Tujuan Kuliah Bukan Untuk Menjadi Kaya Raya
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar
Belajar sudah menjadi kebutuhan primer setiap
orang dan orangtua juga menyadari dan mendukung pendidikan anak-anak mereka.
Malah mereka memilihkan sekolah terbaik buat anak-anak, jadinya sekolah
berlabel unggul seperti “sekolah unggul, sekolah plus, sekolah perintis,
sekolah percontohan, sekolah model” sangat diserbu. Karena mereka yakin sekolah
berkualitas merupakan jalan sukses buat mewujudkan mimpi mereka dan mimpi
anak-anak mereka.
Apa
mimpi dan tujuan mereka mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah ? Tentu saja
jawaban setiap orang bisa berbeda. Namun tujuan pendidikan nasional menurut
undang-undang negara kita adalah untuk menciptakan generasi yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian bagaimana mimpi orang tua dan sang anak
lewat pendidikan ? Tentu jawabannya juga bervariasi, namun yang sering terucap
saat anak masih kecil, mereka menginginkan anak mereka menjadi “orang yang
berguna bagi nusa, bangsa dan agama”. Ya jawaban yang sangat umum dan sangat
akrab, sehingga susah buat dideskripsikan.
Tujuan
pendidikan waktu tentu saja sama dengan zaman sekarang namun campur tangan yang
diberikan orang tua cukup berbeda. Gaya parenting
atau cara mendidik dan membesarkan anak zaman dulu juga berbeda.
Generasi
orang tua atau kakek kita cukup berbeda dengan zaman kita. Dalam generasi lama,
orang tua cenderung memiliki banyak anak hingga 10 atau 11 orang. Parenting
orang tua kita, mereka memisahkan gender berdasarkan tanggung jawab. Pekerjaan
di rumah adalah tugasnya perempuan. Memasak, cuci piring, cuci pakaian,
menyapu, memasak adalah pekerjaan buat anak perempuan. Lantas bagaimana dengan
anak laki-laki ?
Ya
harus membantu tugas ayah dan paman. Kalau tugas ayah dan paman juga tidak ada
maka anak laki-laki bakal tumbuh menjadi anak-anak yang tidak mengenal tanggung
jawab. Anak laki laki yang tidak tahu tanggung jawab selanjutnya akan
kekurangan pengalaman sukses. Pada masa itu atmosfir sekolah juga kurang
kondusif maka di sekolah mereka juga menjadi anak anak yang juga gagal atau
kurang sukses.
Akhirnya
bermuncullan banyak anak laki-laki yang putus sekolah dan tidak tahu dengan
pekerjaan. Orang tua juga tidak tahu apa yang bakal diberikan pada anak
laki-laki mereka yang gagal dalam pendidikan. Yang selalu dipesankan oleh orang
tua pada anak laki-lakimereka dan juga buat anak perempuan agar selalu menjaga
moral dan mohon untuk tidak memberi pada keluarga. Jadi pesan moral selalu
disampaikan tiap saat.
Anak-anak
yang gagal dalam pendidikan formal akhirnya juga ingin memperbaiki kualitas
diri mereka. Filsafat Minang mengatakan: “Karatau madang di hulu, di rumah
baguno balun, marantau bujang dahulu, di rumah banguno balun”. Yakni filsafat
yang mendorong pemuda Minang, terutama,
untuk pergi merantau guna bisa memperbaiki kualitas diri.
Para
pemuda yang memiliki pribadi yang kuat memutuskan untuk merantau, sementara
yang nyalinya kecil akan tetap tinggal di kampong da berkarir sebagai petani,
peternak atau buruh. Sementara bagi yang bermental kuat akan pergi merantau
buat mencari “induk seman” atau boss tempat menumpang hidup.
Tidak
ada istilah bermanja-manja dan bermalas-malas dengan induk semang. Cepat
kaki-ringan adalah karakter yang disenangi oleh induk semang. Pemuda yang
tinggal di kampong akan berjuang dan bekerja buat mencari sesuap nasi,
sementara pemuda yang merantau akan belajar dan berguru pada alam agar bisa
mengubah nasib. Inilah wujud alam takambang jadikan guru- the nature is the teacher.
