Home Schooling
Sebagai Alternatif Buat Menjadi Cerdas
Untuk bisa
menjadi cerdas setiap orang perlu belajar. Belajar itu penting dalam memperoleh
ilmu pengetahuan dan keterampilan. Ada dua jenis cara belajar yaitu belajar
dengan bimbingan dan belajar dengan kemampuan sendiri, tanpa bimbingan atau
belajar sendiri yang juga disebut dengan istilah Self Learning.
Sebetulnya self learning telah dilaksanakan oleh banyak
orang dalam kehidupannya. Saat usia kecil, dengan gigih sebagai bentuk naluri
kecerdasan ia berlatih untuk belajar berjalan secara mandiri. Kelak setelah
agak besar jugabelajar sendiri untuk menyuap nasi, memasang pakaian, hingga
belajar sepeda. Anak-anak yang diberi kesempatan untuk belajar secara mandiri
akan tumbuh menjadi lebih cerdas dan pribadi lebih mandiri.
Konsep belajar
mandiri yang kerap kita lakukan baru sebatas menguasai keterampilan atau
kecakapan hidup harian seperti belajar bersepeda, belajar main layang-layang,
belajar berenang. Sementara kecakapan hidup yang lebih spesifik, sebagaimana
yang dilakukan oleh Titik Puspa yang menjadi penulis syair lagu dan penyanyi
tanpa melalui universitas. Gayatri (almarhumah) seorang siswa dari Ambon yang
menguasai 14 bahasa dunia, Haji Agus Salim, pahlawan nasional, yang menguasai 9
bahasa asing, politik dan ilmu sosial budaya tanpa pergi ke perguruan
tinggi.
Marjohan Usman juga ikut berkunjung ke Kedubes RI Sydney
(Pakai batik merah, nomor 3 dari kiri)
Self learning
akhirnya juga menjadi sebuah teori pembelajaran yaitu “automous learning”. Autonomous
learning adalah pembelajaran yang menitik beratkan pada aktivitas peserta
didik, baik secara individual maupun kelompok dengan memberikan otonomi yang
seluas-luasnya dalam memilih substansi yang akan dipelajari. Sinonim dari “self learning” adalah otodidak (autodidact).
Otodidak berasal
dari bahasa Yunani yaitu autodidaktos yang artinya belajar sendiri. Istilah self learning tentu saja istilah dalam
Bahasa Inggris, sementara istilah otodidak lebih kita kenal di Indonesia.
Banyak tokoh-tokoh hebat Indonesia, yang jadi hebat melalui otodidak. Orang
otodidak tidak membutuhkan figur seorang guru atau pembimbing untuk mempelajari
satu hal. Tanpa bantuan dari orang lain seseorang yang belajar secara otodidak
mampu mempelajari hal-hal dasar dari ilmu yang sedang mereka pelajari.
Orang yang
sukses karena otodidak dikagumi karena mereka mampu mempelajari sesuatu dengan
baik dan dibarengi oleh prakteknya, sebagian dari mereka mampu mengungguli
kemampuan orang yang belajar ilmu yang sama dengan cara dibimbing. Misal,
seorang jago music yang pintar karena
otodidak dan jago musik karena belajar melalui kuliah.
Sang otodidak
jago dalam praktek, sementara yang jago lewat universitas hanya tahu dengan
teori, dan kualitas musiknya sering tidak begitu menarik. Bidang yang paling
banyak dihuni sama orang-orang otodidak ini adalah bidang seni, sastra,
kerajinan tangan, pokoknya bidang-bidang yang menghasilkan sebuah karya seperti
bermusik dan akting juga termasuk.
Sekarang istilah
“home schooling” lebih dikenal luas
dari pada otodidak atau self learning.
Home schooling menurut Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki) adalah
metode pendidikan
alternatif yang dilakukan di rumah, dibawah pengarahan orang tua atau tutor
pendamping, dan tidak dilaksanakan di tempat formal lainnya seperti di sekolah
negeri, sekolah swasta, atau di
institusi pendidikan lainnya dengan model kegiatan belajar terstruktur dan
kolektif.
Home-schooling
bukanlah lembaga pendidikan, bukan juga bimbingan belajar yang dilaksanakan di
sebuah lembaga. Tetapi home-schooling
adalah model pembelajaran di rumah dengan orang tua sebagai guru utama dan bisa
juga mendatangkan guru pendamping atau tutor untuk datang ke rumah. home-schooling juga bukan berarti
kegiatannya selalu dilaksanakan di rumah, siswa dapat belajar di alam bebas
baik di laboratorium, perpustakaan, museum, tempat wisata, dan lingkungan
sekitarnya. Tetapi inti dari home-schooling
tetap yaitu model pendidikan yang dilaksanakan di rumah dengan orang tua
sebagai guru utama.
Para orang tua
memiliki sejumlah alasan yang membuat mereka memilih model pendidikan home-schooling untuk anak-anak mereka.
