Percepatan
Belajar Untuk Merespon Perubahan
Kosakata
Yang Menghilang
Ada
kata-kata yang sering dipakai dalam berkomunikasi, istilah bahasa Inggrisnya
adalah high frequency, dan kata-kata
yang jarang dipakai dan istilah bahasa Inggrisnya low frequency. Banyak kata- kata yang dulu sering dipakai dalam
berkomunikasi, namun sekarang sudah amat jarang didengar dan telah menjadi
kata-kata yang langka.
Anda
masih kenal dengan kata-kata “perangko dan filateli”? Tentu saja ini sudah
menjadi sebuah kata yang asing di telinga para remaja sekarang. Filateli adalah
hobby seseorang dalam mengkoleksi perangko. Sekarang banyak benda-benda yang
tidak dikenal lagi karena sudah tergerus oleh zaman. Yaitu seperti benda- benda
“telegram, telegraf, kartu pos, warkat pos, piringan hitam, mesin ketik,
type-ex kertas, kertas stensilan, dll.” Ini semua juga sudah asing di telinga
para remaja, dan termasuk beberapa kosakata yang cenderung menghilang dari
peredaran.
Tiga
puluh tahun lalu banyak remaja yang tidak sabaran buat menunggu datangnya malam
minggu. Karena mereka ingin menikmati hiburan lewat layar tancap atau janjian
di gedung bioskop. Namun sekarang layar tancap sudah jadi masa lalu dan ribuan
gedung bioskop yang jadi kosong dan dialih-fungsikan untuk tujuan bisnis yang
lain.
Perubahan
tetap terjadi sepanjang waktu. Dulu anak-anak sering curi-curi kesempatan agar
bisa menikmati permainan seperti “play
station, ninetendo, game block,
dll”. Sekaligus benda-benda tersebut menjadi musuh orangtua karena gara-gara
keasyikan bermainan, mereka jadi lupa dengan tugas rumah, PR dan tugas sekolah
lainnya. Game atau permainan tersebut juga telah tergerus oleh zaan dan
ditinggalkan. Game online berada
disimpang jalan karena sekarang atas nama kasih sayang banyak orangtua
memanjakan anak dengan membelikan mereka android. Dan kini mereka dimanja dan
disibukan oleh android, benda yang mendidik dan sekaligus merusak minat
belajar.
Kita memang sedang dilanda
oleh perubahan. Dahulu perubahan terjadi secara perlahan-lahan- atau secara
evolusi. Kini perubahannya sudah sangat drastis atau terjadi secara
revolusioner. Ya bahwa kita dan banyak orang berada dalam arus perubahan yang
cepat.
Apa yang musti kita
lakukan untuk mengantisipasi ini semua yang berdampak pada semua lini kehidupan
kita? Tentu saja kita harus berubah. Dan sangat tepat kalau kita juga melakukan
perubahan yang cepat. Perubahan terjadi karena adanya ketidakpuasan masyarakat dimana kondisi
sosial yang berlaku pada masa tersebut yang mempengaruhi pribadi mereka (Syahrial
Syarbaini, Rusdiyanta, 2009).
Kunci untuk menghadapi
perubahan adalah dengan pendidikan atau pembelajaran, tepatnya dengan
percepatan pembelajaran atau accelerated
learning. Orang-orang yang ingin berubah seharusnya membaca buku accelerated learning. Ada banyak buku
tentang percepatan belajar, dua diantaranya adalah buku yang berjudul the accelerated learning handbook (Dave
Meier, 2002) dan accelerated learning for
21st century (Coline Rose dan Malcom.J.Nicholl, 2003).
Coline
Rose dan Malcom J Nicholl (2003:8-38) memaparkan tentang percepatan belajar
secara khusus. Dia menyatakan bahwa belajar harus dimulai sedini mungkin dan
tidak boleh berhenti sampai manusia meninggal dunia. Yang berkuasa di dunia
sekarang adalah orang yang punya pikiran. Pekerjaan yang bernilai sekarang
adalah pekerjaan yang memakai otak, punya skill
dan bakat di bidang apa saja. Orang yang berpendidikan rendah, lemah ekonominya
akan selalu tergantung pada orang lain.
Negara
dengan penduduk yang tidak berdaya akan menjadi pengangguran. Dan negara akan
rugi karena harus membayar dana sejahtera dan kesehatan. Kekayaan bangsa ada
pada kualitas otak penduduknya, yaitu: kreatif dan terampil. Untuk itu memang
diperlukan accelerated learning atau
cara belajar cepat untuk beradaptasi dengan perubahan.
