Buatlah
Dirimu “Menarik” Maka Sukses Segera Datang
Mencari
Makna Sukses
Keinginan untuk meraih
sukses menjadi impian banyak orang, mulai dari yang berusia muda hingga berusia
dewasa. Demikian juga di kalangan remaja. Mereka belajar keras. Mereka sangat
yakin bahwa untuk meraih sukses adalah dengan cara banyak belajar. Oleh sebab
itu mereka membaca banyak buku, menaklukan berbagai buku teks, berharap ketika
diberi UH (ulangan harian) oleh bapa dan ibu guru bisa meraih nilai yang
sempurna. Kalau semua nilai banyak yang sempurna maka itu adalah gerbang
kesuksesan.
Kalau di sekolah, siswa
yang tinggi nilainya dialah yang dikatakan sebagai orang yang sukses. Jadinya
andai ada teman-teman yang jago dalam smua bidang akademik, maka mereka berhak
memperoleh jempol dari siapa saja, utamanya dari guru dan orangtua, dan juga
pengakuan dari teman-teman.
Dengan
demikian parameter sukses di mata remaja adalah kemampuan akademik mereka.
Bahwa orang yang sukses itu adalah yang mampu meraih nilai UH yang tinggi,
meraih juara OSN (Olimpiade Sains Nasional), yang meraih juara kelas dan lulus
dari SMA dengan nilai UN (Ujian Nasional) yang sangat tinggi.
Selanjutnya bahwa orang yang sukses- kalau bisa jebol di
perguruan tinggi favorit di pulau Jawa atau pada jurusan- jurusan favorit di
perguruan tinggi negeri yang terkemuka di Indonesia. Jadinya, sekali lagi,
begitu banyak remaja yang berjibaku dalam mengejar akademik semata hingga bisa
memperoleh kejuaraan dalam suatu perlombaan, prestasi akademik, hingga lulus
dengan nilai yang gemilang.
Kriteria sukses ini tidak
salah, namun kriteria sukses musti diperluas. Nilai akademik yang tinggi tetap
penting untuk digapai. Namun apakah mereka betul- betul bisa meraih sukses
dengan mudah setelah 5 tahun atau 10
tahun kemudian?
Mari
kita cari makna kata sukses terlebih dahulu. Bahwa sukses itu bentuknya bisa
jadi beragam dan berbagai motif yang bisa melandasi keinginan kita. Sukses
dalam karir, misalnya, akan terbentuk
berdasarkan nilai yang kita anut. Makna sukses itu dikonstruksi oleh interaksi
kita (individu) dengan lingkungan sekitar. Ada yang memandang lulus jadi PNS
sebagai ukuran sukses. Juga seseorang yang dagangan ritelnya laris, dapat
dikatakan sebagai orang sukses (Nurul Duariyati, 2006).
Ada sebuah artikel yang
bercerita tentang sukses yang ditulis oleh Melisa Stanger (2012). Judul
artikelnya “Attractive people are simply
more successful”, bahwa orang- orang yang terlihat attraktif (lebih
menarik) dan akan lebih mudah dalam
meraih sukses. Dengan arti kata, orang- orang yang terlihat menarik akan
lebih cepat mendapatkan pekerjaan dan memperoleh bayaran yang lebih
tinggi.
Orang yang menarik
biasanya memperoleh promosi pekerjaan lebih cepat, dibayar lebih mahal dari
pada orang-orang yang kurang menarik dan bekerja pada bidang yang sama. Dengan
demikian betapa penting menjadi orang yang terlihat menarik, karena mereka yang
menarik mampu memperoleh nafkah lebih baik dari pada orang-orang yang
penampilannya biasa-biasa saja.
Daniel
Hamermesh (2011) membahas tentang orang yang terlihat “attraktif” akan bisa
menjadi lebih sukses. Ia menulis tentang fenomena ini menjadi sebuah buku yang
berjudul “Beauty pays: why attractive
people are more successful”.
