Kunci Kehebatan Bangsa Barat ?
Umumnya banyak orang menyebut bangsa Eropa sebagai orang barat. Namun dibalik itu bahwa kata “barat” lebih menunjukan status kebudayaan seperti lebih individualisme, suka berkompetisi, lebih mandiri, menggunakan logika, dan mereka menghargai privacy (hak-hak pribadi) yang mana budaya ini dipakai pada umumnya di Benua Eropa, Australia dan Amerika.
Sejak dulu orang barat itu memang hebat. Kunci kehebatannya karena mereka mempunyai semangat eksplorasi dan curiosity (rasa ingin tahu) yang sangat tinggi. Penulis sendiri memiliki pengalaman positif bersama teman-teman yang berasal dari barat. Bukan berarti penulis terlalu menganggungkan karakter orang barat. Tentu saja orang-orang kita juga memiliki karakter yang juga hebat. Namun penulis ingin mengupas beberapa karakter positif yang dimiliki oleh orang barat tersebut.
Jalaluddin Rakhmat (1998) menulis tentang protipe (karakter umum) orang Barat. Dia mengatakan bahwakalau di Asia atau Indonesia lelaki dewasa boleh menangis dan berteriak histeris, namun di mata orang barat akan terlihat kekanak-kanakan. Karakter pertama yang terlihat dari mereka adalah keteraturan dalam memanfaatkan waktu.
Mempelajari eksistensi orang barat dari berbagai sudut pandang selalu menarik. Segala pencapaian yang telah mereka peroleh. Kita bisa melihat seberapa besar pengaruh dan kontribusi orang-orang barat terhadap dunia. Itu terjadi karena dilator belakangi oleh semangat kerja keras (endeavour) hingga akhirnya bisa menorehkan jasa yang tinggi.
Prestasi orang barat tidak hanya dalam satu bidang, namun di berbagai bidang, seperti dalam prinsip dan teori keilmuan, sains, teknologi, dan beberapa bidang lainnya. Kelebihan orang barat selama ini sudah banyak yang kita ketahui. Penemuan mereka dibutuhkan oleh umat manusia. Mereka yang berhasil tersebut memiliki semangat yang hebat. Dalam belajarpun semangat mereka sungguh sangat hebat, karena memang prinsip hidup bahwa mereka memperioritaskan pendidikan.
Karena begitu pentingnya peran pendidikan, maka sistem wajib belajar bagi anak-anak juga pertama kali muncul di negara barat. Ada kebiasaan positif yang diterapkan oleh orang barat. Kebiasaan tersebut telah terlaksana turun temurun. Pendidikan buat anak-anak telah mereka lakukan sejak dari dalam kandungan.
Geert Hofstede dalam Jalaluddin Rakhmat (1998) mengatakan bahwa mahasiswa barat tertarik untuk menguasai dan mendalami satu atau lebih mata pelajaran. Sementara kebanyakan mahasiswa di negara berkembang, termasuk di Indonesia, hanya tertarik sekedar lulus dalam ujian.
Ketepatan waktu penting di Barat. Sementara ketepatan waktu di negara kita tergantung pada status sosial. Orang golongan atas, seperti kepala dan orang yang dianggap penting lainnya, cenderung memperlambat kedatangannya untuk orang bawah. Dan orang lapisan bawah harus on time untuk mereka. Orang yang merasa terdidik- karena pendidikan mereka tinggi- cenderung untuk enggan melakukan pekerjaan kasar. Mereka memandang status akan tinggi kalau tidak bekerja dengan tangan.
Orang orang barat yang pintar terlahir dari kelurga yang sangat peduli dengan arti sebuah pendidikan. Untuk melihat keunggulan barat, mungkin bisa dengan cara membandingkan dengan budaya Timur. Walaupun beberapa negara di timur atau di benua Asia juga sudah sangat maju menyamai negara-negara Eropa seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Taiwan dan Singapura. Namun kita bandingkan dengan kondisi negara Asia secara umum dengan budaya bangsa barat.
Budaya maksudnya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, dan lain lain. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Ada beberapa perbedaan antara budaya barat dan timur yang dewasa ini dapat kita amati dari media sosial- media elektronik dan juga media cetak. Bebeeapa perbedaan terlihat dari life style, trendy, nilai sosial, dan pendidikan. Life style atau gaya hidup orang Barat cenderung bersifat individualis. Mereka lebih senang hidup sendiri, berbeda dengan orang timur yang cenderung lebih bersosialisasi.
Tentang trendy, bahwa orang barat cenderung tidak mengikuti trend dan lebih memilih sesuatu yang bersifat tradisional. Penulis jadi memahami mengapa teman-teman penulis yang datang dari Eropa dan Australia, saat berlibur di Sumatera, mereka sangat menikmati kunjungan ke tempat- tempat tradisionil. Sementara kita, sebagai orang timur lebih memilih untuk mengikuti trend yang berbau modern, rasanya lebih enak menghabiskan waktu di mall atau pusat perbelanjaan yang modern. Kita menganggap orang yang tidak mengikuti trend sebagai orang yang belum mengenal selera modern. Jadinya orang barat lebih kaya pengalaman, apalagi saat berada dalam lingkungan tradisionil, mereka terlihat melakukan observasi atau pengamatan.
Menurut kebanyakan orang timur bahwa orang barat cenderung kurang mengetahui tata krama karena bersifat individualis, atau karena cara berpakaian mereka yang jauh berbeda dari standar orang timur. Anggapan demikian tentu bersifat subjektif, karena mereka juga memiliki ukuran etiket dan tata karma sendiri. Mereka lebih mandiri, percaya pada diri sendiri dan malah lebih patriot dan mencintai tanah air mereka- misalnya Orang Perancis sangat bangga menggunakan bahasa mereka. Orang Jerman tidak akan begitu bangga dalam menggunakan bahasa Inggris, mereka bangga dengan bahasa Jerman mereka.