Dahulu
perbedaan utama setiap orang adalah “kaya harta dan miskin harta”. Namun
sekarang perbedaan utama adalah antara orang yang “kaya pengetahuan dan miskin
dengan pengetahuan”. Maka pendidikan adalah sarana untuk menjadi kaya dengan
pengetahuan dan juga modal utama bagi seseorang agar bisa beradaptasi.
Mari kita pergi ke
berbagai sekolah. Mungkin kita mengunjungi SMP, SMA, SMK, atau ke Madrasyah,
dll. Disans kita akan berjumpa dengan para remaja sedang menuntut ilmu dan
mereka saling bertanya tentang masa depan:
“Apa cita-cita mu?...apa
mimpimu kelak?....apa rencanamu setelah tamat SMA dan setelah kuliah? Ingin
jadi apa kalau kamu besar nanti?”
Ini semua adalah
pertanyaan yang bersifat konvensional. Ternyata pertanyaan yang demikian tidak
relevan lagi untuk zaman sekarang. Kalau dahulu orang yang jago di sekolah
rata-rata memperoleh pekerjaan, namun di zaman sekarang, orang yang biasa-biasa
saja saat bersekolah, namun setelah dewasa bisa jadi orang terpandang.
Seakan-akan kondisi jadi terbalik. Maka pertanyaan yang lebih tepat untuk
diajukan adalah:
“Apa
yang dapat kamu kerjakan jika kamu tumbuh dewasa nanti?” Pertanyaan tersebut
lebih menunjukan bahwa seseorang punya kemandirian, kreativitas, inovasi, atau
punya visi dan misi serta pro terhadap perubahan yang selalu terjadi.
Percepatan
Belajar
Untuk
beradaptasi dengan perubahan demi perubahan yang terjadi secara drastis (revolusioner), salah satunya dengan cara
menyadur cara belajar cepat atau accelerated
learning. Cara belajar cepat sangat berguna untuk menyerap dan memahami
informasi dengan cepat. Bagaimana cara menerapkan cara belajar tersebut?
Accelerated
learning bisa diaplikasikan di rumah dan juga di sekolah. Untuk
aplikasi di sekolah, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, yaitu:
-
Ubah ruang kelas dengan total.
-
Belajar melalui serangkaian aktivitas.
-
Belajar dengan menggunakan emosi.
-
Belajar dengan menggunakan musik dan dekorasi.
-
Proses belajar mengajar harus bebas dri tekanan.
Semetara
itu, cara belajar cepat juga bisa diadopsi di rumah sama halnya dengan penekan
yang ada disekolah dan hanya dua hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua,
yaitu seperti:
- Menyediakan kondisi
rumah yang kaya dengan stimulas (rangsangan).
- Membebaskan suasana
rumah dari stress, ini berguna agar anak-anak
tumbuh mandiri.
Dalam menerapkan cara
belajar cepat maka guru dan orangtua dihimbau dalam mendidik dan menumbuhkan
nilai-nilai moral agar melibatkan unsur emosi seperti adanya “suasana ruangan
yang ceria dan orang-orang yang terlihat bahagia”. Selanjutnya Coline Rose dan
Malcom.J.Nicholl (2003:85-115) menjelaskan tentang metode cara belajar cepat
dengan teknik MASTER, yaitu singkatan dari:
-
Motivation
(apa gunanya belajar bagiku, agar termotivasi mereka harus merasa tertarik
lebih dahulu).
-
Acquire
(memperoleh informasi dengan semua indera).
-
Search
(eksplorasi subjek).
-
Trigger
(memicu memori).
-
Exihibit
(apa
yang kita peroleh).
-
Reflect
(bagaimana
kita belajar).
Dalam
buku “Tuntutlah Ilmu Sampai Negeri Prancis (Marjohan dan Ranti, 2012)” kita
dapat membaca bagaimana perjuangan Ranti Komala Dewi bisa maju dan berkembang.
Itu dia peroleh karena dia juga melakukan cara belajar cepat secara tidak
langsung.
Kelemahan yang dimilikinya
dapat menjadi kekuatannya. Pun, kekuatan Ranti dapat menjadi kelemahannya.
