Pentingnya
Suasana Bahagia Dalam Belajar
Setiap
pagi penulis keluar dari rumah lebih awal dengan tujuan bisa mengantarkan ke
dua anak penulis ke sekolah yang berbeda. Yang kecil bersekolah di madrasah dan
yang besar bersekolah di SMA. Setiap pagi terlihat suasana anak-anak lain yang
juga penuh ceria. Wajah mereka dihiasi oleh senyum- senyum yang asli datang
dari lubuk hati mereka. Mereka tentu saja mengawali dan mengisi hari-hari
mereka penuh dengan rasa bahagia dan mereka adalah para siswa yang memiliki
pribadi yang bahagia.
Saat
pulang mengantarkan anak, penulis masih melihat beberapa remaja sengaja
berlambat- lambat untuk pergi ke sekolah mereka. Tentu saja timbul pertanyaan,
mengapa mereka sengaja menunda keberangkatannya ke sekolah ? Mengapa wajah
mereka kelihatan tanpa ekspresi ? Mungkin mereka kurang tidur, kurang bahagia
dan tentu mereka lagi bermasalah di rumah, atau paling kurang bermasalah dengan
diri mereka sendiri.
Anak-anak
yang bermasalah dengan dirinya pada umumnya kurang berhasil di sekolah. Mereka
terlihat kurang bersemangat dan kehilangan motivasi belajar. Penyebabnya tidak
terjadi secara instan, namun mempunyai faktor yang terjadi sejak awal
kehidupan. Bisa jadi gara-gara konsep parenting dari orang tuanya.
Orang
tua yang kurang paham tentang konsep cara menjadi orang tua ideal- cenderung
menganggap anak sebagai objek yang siap untuk didikte, diatur, dan diperlakukan
dengan semau gue. Orang tua yang cenderung mengadopsi pola komunikasi satu
arah, kemudian orang tua yang punya karakter serba monopoli, suka terlalu
mencampuri privacy anak dan juga kurang
memberi anak rasa bertanggung jawab. Cara-cara begini pada akhirnya akan menciptakan
anak yang unhappy dalam hidup mereka.
Kita
semua- terutama guru dan orang tua- perlu mengkondisikan dan membantu
perkembangan anak sehingga mereka menjadi siswa dengan pribadi yang bahagia.
Siswa dengan pribadi yang bahagia insyaAllah akan tumbuh menjadi generasi yang
cerdas dan sukses. Berikut kita akan berdiskusi tentang hal tersebut. Mari kita
tumbuhkan pribadi mereka menjadi bahagia !
Terutama di rumah bahwa tugas
seorang orang tua bukanlah hanya sebatas mengurus keperluan serta kebutuhan harian
mereka dan mendidik mental/ prilakunya, namun juga juga mampu menjadi penghibur
bagi si anak. Terutama saat mereka merasa terluka dan bersedih.
Memiliki
anak yang gembira dan riang- gembira tentunya sangat bermanfaat, karena anak
tersebut akan tumbuh menjadi individu yang mungkin lebih kreatif dan
berkarakter open minded (berfikiran
terbuka). Anak yang berkarakter gembira, mampu menguasai suasana hatinya, akan
belajar dan bekerja lebih optimal.
Sementara
itu kalau ada anak yang dalam usia masih kecil sudah sering mengalami stress,
apalagi depressi, tentu sangat tidak baik untuk pertumbuhannya. Makanya orang
tua perlu melakukan tiga hal untuk membuat anaknya menjadi individu yang
bahagia, yaitu dengan memahami dan mengaplikasikan tiga kata kunci (key word) seperti “mengenal, mencintai,
dan meniru”.
Orang
tua yang baik harus selalu memberi anak pegalaman hidup melalui pengenalan
hal-hal positif buat anak. Mengenal hal-hal yang positif punya dampak dalam
memperkaya imajinasi anak. Imajinasi bisa sebagai permulaan dari sebuah
kreativitas. Sebuah pemikiran yang kreatifitas mungkin akan menggugah
pertumbuhan kognitif anak secara optimal.
Ketika
anak tersebut telah “mengenal hal-hal yang baru kita berikan maka akan timbul
rasa sukanya. Dalam konteks ini menyukai atau mencintai merupakan
mengeksplorasi hal baru sebagai pengalamannya. Setelah anak mengenal dan
mencintai “pengalaman baru” maka secara otomatis dirinya akan meniru sebuah hal
yang baik untuk ditiru. Konteks peniruan ini
mencakup bentuk latihan dan penerapan.
Sebagai
contoh, kita ambil objek yang disenangi anak, seperti key board atau alat musik yang lain-, jika anak telah mengetahuinya
maka ia akan banyak bertanya kepada kita tentang key board tersebut. Dengan demikian dari jawaban dan informasi yang
ia peroleh, ia menjadi sangat tertarik. Selanjutnya ia akan mencoba untuk
meniru bagaimana orang bisa mempraktekanya. Hingga pada akhirnya sang anak
memiliki idola yang lebih jago dan popular dalam bidang music. Selanjutnya dia berlatih dan meniru agar bisa sehebat sang
idolanya.