Kemudian,
Melisa Stanger (2012) juga meneliti tentang eksistensi attraktif (kecantikan/ketampanan)
sebagai faktor signifikan dalam meraih
kesuksesan. Terbukti bahwa orang yang menarik mampu memperoleh lebih banyak
uang dari perusahaan. Mereka juga memberi kontribusi yang lebih signifikan
dalam memajukan perusahaan tempat mereka berkarir. Sehingga mereka dipandang
sebagai karyawan yang lebih bernilai dan lebih penting.
Dalam
pengalaman sosial yang lain bahwa para salesmen
yang menjajakan dagangan- secara door to
door- ternyata salesmen yang
penampilannya lebih menarik lebih laris menjual dagangannya kepada pelanggan.
Para pelanggan sendiri lebih suka membeli produk dari para salesmen yang memiliki wajah
yang good looking.
Dario
Maestripieri (2012) menulis tentang “The
truth about why beautiful people are more successful- The truth about why
beauty pays. Dia mengatakan bahwa orang orang yang memiliki penampilan “good looking” atau menarik lebih memiliki daya tarik, sehingga banyak
orang yang senang untuk berinteraksi dengannya.
Pelanggan senang
menghabiskan banyak waktu untuk ngobrol- melakukan kebersamaaan- dengan orang
memiliki pribadi yang menarik. Perusahaan juga akan sering membayar bonus yang
lebih pada mereka yang memiliki daya tarik. Tidak sia-sia kalau banyak orang
sangat peduli dengan arti sebuah penampilan. Menghabiskan dana ekstra buat
perawatan tubuh, hingga mereka bisa tampil lebih menarik.
Daniel
Hamermesh (2011) selanjutnya mengatakan
bahwa faktor good looking bukan hanya
sebagai faktor utama mengapa seseorang punya daya tarik. Namun faktor karakter
(karakter positif) seperti keberanian, sopan santun, ramah tamah, dll, juga
membentuk seseorang jadi attraktif.
Kecantikan dan ketampanan
seseorang dapat memantulkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri adalah bagian
dari prilaku. Orang- orang yang memiliki penampilan good looking atau menarik akan punya rasa percaya diri, dan
selanjutnya mereka juga akan punya rasa harga diri mereka (self esteem) yang lebih tinggi. Jadinya mereka menjadi orang yang
disenangi dan lebih mudah diterima oleh banyak kalangan.
Riset
Tentang Kecantikan/Ketampanan
Riset
tentang daya tarik (attraktif) dan dampaknya juga telah dilakukan oleh Sean N. Talamas, dan temannya (2009). Judul laporan
risetnya :Blinded by Beauty: Attractiveness Bias and
Accurate Perceptions of Academic Performance. Pribahasa lama mengatakan
bahwa “not to judge a book by its cover-
jangan menilai sebuah buku hanya dari covernya.”
Bahwa wajah seseorang sering memberikan kesan pertama, dan kesan ini
selanjutnya berpengaruh dalam membuat keputusan.
Sebenarnya faktor
kesehatan dan kecerdasan seseorang musti lebih utama sebagai penentu dalam
menilai seseorang. Namun lagi-lagi faktor daya tarik- faktor wajah yang menarik
(attraktif) memberi bias-membuat seseorang selalu bersifat memihak menilai
penghargaan dan penilaian yang lebih pada orang gagah atau orang yang cantik.
Daya tarik juga
mempengaruhi dalam penilaian akademik. Bahwa remaja (siswa atau mahasiswa) yang menarik penampilannya cenderung
memperoleh nilai kompensasi- nilai yang lebih tinggi dari dosen dan
teman-temannya. Sean N, dkk (2009) membatasi
studi tentang bagaimana penampilan wajah mempengaruhi keunggulan seseorang
dalam melakukan wawancara.
Georgia Soares (2013) juga menemukan
bahwa orang-orang yang wajahnya kurang terawat- bernoda, jerawatan, ada goresan
luka dan komedo-ini semua bisa mempengaruhi kualitas wawancara dan penurunan
kuaitas rasa percaya diri. Dia mengatakan:
“When looking at another person during a conversation, your attention is
naturally directed in a triangular pattern around the eyes and mouth. The more
the interviewers attended to stigmatized features on the face, the less they
remembered about the candidate's interview content.”
