Mencari
Jodoh
Kepala SMA
Swasta, YPLB-Yayasan Pendidikan Lintau Buo, meminta kesediaaku agent untuk
membantu sekolah tersebut, maksudnya aku sudi mengajar Bahasa Inggris di sana
setelah pulang sekolah di SMA Negeri 1 Lintau. Aku sangat sudi untuk mengajar
di sana. Sekolahnya berlokasi di Pangian.
Untuk
sholat ashar aku pergi ke Mesjib Al-kubra yang letaknya sekitar 200 meter dari
sekolah. Di mesjid tersebut aku berkenalan dengan seorang guru yang juga
mengajar matematik di SMA Swasta tersebut. Dia guru muda yang single dan aku
juga. Kami merasa berteman dan sering pulang bareng. Nama guru muda tersebut
bernama Emi.
Bila
kami jalan bareng maka hampir semua siswa dan juga majelis guru merasa senang
dan malah menganjurkan kami berjodohan. Aku nggak ambil pusing- aku belum
terpikir buat menikah dengannya. Namun lambat laun timbul juga rasa simpatiku
pada guru gadis tersebut dan aku menulis surat yang indah kepadanya. Surat tersebut
aku kirim lewat salah seorang siswiku yang aku anggap polos dan terpecaya. Tercanyaia
sering merobek pinggir sampul suratku dengan hati- hati dan membaca suratku.
Itu
karena memiliki rasa ingin tahu atas surat yang aku tulis. Dan dicurigi suratku
sering dibaca sebelum disampaikan kepada Puspa. Puspa juga sering menemukan
amlop surat dengan bekas robekan yang kembali diberi lem. Tapi biarlah aku
nggai mempersoalkan karena yang penting suratku sampai ke sasarannya. Dan
itupun juga sudah berlalu.
Ternyata
Puspa sering pergi ke Payakumbuh, paling kurang setiap awal bulan baru. Dan aku
memutuskan untuk pulang ke Payakumbuh bareng dengan aku. Ia sangat setuju dan
kami naik mobil dan memilih bangku paling belakang. Kami bisa ngobrol sambil
menunggu keberangkatan dan kami biasanya juga membeli makan ringan untuk
pengisi waktu.
Aku
mengajaknya mampir di rumahku di Palorimbo. Saat ia duduk di baranda, aku
berbisik dengan ibu di dapur- dibelakang dan aku minta pendapat ibu tentang
dia, apakah boleh jadi jodohku. Ibu tersenyum dan ia sangat merestui, maka aku
tingkatkan status hubungan kami. Sejak itu frekuensi pertemuan kami makin
sering terjadi di Lintau.
Tiba-tiba
aku merasa kurang nyaman dengan Puspa. Itu setelah aku membaca suratnya,
barangkali aku sedang badmood dan suratnya tidak begitu enak aku baca. Alhasil
aku menulis surat padanya agar hubungan cinta kami dibatalkan saja atau status
cinta kami ditangguhkan.
“Pokoknya sejak itu aku
merasa malas saja pada Puspa. Aku menutup hatiku padanya, dan siswa-siswiku
membaca gelagatku karena aku yang biasanya selalu tampil ceria drastic berubah
menjadi begitu serius dan kalau ngomong juga rada-rada ketus”.
Aku
memutuskan untuk mencari kekasih yanglain dan yang lebih baik dari pada Puspa.
Jadinya aku kembali membuka hati bagi wanita lain. Aku ingin jatuh cinta lagi.
Tetapi memang susah mencari wanita yang kita idamkan saat hati kita lagi nggak
enak. Pokoknya aku akan mencari wanita yang kualitas bahasanya lebih enak buat
aku dengar. Ada beberapa gadis yang
sempat akrab denganku namun hatiku nggak begitu pas dengan mereka.
Ah
… ada ada saja. Suatu malam aku mimpi mengapa biji mataku sebelah kanan
tertusuk. Aku cemas dan sangat takut. Aku segera terbangun dan memegang mata
sebelah kanan. Alhamdulillah untung masih utuh dan nggak apa apa. Aku nggak
percaya dengan mimpi, karena mimpi hanyalah ilusi tidur. Tetapi aku mencoba
buat menafsirkan mimpiku buat kebutuhan sendiri.
Atas
nama cinta, Puspa Surya adalah biji mataku yang kanan, dan mengapa harus
tertusuk. Apakah setiap cintaku mengalami konflik harus buru-buru aku akhiri,
dan aku cari wanita yang baru, jatuh cinta lagi dan aku mulai pula dari nol..putus
lagi dan aku ngambek dan cari lagi wanita baru. Ya kalau demikian kapan cinta
ini selesai. “Ah lebih baik aku kembali aja kepada cintanya Puspa. Setiap orang
punya kelebihan dan kekurangan. Bukankah pria yang baik dalam jatuh cinta
adalah pria yang bisa menerima kelebihan dan memahami kekurangannya. Aku
kembali menghidupkan api cintaku pada Puspa Surya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them