Agar
anak bisa memiliki pribadi yang bahagia, maka orang tua perlu meningkatkan
ketertarikan anak (motivasi) untuk belajar. Memang dalam praktek dalam
kehidupan ini bahwa mendidik anak untukm senang belajar cukup sulit. Kadang
kita butuh kesabaran yang lebih untuk membuat anak kita mengerti bagaimana
pentingnya belajar. Kalau belajar buat anak, terutama anak kecil, maka kita
harus bikin kondisi yang menyenangkan dan menghindari tekanan. Belajar yang
menyenangkan akan membuat anak lebih mudah menyerap pelajaran.
Malah
sekarang ada teori tentang “pailkem”, Hamzah B.Uno dan Nurdin Mohammad (2012)
telah menulis tentang “pailkem”- singkatan dari akronim “pembelajaran aktif
inovatif lingkungan kreatif efektif menarik”, yaitu salah satu strategi untuk
mengoptimalkan pembelajaran di sekolah. Dengan pailkem insyaallah akan bisa
terbentuk suasana belajar yang menyenangkan.
Membuat
suasana belajar yang menyenangkan untuk anak diakui memang tidaklah mudah. Dia
butuh persuasif (bujukan) dan memberinya kegiatan yang sesuai dengan minat dan
kapasitas anak. Dengan demikian anak dapat dengan mudah diajak untuk belajar.
Juga lingkungan yang kondusif sangatlah berpengaruh pada niat anak belajar.
Jika lingkungan nya dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan rasa
penasaran si anak, pasti anak dapat dengan mudah diajak untuk belajar.
Teman-teman
bergaul juga berpengaruh pada minat belajar anak. Semangat teman itu ibarat
virus yang bisa menular. Dengan teman-teman yang aktif, maka anak akan juga
menjadi aktif, hingga ia dapat dengan mudah mulai belajar. Sebaliknya
teman-teman yang pasif akan membuat anak juga terserang oleh virus (semangat)
yang juga pasif. Dimana akhirnya minat belajar jadi lemah dan hilang.
Selain
membuat suasana belajar yang menyenangkan, orang tua juga perlu mengajarkan
tentang kedisiplinan. Ya disiplin di dalam kegiatan anak belajar, dan disiplin
disini bukan dalam arti kata untuk mengekang si anak. Namun disiplin untuk
membuat anak selalu konsistensi dalam belajar. Disiplin dapat dipraktekan
dengan bahasa yang tetap menyenangkan, yaitu melalui kalimat atau bahasa yang
tidak terkesan merendahkan tetapi selalu memberi semangat dan tetap positif.
Dalam
berbuat (beramal) agama kita memperkenalkan istilah pahala atau dosa. Istilah
lainnya adalah hadiah dan hukuman (reward
or punishment). Sistem hukuman dan hadiah pun dapat di sisipkan diantara
kegiatan belajar. Sebab hukuman dan hadiah dapat dijadikan motivasi untuk si
anak dalam kegiatan belajar. Tetapi harus diperhatikan juga sistem hadiah dan
hukuman ini, sebab kadang kita terlalu banyak memberikan porsi hadiah atau
hukuman tersebut. Jika kita terlalu banyak memberikan hadiah, maka si anak
cenderung akan menjadi manja lalu jika kita terlalu banyak memberikan hukuman,
maka si anak akan merasa takut dan juga merasa tertekan. Ya semua tergantung
pada seni mendidik dari orang tua.
Orang
tua, begitu juga dengan guru, perlu tahu tentang kiat untuk mengembangkan minat belajar anak-
mengembangkan minat membaca. Membaca- dan juga menulis- merupakan aktifitas yang sangat penting dalam
proses pembelajaran. Kemampuan membaca dan menulis anak memberi
kontribusi terhadap prestasi si anak di sekolah. Orang tua umumnya sangat
bangga kalau pada kelas rendah – kelas 1 dan 2 SD- anak sudah pandai membaca
dengan lancar. Sebagai catatan bahwa orang tua tidak boleh memaksa anak untuk
belajar membaca saat usia mereka masih balita.
Agaknya
perlu dikenal faktor yang bisa mendorong minat belajar membaca anak-anaknya.
Kebiasaan gemar membaca mereka sebaiknya dikembangkan sejak anak masih berusia
balita, bukan. Bukan dalam bentuk memaksa, namun dalam bentuk bermain- karena
dunia anak- anak adalah dunia bermain.
Kemampuan
membaca buat anak adalah anugerah buat mereka karena anak yang gemar membaca
umumnya akan tumbuh menjadi pelajar yang cerdas dan berwawasan luas. Jadi untuk
menumbuhkan minat belajar membaca anak, orang tua perlu memulainya dari rumah.