Tiga alasan yang kebanyakan dipilih oleh orang tua di Amerika
Serikat adalah masalah mengenai lingkungan sekolah, untuk lebih
menekankan pengajaran agama atau moral, dan
ketidaksetujuan dengan pengajaran akademik di sekolah negeri atau sekolah
swasta.
Home-schooling
tidak hanya ditujukan buat anak- anak, malah juga bisa dilakukan oleh remaja
dan orang-orang dewasa. Atau dilakukan oleh seseorang sejak dari usia yang
sangat muda, terutama di masa lalu. Di masa lalu sekolah belum dianggap orang
sebagai satu-satunya opsi pendidikan untuk anak-anak. Di masa lalu sekolah
tidak wajib, orang tua masih sadar sepenuhnya bahwa bersekolah adalah pilihan,
bukan kewajiban. Orang tua masa lalu masih sadar bahwa belajar tidak harus di
sekolah karena mereka masih sadar dunia di luar tembok sekolah tidak selebar daun
kelor.
Zaman sekarang home-schooling dianggap sebagai
pendidikan alternatif yang tidak efektif, kurang sosialisasi, dan sebagainya.
Apakah betul tanpa sekolah, anak-anak tidak mungkin sukses? Sejarah membuktikan
bahwa tanpa memilih sekolah pun, jika orang tua memfokuskan memfasilitasi
pendidikan pada kelebihan anak-anaknya, sukses tidak akan berada jauh dari
anak-anak yang mempunyai hambatan belajar dan juga dari mereka yang tidak cocok
dengan pengkondisian di sekolah.
Banyaknya
tokoh-tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani
sekolah formal juga memicu munculnya home-schooling.
Cukup banyak tokoh-tokoh dunia dari berbagai bidang seperti penulis, penemu,
fotografer, penyair, composer (penulis lagu) hingga Presiden belajar secara home-schooling atau otodidak untuk
bidang yang mereka minati. Jumlah mereka sangat bayak, beberapa di antaranya
adalah seperti:
1). Penulis yaitu Agatha
Christie dan Laura Ingalls. Agatha Christie (1890-1976), penulis novel
dengan nuansa detektif. Novelnya cukup laris sepanjang masa. Figur novelnya
adalah Hercule Poirot dan Miss Marple. Waktu kecil dia sangat pemalu sehingga
ibunya memutuskan mendidiknya sendiri di rumah meskipun kedua saudara
kandungnya disekolahkan di sekolah swasta. Keputusan ibunya tersebut terbukti
tepat karena anak pemalu itu tumbuh menjadi penulis yang terkenal melewati masa
hidupnya.
Laura Ingalls
Wilder (1867-1957) adalah penulis bacaan anak dan guru dari Amerika. Penulis
menonton filmnya berdasarkan novelnys ysng berjudul “Little House on the
Prairie”. Ia tidak bersekolah sampai keluarganya menetap di Daerah Teritori
Dakota- Amerika Serikat. Ia sendiri menjadi guru sekolah ketika usianya baru 15
tahun. Buku-bukunya yang menceritakan kehidupan sehari-hari keluarga pionir di
masa itu sangat terkenal hingga saat ini, membuktikan kesuksesan pendidikannya
ber-home-schooling.
2). Penemu yaitu Alexander Graham Bell dan Thomas AlvaEdison. Alexander
Graham Bell (1847-1922, penemu dan pendidik dari Amerika kelahiran Skotlandia,
penemu telepon (1876) ). Ibunya mendedikasikan hidupnya untuk mendidiknya tanpa
sekolah sampai sang ibu kehilangan pendengaran. Ibunya mengilhami dia untuk
meneliti bunyi dan suara.
Thomas Alva Edison
(1847-1931, penemu bola lampu dari Amerika). Dianggap bodoh dan selalu melamun
oleh guru sekolahnya sehingga ibunya menarik dia keluar setelah hanya tiga
bulan. Pada masa kini Edison mungkin didiagnosis mengidap ADD (Attention
Deficit Disorder). Ibu Edison bukan jenius dan bisa dibayangkan bahwa sebentar
saja kecerdasannya telah terlampaui oleh anaknya. Namun kelebihan home-schooling adalah keluwesannya
sehingga Edison tumbuh menjadi penemu besar.
3). Fotografer yaitu Ansel Easton Adams
(1902-84) dari Amerika, pionir dalam penelitian teknologi dan teori. Belajarnya
hanya lewat homeschool dengan ayahnya setelah usia 12 tahun karena dia tidak
bisa diam dan pernah menghina gurunya. Didikan ayahnya tidak sia-sia karena ia
menjadi fotografer berbakat dan terkenal.
4) Penyair yaitu Robert Lee Frost
(1874-1963), seorang penulis puisi Amerika, karyanya A Boy’s Will- Suatu
Keinginan Anak Laki-Laki (1913). Ia tidak tertarik dengan sekolah dan
sampai-sampai selalu merasa sakit kalau
harus pergi ke sekolah. Untung dia belajar lewat home-schooling, tidak dipaksa sekolah. Kalau sekolah terus, mungkin
dia jadi ‘biasa-biasa saja’, tertekan jiwanya, dan dunia tidak bisa menikmati
puisi-puisinya.
