Bermimpi
Menjadi Orang Kaya
Oleh
: Marjohan, M.Pd
Guru
SMAN 3 Batusangkar
Sebagian remaja (siswa dan mahasiswa) ada yang peduli dengan kehidupan
ini dan ada juga yang masa bodoh. Ada yang sudah memikirkan bagaimana hidup
mereka di masa depan dan ada juga yang belum. “Yang penting aku enjoy aja, tidak terlalu banyak fikir dan soal masa
depan aku serahkan ke mama dan papa”. Demikian beberapa komentar dari
mereka yang berpaham hedonism- mencari kesenanngan hidup semata-mata. Bagi
mereka yang penting bias belajar dan bermain, tidak mau diberi pekerjaan yang
susah. Bila ada keperluan ya cukup minta saja duit pada orang tua. Pokoknya
tahu beres saja.
Tidak
hanya siswa, namun juga mahasiswa yang kehidupan mereka juga serba monoton.
Kerjanya cuma pergi ke kampus dan pulang ke kos, sepanjang hari belajar,
begossip, otak atik hand phone,
sampai pada kecanduan dengan game on line.
Kalau uang habis ya merengek lagi sama orang tua. “Ma…kirimkan kan lagi uang ke
ATM ku ya…..!”. Tidak ada uang ya cukup kontak orang tua agar mengirimkan dana
ke rekeningnya. Ini tidak salah, karena orang tua juga masih punya tanggung
jawab untuk menjamin kelancaran kuliah anak-anak mereka. Namun kalau boleh para
mahasiswa/ para pemuda juga perlu tahu tentang seluk beluk dari mana dan kemana
uang itu mengalir. “Kalau boleh
bermimpilah menjadi orang kaya”.
Saat
penulis mengikuti KKN (kuliah kerja nyata) lebih dari 20 tahun yang lalu di sebuah
desa dekat Payakumbuh. Di sana ada seorang pemuda, Yung Karaben namanya, yang cuma
tamatan Sekolah Dasar, namun ia menjadi ngetop karena menjadi pemuda yang kaya
raya. Ia memiliki banyak uang, punya harta, sawah dan ladang. Ia juga punya gilingan
padi dan beberapa rumah sewaan sebagai pabrik uangnya. Ia bukan tamatan Perguruan
Tinggi, malah sarjana tamat Perguruan Tinggi juga ada yang hidup melarat. Mengapa
ia bisa menjadi kaya dalam usia muda ? Itu terjadi karena ia mengerti dengan
aliran uang, kemana dan dari mana uang tersebut mengalir.
Kondisi
kesejahteraan dan kekayaan orang pada suatu negara bisa berbeda- beda. Di negara
maju- atau negara kaya, ada kalanya satu persen penduduk (para pemilik uang)
bisa menguasai 50% peredaran uang. Atau ada negara yang 5 % penduduk kaya yang menguasai
90 % uang di negara tersebut. Kalau begitu sungguh menyedihkan bila kita
menjadi orang yang 90 persen (orang yang lemah keuangannya). Uang yang sepuluh
persen kalau dibagi rata untuk 90 persen penduduk yang kekurangan uang, maka
setiap orang mungkin akan memperoleh sepuluh ribu rupiah. Sungguh sulit untuk
meyangga kehidupan ini hari demi hari.
Dalam
fenomena sosial bahwa banyak orang yang secara mendasar hanya mencari
kenikmatan dan menghindari kesengsaraan. Menjadi PNS dianggap lebih enak karena
mudah dan tidak punya resiko, sakit pun gaji juga dating, dibanding dengan
menjadi pengusaha. Sementara itu menjadi pengusaha terasa susah dan beresiko. Kalau
berhasil uangnya banyak namun resikonya tinggi. Namun bagi kita bila ada unsur
kesusahan dalam bekerja maka kita cenderung untuk menjauhinya. Malah bila kita
hidup sebagai orang yang sengsara, para sanak keluarga juga agak enggan untuk
mendekat pada kita. Bila ada unsur yang menyenangkan maka kita cenderung
mendekatinya.
Kaya
atau miskin memang relatif. Secara finansial memang ditentukan oleh jumlah uang
yang kita miliki. Tentang uang, bahwa ada orang yang sangat mencintai uang, ada
yang tak peduli pada uang dan sampai pada yang membenci uang. Mereka
beranggapan bahwa uang adalah sumber kejahatan. Akibatnya tanpa disadari mereka
(mungkin juga kita) tidak ingin menjadi kaya. Kita berfikiran bahwa lebih baik jadi
sederhana saja dan malah ada yang tidak punya uang.