Bila anda sedang melihat
seseorang saat melakukan wawancara, perhatian anda secara tak sengaja akan
terfokus pada wilayah segi-tiga di sekitar dua-mata dan mulut. Kalau anda memperhatikan ada titik noda pada
wajah objek (orang yang sedang diwawancarai) dan anda lebih fokus pada noda
tersebut maka anda akan kurang memperhatikan kualitas pernyataan yang diberikan.
Ada kesan bahwa orang yang
ditanya (sedang diwawancarai) akan kehilangan daya tarik, sehingga banyak
informasi penting yang ada pada mereka akan kurang tergali. Dengan arti kata
orang yang memiliki noda pada wajah bisa kehilangan momen dalam memberi
pernyataan yang meyakinkan anda.
Sebaliknya orang yang
wajahnya gagah atau menarik. Hal ini akan mendatangkan rasa percaya diri dan
kharisma tersendiri. Dikatakan bahwa
orang-orang yang daya punya daya tarik akan punya keuntungan yang lebih besar
dalam masyarakat dibandingkan orang-
orang yang kurang menarik. Sebenarnya itu bukan efek dari “prasangka atau prejudiced” namun itu sebagai respon
biologi manusia atas daya tarik yang ada pada seseorang.
Sehubungan dengan uraian
di atas tentang kesuksesan dalam belajar, bekerja, dan faktor noda pada wajah
yang merusak daya tarik penampilan. Saya juga teringat pada pengalaman sendiri.
Bahwa ada teman masa remaja saya yang sangat rajin dan disiplin dalam belajar
sehingga setiap dia ujian, dia mampu meraih nilai ujian yang lebih tinggi.
Dalam ujian harian, ujian tengah semester, dan ujian kenaikan kelas, dia juga
mampu meraih angka- angka yang fantastis. Sehingga pada rapornya tertera
nilai-nilai yang mengagumkan. Bagaimana reaksi teman- teman kepadanya?
Sebagian
merasa kagum pada kemampuan akademiknya dan yang lain merasa biasa-biasa saja,
apalagi melihat performance-nya yang
juga sedikit kaku, kurang ramah, kurang suka berkomunikasi sehingga banyak
orang yang kurang tertarik buat ngobrol dengannya.
“Karena dia sendiri juga
kurang peduli dengan penampilannya. Dia membiarkan wajahnya kurang terawat
sehingga membuat lawan jenis juga malas banyak ngobrol dengannya atau ngobrol
hanya sebatas basa-basi saja”.
Sehubungan
dengan judul tulisan ini, yaitu buatlah dirimu “attraktif atau lebih menarik”
agar sukses segera datang. Daya tarik atau attraktif memang sangat dipengaruhi
oleh faktor good looking-wajah yang
tampan atau wajah yang cantik. Namun itu semua merupakan anugerah dari Tuhan
(Allah Swt). Daniel Hamermesh (2011) juga menambahkan bahwa bagi mereka yang
memiliki faktor wajah yang kurang beruntung, tentu akan juga bisa membuat
keberuntungan yang lebih. Mereka masih memiliki tempat- tempat lain untuk
mewujudkan kesuksesan mereka.
“Jangan
mencari pekerjaan dimana faktor wajah menjadi penentu keberhasilan. Maka jangan
putuskan untuk menjadi pembawa acara di TV, namun bisa bekerja sebagai penyiar
radio. Jangan menjadi aktor film, namun carilah tempat pekerjaan yang anda
senangi dimana wajah bukan sebagai faktor penentu yang utama,” demikian nasehat
Daniel Hamermesh (2011).
Daya
Tarik Bisa Datang Dari Kualitas Kepribadian
Apakah
“daya tarik atau attraktif” hanya ditentukan oleh faktor keberuntungan secara
biologi, yaitu bentuk wajah yang cantik atau tampan dan tubuh yang bagus? Tentu
tidak dan tidak mutlak demikian.
Daya tarik seseorang juga
bisa datang dari kualitas pribadinya. Saya pernah membaca artikel pada sebuah
majalah tentang Sri Owen. Sri Owen (2008) dalam journal dan weblognya menulis
tentang dirinya- Something About Myself.”