Ungkapan seperti itu bukanlah sesuatu yang terlahir dari kekosongan belaka,
namun nyata adanya dan tentu saja faktual. Paling tidak, kisah luar biasa yang
dituangkan dalam buku tersebut. Ini menjadi saksi sekaligus bukti akan
kebenaran ungkapan tersebut.
Di
dalam buku tersebut kita dapat menyimak kisah perjuangan seorang anak dusun nan
sederhana dalam meraih mimpinya untuk kuliah di Eropa. Bagaimana perjuangannya
dalam mencari beasiswa. Bagaimana hari-hari musim dingin Eropa telah menempanya
menjadi sosok yang tidak takut berjuang meraih mimpi. Kita bisa mengikuti
pengalaman manis, getir, haru, dan bahagia ketika Ranti dan teman-temannya
tinggal di Prancis, ketika mereka pontang-panting mencari kamar sewa, ketika
mereka mengikuti kuliah perdana di Sorbonne dengan keterampilan berbahasa
Prancis yang nyaris nol, karena belajar bahasa Perancis dengan accelerated learning akhirnya ia mampu
berbahasa Perancis. Belajar bahasa lebih mudah dilakukan dalam konsep sebuah
cerita.
Buku
tersebut saya tulis berdasarkan pengalaman langsung dari Ranti Komala Dewi.
Lebih dari sekadar buku “kuliah sambil jalan-jalan di Prancis”, buku ini
merangkum pula segala pembelajaran kehidupan yang berhasil disarikan oleh Ranti
selama ia meniti tangga-tangga menuju puncak pencapaian mimpinya. Banyak pula
pengamatan-pengamatannya yang bernas tentang orang-orang dan kebudayaan
Prancis. Semuanya layak disimak dan dijadikan pembelajaran kehidupan.
Saya
juga memaparkan pengalaman Doni Adinata dalam melakukan percepatan belajar,
khusus selama kuliah di Jerman, sebagaimana ditullis dalam buku “Akhirnya
Kutaklukan Kampus Jerman (Marjohan
Usman dan Syaiful Amin, 2013)”. Kenapa Donni begitu istimewa? Sebenarnya,
ada banyak alasan mengapa pemuda itu begitu istimewa. Namun, saya hanya butuh
satu istilah untuk menyebutnya istimewa, yakni “luar biasa karena ia telah
melakukan accelerated learning”.
Dibesarkan dalam keluarga broken home sejak kecil dan di tengah himpitan
ekonomi yang mendera, tak lantas membuat Donni Adinata- pria yang saat ini
berprofesi sebagai dosen di Universitas Indonesia-menjadi pesimis. Justru, hal
itu semakin memperkuat tekadnya untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya.
Selepas menamatkan
pendidikan SMA-nya di Padang Pariaman (Propinsi Sumatera Barat), Donni Adinata
memutuskan untuk belajar di Pulau Jawa. Melalui jalur PMDK, akhirnya ia
diterima di Universitas Diponegoro dan lulus dengan predikat cum laude.
Belum puas dengan ijazah
sarjana teknik yang diperolehnya, ia kemudian mulai rajin berburu beasiswa ke
luar negeri untuk mewujudkan impiannya. Perjuangan keras dan berbagai kisah
menarik pun mengiringi perjalanan hidupnya saat ia diterima kuliah di
University of Malaya di Malaysia, dilanjutkan ke RWTH Aachen University di
Jerman hingga meraih gelar doktor.
Belajar semua bahasa asing
meliputi aspek berbicara, menyimak (mendengar), membaca dan menulis. Dulu dia
merasa sulit belajar bahasa Inggris. Namun sekarang dia rasakan bahwa bahasa Inggris
tidak begitu sulit. Bahasa Jerman malah lebih sulit karena bahasa ini mempunyai
artikel, grammar yang berbeda dari bahasa Inggris dan tentu juga kosa katanya.
Dave Meier (2002: 23) yang bukunya berjudul accelerated learning, mengatakan bahwa
belajar adalah berkreasi bukan mengonsumsi. Untuk accelerated learning perlu keterlibatan total dalam pembelajaran.
Belajar berpusat pada aktifitas bukan berpusat pada presentasi. Belajar
bukanlah sejenis olahraga untuk ditonton tetapi menuntut peran serta semua
pihak. Untuk accelerated learning perlu
kegembiraan belajar dan ini penentu utama kualitas dan kuantitas belajar.
Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Kegembiraan
berarti bangkitnya minat dan semangat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them