Kemajuan orang barat, mereka peroleh kemajuan melalui pendidikan yang berkualitas dan percaya diri yang tinggi. Orang barat terlihat lebih mementingkan pendidikan. Mereka berlomba-lomba dalam hal mengejar prestasi. Sementara kita sebagai orang timur cenderung cepat puas dengan dengan ijazah yang kita peroleh.
Mari kita perhatikan, begitu banyak masyarakat kita yang menuntut ilmu di sekolah dan perguruan tinggi. Mereka belajar hanya sebatas mengerjakan PR atau belajar hanya sekedar mencari skor untuk ujian. Kalau tidak ada ujian maka cara belajar mereka terlihat melorot. Banyak yang pergi kuliah hanya untuk mendapatkan ijazah dan setelah selesai dari pendidikan mereka terlihat malas untuk menambah ilmu pengetahuan.
Filosofi yang berbunyi “tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat, atau long life education” hanya diaplikasikan oleh orang- orang barat (dan juga orang-orang yang datang dari maju lainnya di Asia). Kita sendiri, belum sepenuh hati dalam menggeluti ilmu pengetahuan. Karena mayoritas orang barat berpendidikan tinggi maka orang barat lebih tinggi tingkat kepercayaan dirinya.
Dimana letak kehebatan bangsa barat yang lain ? Kehebatan mereka terlihat dari ketertiban atau kedisiplinan. Pendidikan yang tinggi mempengaruhi tingkah laku seseorang. Orang yang berpendidikan tinggi lebih taat pada peraturan. Orang barat lebih disiplin dalam mengendarai kendaraan, menyebrang pada tempatnya dan mereka lebih mematuhi peraturan lalu lintas yang ada.
Di Melbourne, penulis lihat bahwa traffic light (lampu lalu lintas) dipatuhi oleh semua pengguna jalan. Saat lampu merah menyala maka trem, taxi, motor atau kenderaan pribadi hingga pengendara sepeda juga pada berhenti. Tidak ada yang suka menyerobot dan menyerempet pengguna jalan lainnya dan semua warga menyebrang jalan pada tempatnya.
Dalam keluarga barat, anak dididik supaya mandiri sejak kecil, setelah dewasa orang tua sudah melepaskannya dan hidup masing masing. Berbeda dengan kebiasaan dalam masyarakat kita, perlakuan orang tua terhadap anak sangat protektif, sehingga anak tidak mandiri. Keluarga barat juga terbiasa menanamkan pola-pola berfikir jangka panjang, anak-anak harus memiliki tujuan hidup yang konkrit dan cara berfikir mereka lebih kritis dan terbuka. Kalau bangsa kita ingin maju maka kita musti memiliki pola berfikir jangka panjang.
Gaya kepemimpinan di barat juga membuat mereka lebih maju. Ada tiga bentuk gaya mempin yang kita kenal, seperti otoriter, demokrasi dan laissez-faire atau serba membolehkan. Orang barat sangat mengenal konsep demokrasi yang diadopsi orang orang tua di rumah hingga di perusahaan atau negara. Power gap (jarak antara pemimpin dan yang dipimpin) dalam masyarakat demokrasi sangat dekat.
Dalam masyarakat barat jarak antara pemimpin dan rakyat sangat dekat. Sebaliknya di negeri kita secara umum jarak antara pemimpin dan rakyat sangat jauh jauh. Begitu pada banyak rumah dimana orang tua seperti kepemimpinan seorang ayah- yang cenderung menjaga wibawanya dengan membuat jarak dengan anak-anak mereka. Jadinya sistem masyarakat kita dan pemerintahan kita beda dengan gaya pemerintahan bangsa-bangsa yang ada di barat yang jarak antara pemimpin dan jarak tidak terlau jauh atau disebut juga Low Power Gap.
Low power gap ini membuat komunikasi atas-bawah, anak dan orang tua, guru dan murid, hingga boss dan buruh sangat nyambung. Mereka bisa melaksanakan manajemen rumah tangga, manajemen sekolah atau pendidikan hingga manajemen dalam masyarakat dan negara menjadi lebih berkualitas. Ini juga menjadi alas an mengapa orang barat bisa menjadi lebih hebat. Jadi kehebatan orang barat terbentuk dari way of life mereka.
Sebenarnya remaja kita di Indonesia juga bisa menjadi lebih hebat. Sumarkoco Sudiro (1990) mengatakan bahwa untuk bisa menjadi hebat maka para remaja harus mempunyai identifikasi dan penjelajahan. Identifikasi bisa diperoleh dalam semua bidang seperti: ilmu pengetahuan, seni, rohani, spiritualisme, dll. Maka orang tua dan guru harus menghargai dan menumbuhkan identifikasi diri melalui jati diri atau karakter tokoh yang harus ditiru.
Maka kualitas diri akan muncul melalui identifikasi, yaitu melalui pengalaman langsung, dengan membaca buku-buku dan dengan budaya lain. Remaja yang kurang punya identifikasi cenderung punya pribadi yang lemah. Untuk mengembangkan identifikasi adalah dengan memperbanyak penjelajahan ke museum, melalui sekolah yang bermutu, melakui rumah/ keluarga yang bermutu, juga mengunjungi universitas, pabrik dan pergi ke seminar. Kegiatan jelajah lainnya adalah dengan menjumpai langsung berbagai orang dengan berbagai jenis pekerjaan. Juga dengan mengenal tokoh-tokoh hebat lewat membaca biografi mereka.