Banyak
Yang Pintar Tapi Sedikit Yang Kreatif
Dalam
dunia sastra, bahwa cerita-cerita yang datang dari dunia Barat telah sangat
mengglobal sejak dahulu kala. Kita mengenal cerita Pinokio, Cinderella, The
Swan, dan malah dalam zaman sekarang ada cerita Harry Porter yang juga ditulis
oleh JK. Rowling yang lahir di Barat yaitu di Yate,
Gloucestershire Utara, Inggris. Sementara untuk bidang cyber atau
internet dengan fiturnya seperti Google, Yahoo, Gmail, Blogspot, hingga ke
media sosial (medsos) seperti BBM, Facebook, Twitter dan Instagram juga diciptakan
oleh orang Barat dan oleh orang-orang Asia yang besar dan didik di Barat- di Eropa
dan Amerika.
Dengan demikian
terasa adanya suatu fenomena bahwa “orang Barat lebih kreatif dari orang Asia
dan termasuk orang Indonesia”. Mengapa hal ini bisa terjadi ? Ini dapat dijawab
dengan membaca sebuah artikel yang ditulis oleh seorang dosen dari Malaysia dan
juga tulisan dari seorang dosen dari Universitas Queensland- Australia.
Tulisan seorang
dosen yang bernama William K. Lim dari Universiti Malaysia Serawak yang
berjudul "Asian Test-Score Culture
Thwarts Creativity- Budaya Ujian Hanya Berdasarkan Skor Menghancurkan
Kreatifitas". Dituturkannya bahwa meskipun sejak bertahun-tahun lalu Asia
didaulat akan menjadi penghela dunia sains berkat sangat besarnya investasi di
bidang sains dan teknologi, kenyataannya Asia masih tetap saja tertinggal di
banding negeri-negeri barat (Eropa Barat dan Amerika Utara).
Menurutnya bahwa
akar permasalahannya adalah budaya pendidikan Asia yang berorientasi pada
skor-tes, yang alhasil tidak mampu mengasah keterampilan berpikir dan
kreativitas pelajar. Padahal kedua kemampuan itulah yang menjadi dasar untuk
bisa menjadi ilmuwan yang berhasil. Di
Asia, para pelajar dan sekolah berorientasi mengejar skor-tes
setinggi-tingginya. Para pelajar yang memiliki skor-tes lebih tinggi akan lebih
baik karir masa depannya karena persyaratan masuk ke berbagai institusi
pendidikan yang lebih tinggi dan lebih baik ditentukan oleh skor-tes.
Semakin tinggi skornya
tentu semakin baik pula peluangnya. Beragam pekerjaan bergengsi juga hanya bisa
dimasuki oleh mereka-mereka yang memiliki skor tinggi. Sekolah yang para
siswanya meraih skor-tes tinggi akan naik reputasinya, dan dengan demikian
menjamin pendanaan lebih banyak. Guru pun ditekan untuk mengajar dengan
orientasi agar siswa bisa memperoleh skor-tes yang tinggi. Tidak heran jika
kemudian latihan-latihan tes mengambil porsi besar dalam pendidikan di
sekolah-sekolah di Asia karena keberhasilan sebuah sekolah semata-mata dinilai
dari catatan skor-tes yang diperoleh sekolah itu.
Akibat iklim
pendidikan berorientasi skor-tes, para orang tua lazim memasukkan anak-anaknya
ke suatu les pelajaran tambahan di luar sekolah sejak usia dini. Akibat waktu
sekolah yang panjang dan beban PR yang berat, para pelajar hanya terasah
kemampuan intelektualnya dalam hal mengingat fakta-fakta untuk kemudian
ditumpahkan kembali saat ujian. Hasil dari budaya pendidikan semacam itu adalah
kurangnya keterampilan menelaah, menginvestigasi dan bernalar, yang sangat
dibutuhkan dalam penemuan-penemuan ilmiah.