Pada
umumnya orang yang pergi merantau akan belajar berdagang dengan famil:
tetangga, kerabat, hingga dengan paman. Mereka berdagang dalam bentuk menjual
sepatu, kain/ pakaian, barang elektronik, kebutuhan harian hingga menjual nasi
pada restoran atau rumah maka. Maka rumah makan Padang sangat mudah ditemui di
mana- mana di Indonesia.
Setelah
2 atau 3 dekade atau lebih, maka terjadilah perbaikan pada tingkat kehidupan.
Kemajuan dalam tekhnologi dan informasi membuat anak-anak dan orang tua lebih
kaya dengan informasi. Mereka mencari sekolah-sekolah yang berkualitas untuk
bisa memberi mereka pelayanan dalam bidang pendidikan.
Ada
tiga jenis pendidikan untuk tingkat SLTA, yaitu SMA, SMK dan MA (Madrasah
Aliah). Di negara Jerman lebih banyak dibangun Sekolah Kejuruan disbanding
sekolah SMA. Namun di SMA jumlah SMA jauh lebih banyak disbanding SMK. Dimana
mana bermunculan SMA, sehingga masyarakat lebih menyerbu SMA, apalagi SMA yang
punya label keunggulan.
Anak-anak
yang belajar di SMA disarankan untuk melanjutkan studi mereka ke Perguruan
Tinggi. Anehnya saat di bangku SLTA banyak yang berhasrat untuk melanjutkan
pendidikan ke sekolah SMA dari pada SEkolah Kejuruan. Namun saat lulus dari
SMA, banyak siswa yang tertarik kuliah ke Perguruan Tinggi Kejuruan. ITB-
Institut Tekhnologi Bandung dan juga jurusan tekhnik termasuk tempat yang
sangat mereka minati.
Sekarang
cukup banyak anak-anak yang berlomba agar bisa kuliah di Perguruan Tinggi di
Pulau Jawa, karena dianggap lebih berkualitas dan semuanya dianggap lebih
favorite. Siapa saja yang bisa kuliah di ITB, UI, ITB, IPB, UNPAD, UNIBRAW,
ITS, UGM, dan UNDIP akan memperoleh acungan jempol.
Maka
bermunculan ratusan hingga ribuan waralaba Bimbel (bimbingan belajar) untuk
memberi pelayanan agar bisa bisa menuju Perguruan Tinggi yang mereka impikan.
Dimana kelak mau kuliah ? Maka pada umumnya menybebut beberapa Perguruan
Tinggidi Pulau Jawa atau beberapa jurusan favorite untuk Perguruan Tinggi di
daerah seperti di Kedokteran atau Fakultas Tekhnik.
Bila
kelak selesai kuliah, apa yang bakal dilakukan ? Maka di zaman pasca PNS sudah
sulit, pada umumnya mereka tidak tahu apa lagi yang dilakukan, paling-paling
mereka menjawab: “saya ingin berwirausaha”. Apa jenis wirausahanya ?
Dan
lagi-lagi mereka tidak bisa menjawab. Yang jelas para siswa yang tengah bergiat
belajar sekarang hanya sekedar bermimpi buat bisa masuk Perguruan Tinggi
Favorite dan setelah itu tidak tahu apalagi apa yang bisa dikerjakan. Mayoritas
siswa di SMA banyak mengungkapkan bahwa mereka ingin kuliah agar bisa menjadi
Dokter, karena karir Dokter itu lebih menjanjikan dan uang mudah mengalir. Juga
banyak yang ingin kuliah di jurusan Tekhnik agar nanti bisa berkarir dalam
bidang Perminyakan dan karirnya menjanjikan. Apakah mungkin siswa cerdas yang
bermental manja, anak mama kelak cocok berkarir di lading pemboran minyak yang
membutuhkan mental dan pribadi yang kuat ?
