Menggenjot Semangat
Berwirausaha
Orang Minang (di daerah lain disebut
dengan orang Padang) sejak dahulu dikenal sebagai suku bangsa yang gemar
merantau. Mereka meninggalkan sanak dan saudara serta sawah dan ladang,
Fenomena merantau telah membuat kampung
halaman menjadi sepi, rumah-rumah menjadi kosong, sebagian hanya dihuni oleh
orang-orang tua saja. Motivasi merantau adalah untuk memperbaiki taraf hidup.
Dan memang terbukti bahwa mereka yang hidup di rantau, setelah memutar
kincir-kincir (mengolah fikiran) dan menambah semangat kerja (endeavour) bisa hidup lebih sukses
daripada mereka yang tinggal di kampung.
Merantau karena melanjutkan
pendidikan sudah menjadi hal yang lazim. Suku bangsa lain juga demikian. Namun
merantau untuk mengubah nasib, dari susah menjadi sukses, patut diteladani oleh
orang-orang dan generasi lain. Umumnya orang-orang dulu melirik profesi
berdagang agar bisa mengubah nasib mereka, Malah juga banyak yang menjadi
pengusaha sukses.
“Se mati-mati aka mambuka lapau
nasi- sehabis-habisnya akal atau peluang ya membuat warung nasi”, demikian
prinsip hidup mereka, sehingga tidak heran bahwa di mana-mana bermunculan restoran Padang.
Menjadi PNS (pegawai negeri sipil) saat itu dipandang sebagai pekerjaan
di bawah standar. Malah ada orang yang sudah terlanjur menjadi pegawai
mengundurkan diri dan putar haluan untuk berdagang atau menjadi penguasaha.
Namun bagaimana sekarang ? Nah itulah problemanya bahwa mental berdagang,
menjadi penguasaha atau berwirausaha hampir-hampir sirna dari mental generasi
ini. Semua seolah olah memiliki mental kurang berani dan hanya pandai bermimpi untuk
menjadi pegawai- PNS, BUMN dan pegawai swasta. Padahal dari fenomena terlihat
bahwa menjadi PNS, BUMN dan pegawai swasta pintunya tidak terbuka lebar lagi.
Menjadi pegawai tidak begitu berdampak signifikan membuat bangsa ini
maju, dibanding menjadi seorang pengusaha. Bukankah sebahagian anggaran Negara
dihabiskan untuk membiayai jumlah pegawai pemerintah yang sangat banyak.
Bayangkan pegawai pemalas, pegawai yang kurang efektif juga digaji. Seharusnya
generasi muda perlu menumbuhkan semangat wirausaha agar tidak hidup dari
anggaran negara. Mereka perlu membaca biografi penguasaha sukses untuk menambah
motivasi hidup.
Siapa yang tidak kenal dengan nama Hilton. Di tiap-tiap kota besar, kita
dapat menemui kata “Hilton”. Kata Hilton biasanya dihubungkan dengan dunia
parawisata, tepatnya untuk nama jaringan atau assosiasi hotel berskala
internasional. Sebenarnya ada apa dibalik nama Hilton tersebut ?
Hilton adalah tokoh bisnis terkemuka di dunia, ia berasal dari San
Antonio, New Mexico. Ia anak kedua dari delapan bersaudara, dan anak lelaki
pertama. Ayahnya, Augustus Hover, adalah pengusaha tambang dan mengerti dengan
kebutuhan para penambang batu bara dan orang-orang yang bepergian pulang-balik
melintasi perbatasan Mexico. Itu adalah peluang bisnis dan mendorong nya untuk
membangun toko serba-ada (depatement
store) untuk menyediakan kebutuhan masyarakat.
1)
Hilton Sang Pendiri Hotel
Ketika ia meninggal dalam usia 91, Hilton memimpin 185 hotel di Amerika
Serikat dan 75 di seberang lautan. Hilton punya karakter bahwa sebelum
mengambil keputusan-keputusan yang penting, maka ia perlu berhari-hari meneliti
dan menimbang-nimbang segala implikasinya dan mempelajari segala sesuatu. Ia
juga membangun rumah dengan banyak kamar untuk disewakan bagi orang-orang yang
butuh tempat bermalam, ia menyebut tempat atau rumah tersebut dengan “hotel”.
Jadi keluarga Hilton mempunyai toko dan hotel.
Usia anak-anak hingga remaja adalah
masa kerja keras bagi Hilton. Ibu dan saudara-saudara perempuannya
mengurusi hotelnya sendiri sedangkan dia dan ayahnya tetap bekerja di toko.
Tetapi begitu toko tutup pada pukul 6 sore, Hilton makan malam sedikit, dan
langsung tidur.
Orang tuanya dan keluarganya selalu bekerja keras. Yang membuat mereka berhasil (kaya) adalah
karena mereka juga membuka usaha dalam bidang real estate, membeli tanah untuk membangun rumah. Prinsip hidup
Hilton adalah seperti “tunjukkan sikap hormat kepada siapa saja yang anda
hadapi dan dan memberi jawaban dengan keramahan”. Walaupun sibuk, Hilton masih
mempunyai waktu untuk menikmati hidup dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya di
rumahnya. Hilton juga menghormati tradisi masyarakat setempat. Hilton adalah salah satu tokoh
usahawan internasional yang berhasil dan terkenal. Kemudian contoh tokoh
wirausaha dari dalam negeri adalah seperti Yusuf Kalla.
