Sabtu, 03 Oktober 2015

Tujuan Kuliah Bukan Untuk Menjadi Kaya Raya



Tujuan Kuliah Bukan Untuk Menjadi Kaya Raya
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar
            Belajar sudah menjadi kebutuhan primer setiap orang dan orangtua juga menyadari dan mendukung pendidikan anak-anak mereka. Malah mereka memilihkan sekolah terbaik buat anak-anak, jadinya sekolah berlabel unggul seperti “sekolah unggul, sekolah plus, sekolah perintis, sekolah percontohan, sekolah model” sangat diserbu. Karena mereka yakin sekolah berkualitas merupakan jalan sukses buat mewujudkan mimpi mereka dan mimpi anak-anak mereka.
            Apa mimpi dan tujuan mereka mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah ? Tentu saja jawaban setiap orang bisa berbeda. Namun tujuan pendidikan nasional menurut undang-undang negara kita adalah untuk menciptakan generasi yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian bagaimana mimpi orang tua dan sang anak lewat pendidikan ? Tentu jawabannya juga bervariasi, namun yang sering terucap saat anak masih kecil, mereka menginginkan anak mereka menjadi “orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama”. Ya jawaban yang sangat umum dan sangat akrab, sehingga susah buat dideskripsikan.
            Tujuan pendidikan waktu tentu saja sama dengan zaman sekarang namun campur tangan yang diberikan orang tua cukup berbeda. Gaya parenting atau cara mendidik dan membesarkan anak zaman dulu juga berbeda.    
            Generasi orang tua atau kakek kita cukup berbeda dengan zaman kita. Dalam generasi lama, orang tua cenderung memiliki banyak anak hingga 10 atau 11 orang. Parenting orang tua kita, mereka memisahkan gender berdasarkan tanggung jawab. Pekerjaan di rumah adalah tugasnya perempuan. Memasak, cuci piring, cuci pakaian, menyapu, memasak adalah pekerjaan buat anak perempuan. Lantas bagaimana dengan anak laki-laki ?
            Ya harus membantu tugas ayah dan paman. Kalau tugas ayah dan paman juga tidak ada maka anak laki-laki bakal tumbuh menjadi anak-anak yang tidak mengenal tanggung jawab. Anak laki laki yang tidak tahu tanggung jawab selanjutnya akan kekurangan pengalaman sukses. Pada masa itu atmosfir sekolah juga kurang kondusif maka di sekolah mereka juga menjadi anak anak yang juga gagal atau kurang sukses.
            Akhirnya bermuncullan banyak anak laki-laki yang putus sekolah dan tidak tahu dengan pekerjaan. Orang tua juga tidak tahu apa yang bakal diberikan pada anak laki-laki mereka yang gagal dalam pendidikan. Yang selalu dipesankan oleh orang tua pada anak laki-lakimereka dan juga buat anak perempuan agar selalu menjaga moral dan mohon untuk tidak memberi pada keluarga. Jadi pesan moral selalu disampaikan tiap saat.
            Anak-anak yang gagal dalam pendidikan formal akhirnya juga ingin memperbaiki kualitas diri mereka. Filsafat Minang mengatakan: “Karatau madang di hulu, di rumah baguno balun, marantau bujang dahulu, di rumah banguno balun”. Yakni filsafat yang mendorong pemuda Minang, terutama,  untuk pergi merantau guna bisa memperbaiki kualitas diri.
            Para pemuda yang memiliki pribadi yang kuat memutuskan untuk merantau, sementara yang nyalinya kecil akan tetap tinggal di kampong da berkarir sebagai petani, peternak atau buruh. Sementara bagi yang bermental kuat akan pergi merantau buat mencari “induk seman” atau boss tempat menumpang hidup.