Berikut langkah-langkah untuk menumbuhkan minat belajar membaca anak.
a)
Perpustakaan mini buat keluarga, tentu saja pembentukan perpustakaan keluarga
tidak harus langsung jadi. Menyediakan bacaan buat keluarga yang dimulai dengan
beberapa judul buku adalah merupakan langkah awal. Lebih penting terlebih
dahulu untuk menarik minat baca anak melalui buku-buku yang berisi banyak
gambar menarik dan penuh warna, ya sesuai dengan tingkat usia anak.
b) Membaca bersama dalam keluarga. Teman penulis, Ulla
Mo, Eva dan Guini, yang datang dari Swedia mengatakan bahwa di negeri mereka
ada kebiasaan membaca dalam keluarga, yaitu ada kegiatan reading time setelah makan malam. Agaknya kita juga bisa mengadopsi
kegiatan ini. Orang tua (kita) menyediakan buku dan setelah
memilih buku yang tepat, kita menumbuhkan minat membaca pada anak dengan cara
sering membacakan buku cerita- kisah petualangan di saat bermain atau di waktu
menjelang tidur.
c)
Mengikuti pemahaman anak, tentu saja
orang tua perlu meluangan waktu secara teratur untuk menemani anak, membaca
bersama dan sekaligus melihat/ memonitor pemahaman anak dalam membaca. Membaca
berguna untuk mengembangkan daya nalar anak. Biasakan setelah selesai membaca
sebuah buku, kita tanyakan pada anak tentang kesimpulan yang diperoleh dari
buku tersebut. Kebiasaan ini dapat membantu anak dalam berpikir secara
sistematis dan menarik kesimpulan.
Namun
menumbuhkan minat belajar membaca anak juga tidak bisa dipaksakan. Beberapa
anak memiliki tingkat perkembangan membaca yang lebih lambat dibandingkan
dengan anak seusianya. Memaksa anak untuk belajar membaca sangat tidak baik.
Anak akan menjadi tertekan karena dituntut melakukan sesuatu yang ia tidak
bisa, akibatnya anak menjadi malas-malasan ketika disuruh belajar pada waktu
selanjutnya. Atau bahkan dapat membuat anak mengalami gangguan membaca.
Kapan
ya anak kita siap untuk belajar membaca ? Tentu saja mereka belajar membaca
dengan cara yang menyenangkan. Anak kita agaknya siap untuk mulai belajar
membaca kalau ia sudah dapat membedakan kiri dan kanan, maksudnya ia juga agak
mampu membedakanan huruf yang mirip seperti huruf ‘p’ dan ‘q’ atau ‘b’ dan ‘d’.
Kemudian bila kemampuan motorik yang
baik, yaitu setelah ia mampu untuk melempar, menggunting dan menangkap
bola. Dan juga punya kemampuan untuk
memahami. Anak yang sudah dapat membedakan bentuk, warna, ukuran,
bunyi dan mengingat apa yang ia lihat akan lebih cepat dilatih membaca. Karena
dalam belajar membaca anak harus bisa mengenali bentuk-bentuk huruf dan
membedakannya. Misalnya saja, anak akan mudah memahami ejaan kata ‘kucing’ jika
ia sudah tahu apa itu kucing.
Akhir
kata bahwa dalam mengajar anak kita perlu memahami prinsip “memberi dorongan
dan bukan mendukung”. Pendidikan memerlukan kesungguhan. Filosofi mendidik bagi
negara maju dan juga orang-orang yang berfikiran maju adalah bahwa mendidik
bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang anak agar bisa untuk maju.
Jadi memberikan “encouragement”. Kita
tidak mungkin mengukur prestasi anak atau orang lain menurut ukuran kita. Kita
bisa meniru karakter guru-guru di negara maju dalam mendidik yaitu “karakter
yang membangun semangat belajar anak, bukan karakter yang merusak atau
menghancurkan mental belajar anak”.
Kita
tidak mungkin bisa menciptakan generasi yang hebat dengan mendidik penuh dengan
ancaman, tekanan, gertakan dan segudang rasa takut. Jadi generasi yang dibentuk
oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur,
dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan
seterusnya sebagai generasi maledukasi, yaitu generasi salah didik. Juga
anak-anak yang dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: awas nanti ya
!!!, dan juga diancam dengan nilai rendah, tinta merah hingga nilai di bawah
KKM (kriteria ketuntasan minimal) di sekolah sebagai bentuk praktik mal-edukasi
juga.
Jadi
idealnya kita- para guru dan orang tua harus selalu mendidik dan mengajar
dengan penuh semangat, memberi dorongan, suasana hati gembira dan wajah ceria.
Pendek kata kita perlu menumbuhkan jiwa dan pribadi anak menjadi bahagia dalam
hidupnya. Karena Melalui pribadi yang bahagia belajar akan menjadi lebih mudah,
indah dan menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them