2)
Jusuf Kalla Sang Pengusaha Tanah Air Yang Sukses
Muhammad Jusuf
Kalla lahir di Wattampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 1942. Ia
menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin Makassar
tahun 1967 dan The European Institute of
Business Administration Fountainebleu, Prancis (1977). Pengalamannya dalam
bidang organisasi adalah seperti menjadi Ketua HMI Cabang Makassar tahun
1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966,
serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969
memberi bekal untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sulit tersebut.
Yusuf Kalla berasal dari keluarga wirausaha. Ayahnya dikenal luas oleh dunia usaha sebagai pengusaha
sukses. Usaha-usaha yang dirintis ayahnya (NV. Hadji Kalla) diserahkan
kepemimpinannya sesaat setelah ia diwisuda menjadi Sarjana Ekonomi di
Universitas Hasanuddin Makassar Akhir Tahun 1967. Di samping menjadi Managing
Director NV. Hadji Kalla, juga menjadi Direktur Utama PT Bumi Karsa dan PT
Bukaka Teknik Utama. Usaha yang digelutinya, di samping usaha lama,seperti ekspor hasil bumi, juga mengembangkan usaha
yang penuh idealisme, yakni pembangunan infrastruktur seperti pembangunan
jalan, jembatan, dan irigasi. Usaha ini berguna untuk mendorong produktivitas
masyarakat pertanian.
Anak perusahaan NV. Hadji Kalla antara lain; PT Bumi Karsa (bidang
konstruksi) dikenal sebagai kontraktor pembangunan jalan raya trans Sulawesi,
irigasi di Sulsel, dan Sultra, jembatan-jembatan, dan lain-lain. PT Bukaka
Teknik Utama didirikan untuk rekayasa industri dan dikenal sebagai pelopor
pabrik Aspal Mixing Plant (AMP) dan gangway (garbarata) di Bandara, dan
sejumlah anak perusahaan di bidang perumahan (real estate); transportasi,
agrobisnis dan agroindustri.
3)
Bob Sadino Sang Pengusaha di Bidang Pangan dan Peternakan
Bob Sadino
adalah contoh wirausahawan yang berhasil lainnya. Ia lahir di Lampung (1933).
Bob adalah seorang pengusaha yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia
adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Perjalanan wirausaha
tidak semulus yang dikira banyak orang. Ia dan istrinya sering jungkir balik.
Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani
mencari dan menangkap peluang. Di saat melakukan sesuatu maka pikiran seseorang
bisa berkembang. Rencana tidak harus selalu baku dan kaku. Kelemahan banyak
orang adalah terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak
segera melangkah. “Yang paling penting
adalah bertindak.”
Proses
keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian
praktik, lalu menjadi trampil dan profesional. Menurut Bob, banyak orang yang
memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa
memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Sedangkan Bob selalu luwes terhadap
pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti
itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob,
kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu
berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Modal yang ia
bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk
membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang
sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan,
Bob sendiri sopirnya. Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang
yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. Kehilangan
sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia
mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar
negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala
keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”
Untuk
menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya,
Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik
tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada
Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik
di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta.
Hilangnya
semangat menjadi usawan membuat banyak generasi muda di negara kita bermimpi
(berharap) untuk bekerja sebagai PNS, anggota polisi dan TNI, menjagi pegawai
BUMN dan swasta, hingga menjadi pelayan toko. Walaun negara kita luas dan
banyak laut, jarang sekali yang bermimpi untuk menjadi pengusaha kapal,
ekspor-import atau wira usaha lainnya. Sekarang ada fenomena bahwa bila gagal
menjadi PNS, pegawai BUMN dan swasta maka para lulusan perguruan tinggi rela
menjadi sarjana penunggu perlombaan menjadi PNS atau pegawai lain pada
tahun-tahun berikutnya. Ada pemikiran
bahwa semangat wirausaha perlu dihidupkan kembali dalam keluarga dan juga
bercermin dari kisah sukses pengusaha lain.
Sudah saatnya
banyak orang kita yang menjadi tokoh bisnis yang sering disebut dengan
“pebisnis atau wirausahawan”, dan kalau boleh menjadi pebisnis terkemuka. Untuk
itu mereka musti mengerti dengan kebutuhan orang lain, seperti menyediakan
kebutuhan masyarakat. Mereka perlu memiliki karakter wirausaha, seperti
“membuat pertimbangan yang matang sebelum mengambil keputusan”. Mereka perlu menanamkan karakter suka
mengambil tanggung jawab/ bekerja keras sejak masa anak-anak / remaja.
Tentu saja orang
tua (kalau boleh juga guru mereka) perlu menjadi model dari pekerja yang
sungguh-sungguh. Calon wirausahawan tentu saja musti cerdas (banyak belajar)
dan banyak wawasan (banyak pengalaman). Mereka musti mengikuti kegiatan
berorganisasi, kalau boleh mengambil peran leadership-
sebagai pemimpin.
Calon
wirausahawan sebaiknya suka melakukan kegiatan/ tindakan dan bukan terlalu
banyak berteori. Menjadi wirausahawan tidak boleh berkarakter gengsi-gengsian
dalam bekerja, harus bisa menyinsing lengan baju dan harus bisa menyentuh
benda-benda yang dipandang hina, seperti pasir, batu, lumpur,rumput,
mencangkul, berlumuran debu. Mereka musti memiliki fikiran kreatif, gemar
bekerja/berkarya, kemudian punya visi untuk pemasaran atau human relation.
Calon wirausaha juga harus banyak menimba ilmu dan pengalaman bisnis dari
orang/ usahawan (pebisnis) yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them