Dikatakan
bahwa orang yang uangnya sedikit- miskin- sebagai orang dengan posisi tangan di
bawah. Orang yang kaya, dikatakan sebagai posisi tangannya di atas. Karena ia
mudah memberi. Agama Islam mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari pada
posisi tangan di bawah. Maka menjadi kaya lebih mulia dari pada jadi miskin.
Untuk
menjadi kaya memang tidak mudah. Mengapa kita tidak kaya ? penyebabnya adalah
karena kita tidak tahu strateginya. Kita tidak mengetahui jalur alamiah atau
jalur paling mudah untuk mencapai tujuan. Selanjutnya bahwa fikiran kita juga
tidak realistik, tidak melakukan tindakan sesuai dengan rencana. Namun mengapa
pada segelintir orang bisa menjadi kaya? Tentu saja karena mereka punya
karakter yang kuat.
Ternyata menjadi kaya
bukan secara instan- bukan disulap- sim salabim. Kecuali bagi yang menang quiz who want to be millionaire. Jalan
menuju kaya perlu dirintis. Ya memang untuk menjadi kaya secara baik-baik perlu
dirintis.
Dari biografi tentang tokoh
dan orang yang sukses/ kaya hidup seputar kita, kita ketahui bahwa mereka sudah
merintis suksesnya sejak usia muda, misalnya sejak mahasiswa. Umumnya mereka
menjadi mahasiswa yang tekun dan rajin. Mereka menyiapkan diri dengan berbagai
kepintaran. Mereka senang berkompetisi dan mengikuti berbagai ajang kompetisi.
Mereka memiliki banyak wawasan, banyak bergaul dan tahu dengan seni
berkomunikasi.
Namun sayang banyak
pula pemuda cerdas yang cuma pintar mengirim lamaran untuk jadi PNS, atau
menjadi orang biasa-biasa saja pada sebuah perusahaan. Mereka akhirnya puas
memperoleh gaji kecil
Ternyata gaji yang
diterima oleh rata-rata orang Indonesia termasuk sangat kecil standardnya
dibandingkan dengan orang yang bekerja di negara tetangga yang lebih kaya. Orang
orang di sana memiliki motivasi kerja dan motivasi untuk sukses yang sangat
tinggi. Mereka tidak gampang untuk mudah merasa puas. Sekali lagi bahwa mereka
selalu memotivasi diri- membaca banyak buku, mencari banyak inspirasi dari
banyak orang dan tokoh-tokoh sukses.
Kalau fenomena kita
kadang-kadang cukup aneh. Saat kita mempunyai sedikit kelebihan uang ekstra
maka gaya hidup kita juga berubah drastis. Karena gaji telah meningkat, maka pengeluaran
kita juga berlipat. Ukuran rumah juga bertmbah dan motor pun juga mengkilat. Seharusnya
uang kita boleh bertambah namun pengaturan penggunaan uang juga harus effektif.
Yaitu tetap dalam batasan tidak boros.
Banyak juga orang kaya
yang baik hati. Mereka dikatakan demikian karena juga kaya hati, kaya rohani
dan kaya dengan kebaikan lain. Mereka senang untuk berbagi cerita dan berbagi
pengalaman sukses. Mereka jadi kaya karena juga memiliki property sewaan
lainnya.
Waringin (2008)
mengatakan bahwa untuk bisa jadi kaya maka kita memerlukan leverage. Leverage
berarti pendongkrak. Leverage
tersebut bisa dalam bentuk sumberdaya (SDM)- bisa berarti modal, juga dalam
bentuk ide dan gagasan, kenalan dan keahlian. Kemudian agar orang yang punya
uang (sebagai sumber uang) mencari dan membutuhkan kita, maka kita perlu
memiliki nilai tambah yang harus kita komunikasikan (kita iklankan). Kita juga
harus punya kontak dengan orang yang tepat dan dengan cara yang tepat pula.
Di beberapa perusahaan
mengapa ada karyawan yang mampu memperoleh bonus gede atau kenaikan gaji dua
atau tiga kali dalam setahun ? Ini terjadi karena mereka mempunyai nilai tambah
seperti “ia bisa dipercaya”. Dan tidak itu saja, ia juga punya keunggulan lain
melebihi teman-temannya seperti memiliki kinerja yang hebat dan bisa bekerja
mencapai target- atau melebihi target. Ia juga memiliki inisiatif- tidak
berkarakter senang menunggu atau senang diperintah-, ia juga memiliki prilaku
yang menyenangkan ia juga peduli dengan penampilan, kedisiplinan, kesopanan,
omongan yang baik di depan dan di belakang orang.