Seorang dosen
dari Universitas Queensland yang bernama Prof. Ng Aik Kwang melihat fenomena
ini. Apalagi dosen ini adalah juga seorang Australia keturunan China merasakan
langsung fenomena ini. Renungan dan fenomena ini dikupasnya dalam bentuk buku
yang berjudul "Why Asians Are Less
Creative Than Westerners- Mengapa orang Asia kurang kreatif dari orang
Barat". Pada mulanya tulisan dosen ini dipandang cukup kontroversial,
namun akhirnya menjadi buku best-seller
dan cukup membuka mata dan pikiran para pembaca di Australia.
Sebagai
dosen dan Professor yang memiliki kepekaan intelektual, ia menemui fenomena ini
pada mahasiswa dan keluarga besar Universitas Queensland yang bersifat multi
kultur dan multi bangsa, namun mereka semua dikelompokan atas “the Asians and the Westerners -orang
Asia dan orang Barat”, tentu saja ia memahami proses kreativitas orang Eropa,
Amerika (sebagai Orang Barat) dan orang-orang Asia. Jadinya kreativitas sebagaimana
yang diobservasi oleh Prof. Ng Aik Kwang lebih tumbuh pada orang Barat. Ini
terjadi karena titik pandang dan juga akibat metode pembelajaran di
sekolah-sekolah kita yang jarang menumbuhkan kebiasan bereksplorasi atau
bertanya jawab.
Karena beda titik
pandang atau budaya, misal untuk sukses, orang kita (juga sebagian orang Asia)
menganggap yang sukses itu kalau punya banyak materi (rumah, mobil, uang dan
harta lain). Jadi orang yang bisa menjadi dokter spesialis atau manajer pada
perusahaan minyak dipandang lebih sukses dibanding dengan seorang ulama,
jurnalis, wartawan dan pelayan publik (PNS), yang melalui karir mereka tidak
bisa mengumpulkan banyak materi. Sehingga sekarang orang berbuat/ beraktivitas,
bersekolah dan termasuk menuntut ilmu pada perguruan tinggi dengan tujuan materialism oriented.
Bagi org Asia
dan juga termasuk orang kita bahwa banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih
dihargai dibandingkan orang yang
memiliki sedikit materi. Guru yang memilki mobil lebih terpandang dari pada
guru yang hanya datang berjalan kaki. Begitu juga seorang Ustad atau seorang
motivator yang datang hanya dengan sepeda motor butut bisa jadi dibayar lebih
rendah dari pada yang datang dengan mobil sedan. Bisa jadi orang yang hanya
datang dengan jalan kaki atau punya sepeda motor butut lebih berkualitas.
Dengan demikian orang kita lebih peduli pada bentuk casing atau kulit luar
saja.
Perilaku orang
kitayang lebih menghormati materi dan kekayaan bersifat benda duniawi ini juga
terpantau dari kegemaran banyak orang yang menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang
bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun,
atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila
perilaku koruptif pun ditolerir atau diterima sebagai sesuatu yang wajar.
Dalam
pembelajaran, kita terbiasa dengan budaya menghafal. Pendidikan kita identik
dengan hafalan berbasis "kunci jawaban" bukan pada pengertian. Ujian
Nasional, dan juga tes masuk perguruan tinggi
dll semuanya berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa
diharuskan hafal dengan rumus- rumus Imu pasti dan ilmu hitung lainnya bukan
diarahkan utk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut.
Sebuah cara
pandang yang berbeda, misalnya untuk mata pelajaran sejarah. Murid saya
menganggap sebagai mata pelajaran mudah. Karena ujian sejarah hanya sebatas
menghafal dan mencari jawaban antara A, B, C, D atau E. Sementara seorang siswa
dari Jerman yang bernama Lewin Gastrich, saat ia ujian sejarah, menyatakan
sangat sulit. Karena ia harus mampu menyampaikan sebab akibat peristiwa sejarah
dan dampaknya di depan guru sejarahnya.