            Tidak ada istilah bermanja-manja dan bermalas-malas dengan induk semang. Cepat kaki-ringan adalah karakter yang disenangi oleh induk semang. Pemuda yang tinggal di kampong akan berjuang dan bekerja buat mencari sesuap nasi, sementara pemuda yang merantau akan belajar dan berguru pada alam agar bisa mengubah nasib. Inilah wujud alam takambang jadikan guru- the nature is the teacher.
            Pada umumnya orang yang pergi merantau akan belajar berdagang dengan famil: tetangga, kerabat, hingga dengan paman. Mereka berdagang dalam bentuk menjual sepatu, kain/ pakaian, barang elektronik, kebutuhan harian hingga menjual nasi pada restoran atau rumah maka. Maka rumah makan Padang sangat mudah ditemui di mana- mana di Indonesia.
            Setelah 2 atau 3 dekade atau lebih, maka terjadilah perbaikan pada tingkat kehidupan. Kemajuan dalam tekhnologi dan informasi membuat anak-anak dan orang tua lebih kaya dengan informasi. Mereka mencari sekolah-sekolah yang berkualitas untuk bisa memberi mereka pelayanan dalam bidang pendidikan.
            Ada tiga jenis pendidikan untuk tingkat SLTA, yaitu SMA, SMK dan MA (Madrasah Aliah). Di negara Jerman lebih banyak dibangun Sekolah Kejuruan disbanding sekolah SMA. Namun di SMA jumlah SMA jauh lebih banyak disbanding SMK. Dimana mana bermunculan SMA, sehingga masyarakat lebih menyerbu SMA, apalagi SMA yang punya label keunggulan.
            Anak-anak yang belajar di SMA disarankan untuk melanjutkan studi mereka ke Perguruan Tinggi. Anehnya saat di bangku SLTA banyak yang berhasrat untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah SMA dari pada SEkolah Kejuruan. Namun saat lulus dari SMA, banyak siswa yang tertarik kuliah ke Perguruan Tinggi Kejuruan. ITB- Institut Tekhnologi Bandung dan juga jurusan tekhnik termasuk tempat yang sangat mereka minati.
            Sekarang cukup banyak anak-anak yang berlomba agar bisa kuliah di Perguruan Tinggi di Pulau Jawa, karena dianggap lebih berkualitas dan semuanya dianggap lebih favorite. Siapa saja yang bisa kuliah di ITB, UI, ITB, IPB, UNPAD, UNIBRAW, ITS, UGM, dan UNDIP akan memperoleh acungan jempol.
            Maka bermunculan ratusan hingga ribuan waralaba Bimbel (bimbingan belajar) untuk memberi pelayanan agar bisa bisa menuju Perguruan Tinggi yang mereka impikan. Dimana kelak mau kuliah ? Maka pada umumnya menybebut beberapa Perguruan Tinggidi Pulau Jawa atau beberapa jurusan favorite untuk Perguruan Tinggi di daerah seperti di Kedokteran atau Fakultas Tekhnik.
            Bila kelak selesai kuliah, apa yang bakal dilakukan ? Maka di zaman pasca PNS sudah sulit, pada umumnya mereka tidak tahu apa lagi yang dilakukan, paling-paling mereka menjawab: “saya ingin berwirausaha”. Apa jenis wirausahanya ?
            Dan lagi-lagi mereka tidak bisa menjawab. Yang jelas para siswa yang tengah bergiat belajar sekarang hanya sekedar bermimpi buat bisa masuk Perguruan Tinggi Favorite dan setelah itu tidak tahu apalagi apa yang bisa dikerjakan. Mayoritas siswa di SMA banyak mengungkapkan bahwa mereka ingin kuliah agar bisa menjadi Dokter, karena karir Dokter itu lebih menjanjikan dan uang mudah mengalir. Juga banyak yang ingin kuliah di jurusan Tekhnik agar nanti bisa berkarir dalam bidang Perminyakan dan karirnya menjanjikan. Apakah mungkin siswa cerdas yang bermental manja, anak mama kelak cocok berkarir di lading pemboran minyak yang membutuhkan mental dan pribadi yang kuat ?