Ternyata jarang juga PNS
dan orang orang berprofesi sebagai pegawai yang kaya raya. Kebanyakan orang
jadi kaya, itu lewat berwiraswasta. Ada yang kaya dan sukses gara-gara membuka
bengkel mobil. Memberi nilai tambah yang hebat buat pemilik mobil atau sang
klien. Nilai tambah yang hebat berupa service yang memuaskan: lebih cepat,
lebih dekat, lebih murah, lebih lengkap, lebih modern dan lebih ahli. Kemudian
membuat cabang atau franchise
sehingga ia bisa melayani banyak pelanggan. Bila ia sudah punya franchise, maka
ia kemudian bisa go public atau
menjual saham untuk memperbesar modal- dan juga memperbesar usaha.
Menjadi kaya secara
baik-baik dapat terwujud dengan berwirausaha atau entrepreneur dengan ketentuan
membelanjakan lebih sedikit uang daripada
yang diterima dan menginvestasikan selisihnya. Pelaku wirausaha juga memberikan
nilai tambah yaitu mempermudah urusan, mempercepat proses dan juga membuat
orang lebih senang. Ternyata orang berwirausaha juga ditentukan oleh bakat atau
karakter usahanya. Apakah mereka termasuk berkarakter mechanic, creator, star, support, deal maker, trader, accumulator dan
the lord.
Roger Hamilton (dalam
Waringin: 2008) mengatakan bahwa orang bertipe mechanic suka mengandalkan/ mengikuti sistem untuk jadi kaya. Ray
Kroc tahu cara memasarkan hamburger, walau ia bukan penemu hamburger. Orangnya
tekun, suka detail dalam mengikuti sistem. Kemudian orang yang bertipe creator suka menciptakan hal baru. Steve
Job mendirikan apple computer. Ia
mempunyai karakter kreatif, inovatif, suka hal baru dan tantangan baru.
Orang bertipe star jadi
kaya karena mengandalkan keahlian khusus yang sulit ditiru orang lain. Penyanyi
Celine Dion dan Mike Tyson misalnya punya bakat khusus. Sangat menonjol
dibidangnya. Orang bertipe support
jadi kaya karena jago dalam mendukung dan mengelola. Orang dengan karakter ini
memiliki leadership dan manajerial
yang bagus.
Orang bertipe deal maker bisa jadi kayak arena
keahlian dalam bernegosiasi dan mempertemukan dua kepentingan. Ia punya banyak
teman, senang bergaul dan senang sebagai connector
atau penghubung. Orang bertipe trader
dapat kekayaan dari keahlian berdagang. Ia peka tentang waktu- tahu kapan harus
membeli dan kapan harus menjual, tidak malu dalam berjualan, berorientasi
mencari keuntungan secara cepat dan dalam jangka waktu pendek.
Adalagi orang yang jadi
kaya karena tipe accumulator, suka
menumpuk atau berinvestasi. Orang seperti ini cukup penyabar, senang
menganalisa, punya jiwa kepemimpinan, tidak emosional dan suka keuntungan
jangka panjang. Terakhir adalah orang yang bertipe lord, menjadi kaya karena punya banyak bisnisnya. Ia suka melihat
peluang di mana-mana, mampu mendelegasi atau membagikan tugas dan pintar
memilih dan menilai orang yang ia percayai.
Kaya itu tidak jatuh
dari langit, namun kaya itu perlu diusahakan, oleh karena itu menjadi kaya
perlu punya ilmu, punya keberanian dan punya usaha. Untuk menjadi kaya maka
kita perlu belajar dan menggali potensi dari orang lain. Agama Islam mengatakan
bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Kalau begitu menjadi
kaya lebih baik dari pada jadi orang miskin. Agaknya untuk jadi kaya maka kita
perlu bermimpi. Daripada kita tenggelam dalam menyesali kelemahan kita, maka
lebih baik kita tenggelam dalam meningkatkan kelebihan kita, agar kita punya
nilai plus, selanjutnya bermimpi dan berusaha agar menjadi kaya..
(note-
Waringin, Tung Desem (2008) Financial Revolution. Jakarta: PT. Gramedia
Utama)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them