Ya betul bahwa
metode belajar siswa kita, malah hingga mahasiswa adalah bersifat hafalan.
Karena berbasis hafalan, murid-murid di sekolah dijejali sebanyak mungkin
pelajaran. Mereka dididik menjadi "Jack
of all trades, but master of none" (tahu sedikit sedikit tentang
banyak hal tapi tidak menguasai apapun).
Karena berbasis
hafalan, banyak pelajar Asia termasuk pelajar Indonesia bisa jadi juara dalam
Olympiade Fisika, dan Matematika. Tapi jarang sekali- atau hampir tidak pernah
ada orang Asia yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yang
berbasis inovasi dan kreativitas.
Penyebab lain
adalah karena sifat eksploratif atau penjelajah yang kurang. Kalau ada
menjelajah, siswa kita baru sebatas senang menjelajah atau melintasi alam atau
mendaki gunung. Eksplorasi yang dimaksud adalah pencarian buat menjawab rasa
ingin tahu. Ya sifat eksploratif sebagai
upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko.
Adi Jaderock
melalui Forum Orisinil menggagas dialog online tentang mengapa bangsa Asia
kalah kreatif dibandingkan dengan bangsa Barat.Ia menjelaskan tentang rasa
ingin tahu dan eksplorasinya bagi ilmuwan Barat telah menyebabkan munculnya
temuan- temuan baru. Misalnya rasa ingin tahu yang muncul dari pikiran Newton,
Edwin land, Wright bersaudara, Johan Gutenberg, Ray Tomlinson, Graham Bell,
Martin Cooper, Mark Zuckerberg, dan ilmuwan lainnya. Seperti proses kreatif
para inovator seperti: Issac Newton, Edwin Herbert Land, Wright Bersaudara, Johan
Gutenberg, Ray Tomlinson, Graham Bell, Martin Cooper, dan Mark Zuckerberg.
Agaknya beginilah profil sekilas tentang usaha inovasi mereka:
a). Issac Newton
Issac Newton-
seorang matematikawan, fisikawan, ahli astronomi yang juga penemu dari teori
gravitasi. Ia terlahir prematur, kurang cukup bulan, dari keluarga petani. Ketika Isaac
Newton sedang berjalan di taman, di bawah pohon apel dan melihat jatuhnya
sebuah apel yang menginspirasinya dan bertanya dalam hatinya... mengapa buah
apel ini bisa jatuhnya ke bawah dan bukan ke atas...? Padahal Newton sendiri
mengatakan bahwa ia sedang di dalam rumah ketika ia melihat dari jendela sebuah
apel jatuh dari pohonnya, ini menginspirasinya untuk menemukan teori gravitasi,
kemudian munculah Hukum Gravitasi.
b). Edwin
Herbert Land
Edwin Land -
seorang tokoh dalam sejarah fotografi industri. Pada masa mudanya, Edwin Land
sering membaca buku mengenai Fisika Optik yang ditulis oleh Robert W. Wood,
terutama bagian mengenai polarisasi cahaya. Setelah lulus dari Norwich Free
Academy, Land melanjutkan studinya di Universitas Harvard dengan niat untuk
meneliti tentang polarisasi cahaya. Setelah tahun pertama belajar di Harvard,
Land memutuskan untuk berhenti sekolah dan berkonsentrasi untuk menemukan cara
menghasilkan teknologi polarisasi murah dan efisien yang di kemudian hari
disebut sebagai Polaroid. Sejak itu, ia meneruskan belajar di Perpustakaan Umum
New York.