5). Komposer yaitu Wolfgang Amadeus
Mozart. Seorang komposer Austria, penulis lebih dari 40 simfoni, hampir 30
konserto piano, lebih dari 20 string kwartet, dan 16 opera, termasuk opera
Perkawinan Figaro (1786), Don Giovanni (1787), Cosi fan tutte (1790), The Magic
Flute (1791). Bayangkan kalau Mozart masuk sekolah, dunia akan kehilangan
begitu banyak karya-karya musik brilian yang ditulisnya semasa kecil.
6). Presiden yaitu Woodrow Wilson,
presiden ke-28 AS (1913-21). Ia juga pelopor berdirinya PBB, penerima Nobel
perdamaian (1919). Ia belajar lewat home-schooling
dan diajar sendiri oleh ayahnya. Dia tidak bisa membaca sampai usia 12. Namun
ketika dewasa ia meneruskan pendidikannya di Universitas Princeton, dan
selanjutnya ia aktif dalam bidang politik hingga bisa menjadi Presiden.
Dewasa ini
belajar melalui jalur formal sudah diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Namun kualitas pendidikan melalui pendidikan formal sering kurang kurang memberi dampak pada rasa
sukses. Juga melihat realita bahwa cukup banyak orang yang berkarir tidak sesuai
dengan ijazah kuliah yang ia peroleh. Ijazahnya adalah sebagai sarjana tekhnik
namun bekerja sebagai pegawai bank. Atau ijazahnya sebagai sarjana Hubungan
Internasional dan karirnya adalah dalam bidang kuliner.
Untuk mendukung
kesuksesan maka dianjurkan agar yang tertarik untuk melakukan home schooling, misal dalam bidang olah
raga, mungkin ingin menjadi atlit badminton, atlit renang, atau atlit catur
yang professional. Home-school yang
lain adalah mungkin ingin menjadi seorang penulis, seorang penceramah/
motivator, pemain music seperti biola,
piano atau penggubah lagu. Karena home
schooling dalam bidang ini bisamembuat seseorang lebih cepat sukses dan
melengkapi kualitas pribadinya melalui pendidikan formal.
Siapa saja bisa
melakukan home schooling untuk
meningkatkan kualitas diri atau sebagai alternative belajar buat sukses. Maka
mereka musti melakukannya dengan sungguh-sungguh. Tip-tip agar sukses untuk home-schooling meliputi konsisten,
target, pengumpulan materi/ buku-buku, manajemen waktu, uji coba/ latihan, dan
membuat kelompok belajar.
a). Konsisten,
yaitu tingkat konsistensi yang tinggi. Ini sangat berpengaruh pada hasil
pembelajaran yang akan kita dapatkan.
b). Target,
yaitu sebelum belajar, alangkah baiknya kalau kita menentukan terlebih dahulu
target apa yang akan kita capai dan jadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk
kita. Dengan adanya target, pembelajaran maka insyaallah kita akan lebih
terarah.
c) Pengumpulan
materi atau buku-buku, yaitu kita tentu membutuhkan bahan untuk home-schooling berupa buku-buku, kliping
dari Koran dan majalah. Atau malah mendownload beberapa e-book yang menurut
kita bagus dari internet. Setelah itu, kita focus untuk mempelajarinya.
Misalnya pengalaman penulis pribadi dalam melakukan home schooling untuk belajar Bahasa Perancis dan berlatih menulis
artikel dan menyelesaikan naskah buku hingga bisa diterbitkan.
d). Manajemen
waktu, ini berguna untuk lebih mengorganisir dan mengoptimalkan pembelajaran,
perlu sekiranya dibuat jadwal belajar secara berkala dan jangan sampai proses
pembelajaran terputus begitu saja ditengah jalan.
e) Uji coba atau
latihan, tentu saja dalam belajar otodidak dalam home-schooling, kita memerlukan latihan-latihan. Dalam mendalami
bidang olah raga atau music kita juga
butuh latihan yang sering dan porsi yang besar. Tentunya kita tidak akan
berhasil begitu saja dalam satu kali percobaan. Kita tentu mengalami banyak
sekali kegagalan, namun dari sanalah secara tidak sadar ilmu Anda akan semakin
bertambah.
f). Membuat
kelompok belajar, kalau boleh kita mencari teman-teman yang seide untuk saling
belajar bersama. Sebenarnya pembuatan kelompok belajar tidak begitu diharuskan,
namun tidak ada salahnya kita juga mengajak teman lain untuk juga meningkatkan
kualitas diri.
Home-schooling
sangat cocok dengan ajakan agama kita (agama Islam) agar kita senantiasa
belajara dalam hidup ini. Motivasi dalam afama kita yang berbunyi “tuntutlah
ilmu dari ayunan hingga sampai ke liang lahat”. Juga seruan Unesco- sebuah
badan pendidikan PBB agar warga dunia senantiasa melakukan prinsip “long life education atau belajar
sepanjang hidup”. Home schooling juga
akan berguna bagi kita sebagai alternatif untuk menuju sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them