Itulah
femonena bahwa sekarang cukup banyak siswa yang tidak tahu apa dan bagaimana
kegiatan mereka setelah dewasa. Yang jelas mereka ingin kuliah di tempat yang
bergengsi sesuai dengan mata pelajaran yang mereka agungkan seperti “kimia,
fisika, biologi, matematika, ekonomi dan akutansi”. Mereka kuliah agar bisa
kelak menjadi ilmuwan dan menjadi orang yang kaya raya, namun bengong apa dan
bagaimana kelak.
Ya
apa sih tujuan masuk Universitas (Perguruan Tinggi) ?. Dewasa ini sudah
terdapat cukup banyak Perguruan Tinggi, mulai dari kota kecil, ibu kota
Propinsi hingga Perguruan Tinggi di Pulau Jawa. Berbagai Perguruan Tinggi
sekarang berlomba buat merebut minat para siswa, malah ada juga Perguruan
Tinggi yang nyaris mati karena kekurangan mahasiswa.
Umumnya
orang tua menginginkan anak-anak mereka bisa sukses berkarir setelah mereka
tamat dari Perguruan Tinggi. Yang jelas anak-anak yang selesai kuliah di
Perguruan Tinggi akan memperoleh diploma atau ijazah. Yang jelas cukup banyak
sekarang yang pergi ke Perguruan Tinggi hanya sebatas pergi belajar, karena
miskin motivasi maka mereka kuliah dengan semangat yang lemah. Ya cukup banyak problem yang muncul saat
seseorang pergi ke Perguruan Tinggi, antara lain:
1).
Apakah jurusan yang diambil sesuai dengan impian mereka.
2).
Apakah jurusannya susah dan apakah mampu wisuda sesuai dengan waktunya.
3).
Apakah jurusan yang diambil direstui oleh orang tua.
4).
Andai kuliah mengalami kesulitan keuangan, siapa kelak yang akan mendukung.
5).
Apa ada jaminan buat mudah memperoleh pekerjaan begitu seseorang selesai
kuliah.
6).
Ya apa pekerjaan yang cocok…ya cukup banyak yang galau dan bingung.
Untuk
diketahui bahwa sebenarnya, belajar di universiti bukanlah untuk mendapat
pekerjaan. Jikalau banyak sarjana yang tidak ada kerja, atau bisa menjadi
tenaga honorer atau menjadi guru sementara di sekolah hingga bisa menjadi guru
tetap. Namun kebijakan begini tidak mudah lagi. Sekarang lulusan Perguruan
Tinggi yang dicari adalah yang punya kualitas, bukan kuantitas.
Bagi
yang ingin menjadi mahasiswa, perlu mengetahui bahwa inti tujuan belajar di
universitas adalah meningkatkan kualitas pemikiran. Diharapkan pemikiran seseorang
yang kuliah di Perguruan Tinggi harus berbeda dengan yang tidak pernah kuliah
di Perguruan Tinggi. Orang yang belajar di Perguruan Tinggi adalah seorang yang
“Willing To Learn” “Sudi buat Selalu
Belajar” dan mereka ini seharusnya menjadi orang yang selalu “Belajar Sepanjang
Hayat atau Long Life Education”.
Minat
mereka terhadap ilmu pengetahuan selalu terjaga dan terlaksana. Mereka memiliki
open minded atau berfikiran terbuka.
Orang yang selalu mengadopsi long life
education musti banyak membaca buku, dan mencintai ilmu pengetahuan. Tentu
saja orang yang berfikiran terbuka dan luas ilmunya akan lebih berhasil kelak. Maka
cobalah untuk mengabaikan semua persoalan yang bisa menjatuhkan semangat
belajar kita. Kini yang penting adalah selagi anda ada minat terhadap segala
ilmu pengetahuan, maka selalulah tuntut ilmu pengetahuan dan insyaallah kita
kelak bakal menjadi orang jaya dalam hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them