Dia lahir di Padang Panjang- Sumatera Barat. Pada masa kecil ia sangat senang melihat neneknya memasak di dapur. Kehidupan Sri di
Sumatra Barat tidak berlangsung lama, kedua orangtuanya pindah ke Jawa,dan
menetap di Magelang.
Ia
menyelesaikan pendidikan SMA di Magelang, kemudian melanjutkan studi di
Universitas Gajah Mada, jurusan Bahasa Inggris. Dia menyukai Bahasa
Inggris karena bercita-cita melanjutkan studi dan jalan-jalan ke luar negeri.
Saat tinggal di Yogyakarta Sri sering menjadi interpreter (penerjemah) untuk tamu VIP. Dia sering ikut kegiatan
membaca puisi dan drama buat disiarkan oleh radio di Yogyakarta.
Sri
berjumpa dan berkenalan dengan Roger Anthony Owen, seorang dosen muda
berkebangsaan Inggris yang mengajar Sejarah di UGM. Roger adalah
pemuda Inggris yang bertumbuh tinggi dan wajah tampan. Sementara Sri adalah
wanita Sumatra Barat (Indonesia). Kecantikan wajahnya biasa- biasa saja. Namun lambat laun Roger Anthony Owen jatuh cinta pada Sri.
Mengapa itu bisa terjadi?
Daya tarik Sri bukan
terletak pada fisiknya. Kecantikan yang dimiliki oleh Sri bukan semata-mata
ditentukan oleh faktor wajah. Pribadi Sri yang menarik, wawasannya yang luas
dan daya tarik dari dalam diri Sri membuatnya punya pesona tersendiri di mata Roger Anthony Owen. Hingga akhirnya Roger
bersimpati, jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah dengan Sri. Setelah
menikah nama Sri lebih akrab disapa dengan “Sri Owen”.
Mereka
berdua kemudian pindah ke London. Sri
mendapatkan pekerjaan di BBC di bagian siaran Indonesia sebagai penyiar,
produser dan penerjemah. Ternyata Sri Owen juga punya talenta dalam bidang
kuliner, khususnya masakan Padang dan masakan Indonesia. Urusan masak-memasak
inilah yang kemudian membawa Sri Owen menjadi seorang penulis masakan
Indonesia. Dia punya obsesi untuk menulis tentang masakan Indonesia. Suaminya,
Roger, sangat mendukung. Sri dan suaminya juga sering masak bareng dan menjamu
teman-teman untuk memperkenalkan masakan Indonesia di rumahnya yang sederhana.
Kesuksesan
utama Sri Owen, selain punya banyak teman di dunia, juga karena bakat kuliner
yang didukung oleh kemampuan jurnalistik dan menulisnya. Buku masakannya yang
berjudul “The Home Book of Indonesian
Cookery”, sangat populer dan laris manis. Kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Jerman dengan judul “Die
Indonesiche Kuche.”
Selain
menulis buku mengenai masakan, Sri Owen juga aktif mengisi demonstrasi masakan
di sejumlah acara, diantaranya pernah tampil di ABC Channel dan sejumlah
televisi di Inggris lainnya serta MTV Helsinki. Sri Owen juga tercatat sebagai
anggota Guild of Food Writer, London
dan IACP (International Association of
Culinary Professional) USA serta Society of Author London.
Bagaimana implikasi dari
judul artikel ini? Bahwa orang dengan penampilan yang menarik akan lebih mudah
buat meraih sukses. Ternyata daya tarik seseorang tidak selalu tergantung dari
kondisi fisik, seperti bentuk wajah. Namun kualitas kepribadian juga menjadi
faktor yang berpengaruh. Sebagaimana yang dimiliki oleh Sri Owen, wawasannya
yang luas, kemampuan berkomunikasi, tatakrama, dan kecakapan hidup, semua
membuat pribadinya terlihat penuh pesona.
Jadi wajah yang hanya
sebatas good looking, yaitu cantik
atau ganteng, belum bisa memberikan jaminan bahwa seseorang punya daya tarik
bagi orang lain. Lebih lanjut mari kita miliki kemampuan berkomunikasi,
keterampilan dalam beradaptasi, bergaul, mengambil keputusan, bersimpati dan
kemampuan sosial lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them