Rabu, 08 Januari 2014

Sight-Seeing



Sight-Seeing

1. Kota dengan empat Musim dalam Satu Hari
            Matahari bersinar terang, tetapi suhunya bukan panas. Di luar bis suhunya amat dingin sekarang. Bis kami dilengkapi dengan AC untuk suhu hangat. Iklim Melbourne atau Victoria ditandai oleh beberapa zona iklim, dari daerah yang panas dan kering di barat laut hingga padang salju di pegunungan tinggi di timur laut. Melbourne terkenal dengan cuacanya yang berubah-ubah[1], yang sering disebut memiliki 'empat musim dalam satu hari'. Pada umumnya, kota ini memiliki iklim sedang dengan musim panas yang berkisar dari hangat ke terik; musim semi dan musim gugur yang ringan dengan suhu sedang; serta musim dingin yang sejuk. Suhu rata-rata 25°C pada musim panas dan 14°C pada musim salju. Curah hujan paling tinggi dari bulan Mei sampai Oktober. Di sini Anda akan menemukan informasi seputar suhu udara, curah hujan, dan aktivitas musiman untuk membantu Anda merencanakan liburan di Melbourne.
Dengan iklimnya yang beragam, Melbourne biasanya terasa panas dari Desember hingga Februari (musim panas), menyejuk dari Maret sampai Mei (musim gugur), lebih dingin di bulan Juni hingga Agustus (musim dingin), dan kembali menghangat dari September sampai November (musim semi). Suhu udara tertinggi Melbourne biasanya terjadi di bulan Januari dan Februari, di mana cuaca umumnya kering dan panas dengan suhu rata-rata berkisar antara 15 – 26°C. Curah hujan rata-rata tahunan untuk Melbourne sekitar 600mm. Juni dan Juli adalah bulan-bulan paling dingin, dan Oktober bulan paling sering hujan. Saran yang dianjurkan adalah bersiaplah untuk segala cuaca – bawalah payung dan kenakan pakaian berlapis yang dapat digunakan sewaktu-waktu diperlukan.
Usaha ekonomi utama masyarakat Melbourne adalah pada bidang peternakan dan pertanian. Pemerintah Australia sangat melindungi produk pertanian dan peternakan negaranya. Apa saja produk pertanian dan peternakan dari luar Australia dilarang masuk. Makanya aku merasa cemas membawa apel. Apel tersebut sudah aku bagi- bagi pada teman-teman sebelum meninggalkan hotel (check out) saat masih berada di Jakarta.
Kami melewati jalan- jalan toll yang mulus dan dari balik tembok pembatas kami dapat melihat bentangan tanah pertanian dan juga ada usaha peternakan. Jalan toll di Australia semuanya gratis- tidak perlu dibayar. Karena semuanya sudah tercakup ke dalam bentuk pembayaran pajak. Jadinya pemilik mobil/ kendaraan di Australia membayar pajak lebih tinggi.

2. Pertanian Australia
Jika kita tidak ingin kelaparan pada saat populasi penduduk dunia meningkat nanti, hiduplah di Australia[2].  Saat ini Australia memproduksi hasil pangannya melebihi kebutuhan penduduknya. Hasil produksi pangan Australia dua pertiga dieksport ke luar negeri. Hasil produksi pangan yang melimpah tersebut bukan terjadi begitu saja mengingat jenis tanah Australia tidaklah sesubur tanah di Indonesia. Australia saat ini adalah termasuk negara pengeksport terbesar kebutuhan pangan di dunia.
Sejarah pertanian Australia telah menempuh perjalan panjang sejak tahun 1800 pada saat imigran pertama datang ke Australia.  Keadaan jenis tanah Australia tidak memungkinkan sepenuhnya untuk mengolahnya sebagai lahan produktif.  Langkanya sumber air merupakan halangan utama bagi petani Australia.  Belum lagi musim kering yang berkepanjangan karena curah hujan yang kurang perlu pengelolaan tersendiri.
Sistem irigasi secara perlahan dikenalkan di Australia semenjak akhir abab 18.  Petani yang sebelumnya lebih banyak memelihara domba daripada produk pertanian, mulai bisa menanam sayuran dan buah-buahan. Dan dengan dibangunnya jalur-jalur kereta api pada tahun 1850an, produk pertanian mulai bisa diproduksi dalam skala besar. Sekitar pada awal abab 19 industri perkebunan tebu, buah anggur mulai terdapat di Australia. Demikian juga produk-produk dari peternakan sapi. Sistem pengairan memungkinkan produk peternakan tidak saja dari domba.
Produk pertanian Australia mengalami kenaikan cukup pesat pada awal abad 20 dimana produknya telah melebihi kebutuhan dalam negeri sehingga dua pertiganya perlu dieksport ke negara lain. Kelebihan produk pertanian tersebut berkat dukungan pemerintah pada para petani.  Pemerintah juga mengenakan tarif import untuk mengurangi produk import.

