama.
Pun bagi seorang muslim, sebelum berbuat, maka ia mempertimbangkan dulu mana perbuatan yang mendatangkan dosa atau pahala; bermanfaat atau tidak; pantas dan layak atau tidak; baik dan benar atau tidak; dan norma-norma yang ada. Perasaan demikian konon tak terdapat pada orang Jepang yang notabene tidak mengenal agama. Orang Jepang menganggap agama hanyalah budaya saja. Lihat saja, shrine (jinja) dan temple (tera) lebih banyak berfungsi sebagai objek wisata ketimbang tempat ibadah. Beberapa diantaranya Kinkakuji dan Kiyomizudera (Kyoto), Sensoji (Tokyo).
Yang menjadi pertimbangan orang Jepang sebelum berbuat adalah apakah perbuatan itu akan menyebabkan ia mendapat malu atau tidak. Tak mengenal rasa dosa. Orang Jepang (meskipun tidak bisa digeneralisasi) lebih memerhatikan bagaimana anggapan orang lain kepadanya dari segi sosial. Sebisa mungkin menghindari sikap yang memalukan (awkward moment).
Usaha untuk menghidarkan rasa malu tersebut adalah dengan jalan menyesuaikan diri dengan orang lain—mengikuti mainstream. Melihat tetangganya rajin membersihkan rumah, maka ia pun ikut rajin. Dia akan malu sendiri jika rumahnya kotor sedangkan rumah semua tetangganya bersih. Orang Jepang juga lebih memilih untuk berseragam ketika ke sekolah atau tempat kerja. Para sarariman (salary man—pekerja kantoran) juga menyamakan pakaiannya dengan rekannya. Karena ia akan malu jika tidak sama dengan sesamanya.
Ketika berada dalam lingkungan orang-orang Jepang, seorang gai-jin (orang asing) juga akan ikut “menganut” paham budaya malu. Malu melanggar peraturan karena merasa dilihat orang Jepang; malu buang sampah sembarangan karena saat mabuk pun orang Jepang masih membuang sampah di tempatnya; malu untuk terlambat karena orang Jepang terkenal tepat waktu; malu kalau tidak mengantri; menjaga suara karena orang Jepang tidak suka keributan, dsb. Perilaku kita akan ikut terjaga karena berada dalam lingkungan orang yang juga menjaga perilakunya
M. Kota Osaka
            Kota Osaka itu sangat bagus, bandaranya di pinggir pantai. Sebagian pantainya di dam dan di sanalah dibuat landasan pacu pesawat. Di Osaka juga aku lihat tempat pengolahan sampah- sampah tersebut dipisah- pisah pisah dan diolah lagi.  
Osaka[12] adalah sebuah kota di wilayah Kansai, Jepang. Selain sebagai ibu kota Prefektur Osaka, kota ini ditetapkan sebagai salah satu Kota Terpilih berdasarkan Undang-Undang Otonomi Lokal. Osaka adalah kota berpenduduk terbesar nomor tiga di Jepang setelah Tokyo dan Yokohama. Kota ini terletak di pulau Honshu, di mulut Sungai Yodo di Teluk Osaka. Osaka adalah kota terbesar di kawasan Keihanshin sebagai pusat industri dan pelabuhan untuk daerah metropolitan Osaka-Kobe-Kyoto. Di sebelah timur, Osaka bertetangga dengan Kyoto dan Nara, dan di sebelah barat dengan kota Kobe.
Keihanshin adalah wilayah metropolitan berpenduduk terbesar nomor dua di Jepang, dan salah satu wilayah metropolitan terbesar di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 18 juta orang,[1] sekaligus wilayah metropolitan terbesar nomor dua di Jepang berdasarkan PDB dan wilayah metropolitan terbesar nomor tujuh di dunia.
Osaka merupakan sebuah metropolis air yang dikenal dengan sungai-sungainya dan jumlah jembatan terbanyak di Jepang. Ada dua pusat kota di Osaka, yakni Umeda di sebelah utara, dan Namba di sebelah selatan. Kedua pusat kota ini dihubungkan oleh jalan utama yang bernama Midosuji. Kantor-kantor perdagangan, bank, dan konglomerat Jepang umumnya terpusat di sekitar Jalan Midosuji. Jalan Midosuji dikenal dengan pemandangan daun-daun pohon ginkgo yang menguning di musim gugur.
Pada zaman dulu, Osaka yang dikenal sebagai Naniwa sudah menjadi pintu gerbang perdagangan internasional sejak sekitar abad ke-5. Pelabuhan Naniwazu merupakan pintu masuk ke Jepang kuno di periode Tumulus (709 AD) di saat perdagangan dengan Tiongkok dan semenanjung Korea mencapai puncaknya. Dari Naniwazu masuk teknologi pembuatan keramik, pertukangan, dan agama Buddha yang dibawa masuk dari Tiongkok dan Korea.