            Itulah femonena bahwa sekarang cukup banyak siswa yang tidak tahu apa dan bagaimana kegiatan mereka setelah dewasa. Yang jelas mereka ingin kuliah di tempat yang bergengsi sesuai dengan mata pelajaran yang mereka agungkan seperti “kimia, fisika, biologi, matematika, ekonomi dan akutansi”. Mereka kuliah agar bisa kelak menjadi ilmuwan dan menjadi orang yang kaya raya, namun bengong apa dan bagaimana kelak.
            Ya apa sih tujuan masuk Universitas (Perguruan Tinggi) ?. Dewasa ini sudah terdapat cukup banyak Perguruan Tinggi, mulai dari kota kecil, ibu kota Propinsi hingga Perguruan Tinggi di Pulau Jawa. Berbagai Perguruan Tinggi sekarang berlomba buat merebut minat para siswa, malah ada juga Perguruan Tinggi yang nyaris mati karena kekurangan mahasiswa.
Umumnya orang tua menginginkan anak-anak mereka bisa sukses berkarir setelah mereka tamat dari Perguruan Tinggi. Yang jelas anak-anak yang selesai kuliah di Perguruan Tinggi akan memperoleh diploma atau ijazah. Yang jelas cukup banyak sekarang yang pergi ke Perguruan Tinggi hanya sebatas pergi belajar, karena miskin motivasi maka mereka kuliah dengan semangat yang lemah.  Ya cukup banyak problem yang muncul saat seseorang pergi ke Perguruan Tinggi, antara lain:
1). Apakah jurusan yang diambil sesuai dengan impian mereka.
2). Apakah jurusannya susah dan apakah mampu wisuda sesuai dengan waktunya.
3). Apakah jurusan yang diambil direstui oleh orang tua.
4). Andai kuliah mengalami kesulitan keuangan, siapa kelak yang akan mendukung.
5). Apa ada jaminan buat mudah memperoleh pekerjaan begitu seseorang selesai kuliah.
6). Ya apa pekerjaan yang cocok…ya cukup banyak yang galau dan bingung.
Untuk diketahui bahwa sebenarnya, belajar di universiti bukanlah untuk mendapat pekerjaan. Jikalau banyak sarjana yang tidak ada kerja, atau bisa menjadi tenaga honorer atau menjadi guru sementara di sekolah hingga bisa menjadi guru tetap. Namun kebijakan begini tidak mudah lagi. Sekarang lulusan Perguruan Tinggi yang dicari adalah yang punya kualitas, bukan kuantitas.
Bagi yang ingin menjadi mahasiswa, perlu mengetahui bahwa inti tujuan belajar di universitas adalah meningkatkan kualitas pemikiran. Diharapkan pemikiran seseorang yang kuliah di Perguruan Tinggi harus berbeda dengan yang tidak pernah kuliah di Perguruan Tinggi. Orang yang belajar di Perguruan Tinggi adalah seorang yang “Willing To Learn” “Sudi buat Selalu Belajar” dan mereka ini seharusnya menjadi orang yang selalu “Belajar Sepanjang Hayat atau Long Life Education”.
Minat mereka terhadap ilmu pengetahuan selalu terjaga dan terlaksana. Mereka memiliki open minded atau berfikiran terbuka. Orang yang selalu mengadopsi long life education musti banyak membaca buku, dan mencintai ilmu pengetahuan. Tentu saja orang yang berfikiran terbuka dan luas ilmunya akan lebih berhasil kelak. Maka cobalah untuk mengabaikan semua persoalan yang bisa menjatuhkan semangat belajar kita. Kini yang penting adalah selagi anda ada minat terhadap segala ilmu pengetahuan, maka selalulah tuntut ilmu pengetahuan dan insyaallah kita kelak bakal menjadi orang jaya dalam hidup ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

if you have comments on my writings so let me know them

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...