3. Kuliah Gratis Dari Pemandu
            Aku merasa kagum pada pemandu dan sopir karena wawasan mereka yang serba tahu tentang Melbourne dan benua Australia. Kami mengajukan pertanyaan pada pemandu dan andai pemandu merasa jawabannya separoh benar maka kami mendengar penjelasan dari Michael- sang sopir.
            Suasana jalan di kota ini beda dengan di negara kita. Barangkali karena populasi di negara jauh lebih banyak dan jalan jalan raya jauh lebih ramai, maka terlihat disana-sini para polisi menjaga ketertiban jalan. Di kota ini jarang sekali kami melihat polisi. Polisi memonitor kondisi jalan raya melalui CCTV. Jadi polisi baru terlihat kalau sudah ada accident- maka turunlah polisi, ambulan dan pemadam kebakaran dalam bentuk satu paket.
            Charles membawa kami berkeliling Melbourne, ya sekedar mengisi acara sight-seeing. Kami belum menuju hotel, karena kami akan check-in di hotel pukul 13.00 siang. Ada bebrapa tempat yang bakal kami kunjungi yaitu Victoria market, Captain Cook Cottage dan Colline Street.
a). Pasar Victoria
            Mas Rachman mengatakan bahwa kami mau melewati jalan menuju Queen Victoria Market. Kami bakal punya kegiatan lihat-lihat pasar. Pasar Victoriadalah pasar tua dan harga barang tergolong murah di sana. Queen Victoria Market menyediakan barang apa saja yang bisa dipikirkan orang. Hampir 1.000 pedagang menjual barang-barangnya di pasar yang luasnya sekitar tujuh hektar.
Pasar yang buka selama lima hari dalam seminggu itu (tutup pada hari Senin dan Rabu) mencakup pasar yang antara lain menjual bahan makanan sehari-hari, seperti berbagai macam ikan, daging, buah-buahan dan sayur-sayuran, wine, roti tawar, jajanan seperti sandwich, hotdog, pizza, pakaian, aneka macam suvenir, compact disc dan kaset, mainan anak-anak, serta binatang peliharaan.
Pasar yang buka mulai pukul 06.00 itu tutup pada pukul 14.00 (Selasa dan Kamis), pukul 18.00 (Jumat), pukul 15.00 (Sabtu), dan pukul 16.00 (Minggu).  Dan, bisa dijangkau dengan menggunakan bus, trem, kereta api, atau menggunakan mobil, mengingat pelataran parkirnya cukup luas. Itu sebabnya di Queen Victoria Market dengan mudah ditemui peternak yang menjual binatang peliharaan, seperti ayam dan bebek, di sekitar truk bak terbuka yang diparkir di pelataran parkir Queen Victoria Market.
Aku tidak mau asal beli, khawatir nanti bagasiku jadi lebih berat dan akan bermasalah di immigrasi. Aku hanya membeli beberapa souvenir buat teman dan keluarga di Indonesia. Aku sempat membeli souvenir seperti kaus oblong dan juga peci. Selebihnya aku hanya jalan-jalan menelusuri keliling komplek pasar dan mengambil foto-foto buat memori.
Aku jadi tahu bahwa sumber air bersih di pasar Victoria adalah “reusable water” atau air daur ulang. Di sana tidak ada aliran sungai untuk memasok air. Jadi semua air hujan ditampung dalam bak di bawah permukaan pasar dan demikian juga air bekas. Kemudian diproses- disuling- dan dialirkan lagi.
Aku sempat berjumpa dengan beberapa pedagang berwajah melayu- barangkali mereka adalah orang Philipina, Malaysia atau Indonesia. Ohh juga orang Indonesia. Dan aku bertanya apakah mereka itu TKW (Tenaga Kerja Wanita).
“Bukan pak, kami bukan TKW..kami adalah mahasiswa S.2 yang lagi kerja samping untuk mencari tambahan uang dan kami dapat izin dari kampus untuk bekerja part-time”. Demikian kata salah seorang dari mereka.

B. Captain Cook Cottage
            Ini kunjunganku yang ke dua kali ke taman James Cook. Tahun lalu aku amat tidak mengenal lokasi ini. Sekarang aku sudah kenal malah masih terngiang bahwa dalam taman ini ada rumah kecil bersejarah, milik James Cook, yaitu penemu benua Australia. Rumahnya asli didatangkan dari England. Yaitu rumah James Cook yang di Inggris dilepaskan batu batanya dan semua material, kemudian dibawaka Australia dan dibangun kembali- mirip dengan bentuk semula di Inggris. Nah demikianlah cara orang Australia menghargai tokoh dan sejarah mereka.
            Enam bulan lalu aku cuma sekedar melihat lihat saja dan sangat hati hati agar aku tidak banyak menyentuh benda benda Australia- karena dikatakan oleh Pak Ismet bahwa itu termasuk salah satu larangan. Ternyata tidak pula sekaku hal tersebut.
            Kedatangan kali ini aku merasa lebih rileks. Kami mampir dari gerbang yang lain. Pada mulanya kami melihat lihat dari luar taman, termasuk melihat ritual falan-gong yaitu ritual milik keturunan China. Kemudian kami bergerak menuju museum conservatory dan mengabadikan segala sesuatu dengan kamera kami. Ternyata conservatory ini hanyalah sebuah rumah kaca dimana aneka warna bunga selalu dapat tumbuh sepanjang waktu, meski dalam musim dingin dan musim gugur.  


C. Colline Street
            Colline Street ini ibarat Jalan Sudirman buat kota Jakarta, yaitu jalan utama yang sangat sibuk dan tertata menarik. Kami sengaja ke jalan ini buat mencari restoran untuk makan siang- kami makan di restoran Thailand. Kebetulan restoran ini cukup dekat dengan penginapan kami di Rydges Hotel.
            Kami diantarkan dulu ke hotel dan setelah jam 6.00 sore kami diminta untuk berjalan ke restoran Thailand yang dimaksud. Aktu juga buru- buru turun dari lantai 16 di hotel itu dan akhirnya kami semua bisa menemui Restoran Thailand. Aku merasa nyaman dan cukup percaya bahwa makanan yang bakal kami santap adalah makanan halal, karena Reira Tour sudah memesan makanan halal buat kami di sana


[1] http://www.australia.com/id/about/key-facts/weather/melbourne-weather.aspx
[2] http://zonadamai.com/2013/04/19/peranan-australia-dalam-menghadapi-krisis-pangan-di-asia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

if you have comments on my writings so let me know them

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...