Sebagai kota pelabuhan, peran Naniwazu adalah sebagai pusat transportasi. Dari gudang-gudang besar yang berada di Naniwazu, barang dagangan diangkut melalui sungai Yodo menuju ibu kota yang pada saat itu berada di Nara dan kemudian dipindah ke Kyoto.
Walaupun tidak berlangsung lama, Osaka pernah menjadi ibukota Jepang kuno di zaman Naniwa (pertengahan abad ke-7 sampai pertengahan abad ke-8). Kaisar Nintoku membangun Istana Naniwa dan menamakan kota tempat istananya sebagai Naniwa no miya (Ibukota Naniwa). Kejayaan Naniwa dapat dibuktikan dengan ukuran luas makam Kaisar Nintoku di kota Sakai.
Kekacauan akibat perang berkelanjutan yang dimulai sejak akhir zaman Kamakura sampai zaman Istana Utara dan Selatan membawa kehancuran Naniwa. Pada tahun 1532, pendeta Buddha yang bernama Rennyo mendirikan kuil Ishiyama Honganji di lokasi yang sesuai dengan keadaan tanahnya dinamakan Osaka (tanjakan besar). Penduduk mulai bermukim di lokasi sekitar kuil yang merupakan cikal bakal sebuah kota yang kemudian dikenal dengan nama Osaka.
Pada tahun 1583, Toyotomi Hideyoshi berhasil menjadi pemersatu Jepang dan membangun istana yang diberi nama Istana Osaka di lokasi reruntuhan kuil Osaka Honganji . Pemukiman penduduk di sekitar Istana Osaka akhirnya meluas menjadi kota pusat ekonomi dan pemerintahan yang bernama Osaka.
Sesudah meninggalnya Toyotomi Hideyoshi dan jatuhnya Istana Osaka, shogun Tokugawa Ieyasu memindahkan pusat pemerintahan Jepang ke Edo. Pemerintahan yang disebut Keshogunan Edo membangun kembali istana dan kota Osaka.
Di zaman Edo, di Osaka dibangun kawasan pergudangan, kanal-kanal, dan jembatan-jembatan yang mendorong lajunya perdagangan. Pada saat itu, Osaka dikenal sebagai "Dapur Negeri" (Tenka no Daidokoro) karena Osaka merupakan pusat distribusi bahan makanan untuk seluruh Jepang. Harga beras untuk seluruh Jepang dipatok berdasarkan harga beras Pasar Beras Dojima yang ada di Osaka.
Pemerintah Keshogunan Edo mengutus polisi keshogunan kota Osaka (Osaka-cho Bugyo) untuk membagi pemukiman penduduk berdasarkan lokasinya: Rukun Utara (Kita-gumi), Rukun Selatan(Minami-gumi), dan Rukun Temma (Temma-gumi). Rukun Utara dan Rukun Selatan berada di distrik yang sekarang disebut Chuo-ku sedangkan Rukun Tenmangu berada di sekitar kuil Osaka Temmangu yang terletak di distrik Kita-ku. Pada saat itu, Osaka disebut dengan nama Osaka san-go (tiga distrik Osaka) karena merupakan gabungan dari tiga rukun penduduk.
Sesudah Restorasi Meiji (1868) selesai, pemerintahan Meiji membentuk Prefektur Osaka yang terdiri dari kota Osaka san-go dan wilayah yang ada di sekelilingnya. Nama kota juga dikembalikan seperti semula, menjadi Osaka tanpa akhiran "san-go," dan penggantian huruf kanji untuk kata "saka" yang digunakan untuk menulis kata Osaka. Berdasarkan peraturan pembagian wilayah Gun-ku-cho-son, kota Osaka kemudian dibagi menjadi 4 distrik: Kita-ku, Higashi-ku, Nishi-ku, dan Minami-ku.


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/JLPT
[3] http://www.tabloidbintang.com/gaya-hidup/psikologi/17828-4-cara-beradaptasi-dengan-lingkungan-kerja-baru.html
[4] http://wolio-molagi.blogspot.com/2012/12/jokowi-dan-gaya-kepemimpinan-genchi.html
[5] http://newindonesiaonline.wordpress.com/2011/08/20/manga-no-shimbun-meningkatkan-minat-baca-anak-jepang/
[6] http://www.margoyosoupdate.com/2012/09/membuat-pupuk-organik-dochakukin-takajo.html
[8] http://azgi.blogspot.com/2013/02/sharing-sistem-pendidikan-di-jepang.html
[9] http://id.wikipedia.org/wiki/Shinto
[10] http://rizaldp.wordpress.com/2012/11/04/budaya-malu-orang-jepang/
[11] Ruth Bennedict.2005. The chrysanthemum and the sword, New York: Houghton Mifflin Company.
[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Osaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

if you have comments on my writings so let me know them

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...