Penemuan
Polaroid diilhami dari pertanyaan Jennifer Land, anak Edwin Land yang saat itu
berusia tiga tahun. Dia menanyakan kepada ayahnya mengapa tidak dapat melihat
hasil foto jepretan ayahnya secara langsung. Edwin juga bertanya dalam hatinya,
Mengapa hasil foto harus menunggu berhari-hari untuk di cetak..? Dia
menggunakan prinsip transfer difusi untuk menghasilkan kembali gambar yang
direkam oleh lensa kamera secara langsung ke permukaan sensitif cahaya yang
berfungsi sebagai film atau foto- maka terciptalah foto langsung jadi Polaroid.
c). Wright
Bersaudara.
Wright
bersaudara yang terdiri dari dua orang adik beradik, Orville Wright dan Wilbur
Wright. Kedua kakak beradik itu pada awalnya mengelola sebuah toko di
Dayton, Ohio.
Toko tersebut menjual dan memperbaiki sepeda motor. Wright bersaudara tentu
saja bertanya-tanya dalam hatinya mengapa burung bisa terbang dan manusia
tidak? Jadinya kemudian mereka mulai mempelajari masalah penerbangan pada tahun
1889. Kemudian mereka mulai membuat tiga pesawat terbang layang bersayap
kembar. Ketiganya dites di pantai Kitty Hawk di Carolina Utara. Pesawat yang
ketiga telah diujinya sebanyak 1000 kali penerbangan dan ternyata berhasil
dengan sukses. Kemudian mereka membuat mesin motor ringan. Mesin tersebut di
pasang di pesawatnya yang keempat, yang dinamakannya Wright Flyer,
jadinya maka terciptalah pesawat udara.
d). Johan
Gutenberg
Johann Gutenberg
dianggap penemu mesin cetak yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Tak ada
penemuan yang terlompat dari pemikiran seseorang. Segel dan bulatan segel yang
pengerjaannya menganut prinsip serupa dengan cetak blok sudah dikenal di Cina
berabad-abad sebelum Gutenberg lahir. Waktu muda ia tentu sempat bertanya dalam
hatinya mengapa kita harus menulis ulang naskah-naskah sebanyak ini. Dia
mengembangkan metal logam campuran untuk huruf cetak; menuangkan cairan logam- maka
terciptalah Mesin Cetak. betapa penemuan Gutenberg amat berarti --bahkan bisa
disebut suatu penemuan penting-- dalam kaitan penarikan pelatuk revolusi
kemajuan jaman modern.
e). Ray
Tomlinson
Raymond Samuel Tomlinson atau Ray Tomlinson dikenal
sebagai Penemu
dari Email atau Elektronik Mail. Agaknya ia sempat bertanya-tanya
dalam hati mengapa surat harus dikirim via post dan penerimanya menunggu
berhari-hari ? Ray Tomlinson pernah kuliah di Politeknik, kemudian melanjutkan
studinya untuk gelar Master di Massachusetts Institute of Technology dalam
bidang teknik elektro. Tomlinson mengembangkan teknologi analog-digital hybrid
speech synthesizer yang dijadikan sebagai subyek untuk tesis. Ray Tomlinson
menulis sebuah program transfer file yang disebut CPYNET untuk mentransfer file
melalui ARPANET. Ray Tomlinson diminta untuk mengubah sebuah program yang
disebut SNDMSG, yang mengirim pesan ke pengguna lain dari komputer
time-sharing, untuk dapat dijalankan pada TENEX. Dia menambahkan kode yang ia
ambil dari CPYNET ke SNDMSG sehingga pesan dapat dikirim ke pengguna pada
komputer lain- maka terciptalah email.
f). Graham Bell
Alexander Graham
Bell dikenal sebagai penemu telepon. Dia pernah mengajar orang yang bisu dan
tuli, mempopulerkan system yang disebut 'bahasa visual'. System yang
dikembangkan oleh ayahnya, Alexander Melville Bell, yang menunjukkan bagaimana
bibir, lidah, dan tenggorokan digunakan dalam menggambarkan suara. Graham Bell
agaknya pernah bertanya-tanya dalam hati bagaimana ya agar orang dapat bicara
meskipun terpisah jarak? Pada masa kanak-kanaknya, dia telah memperlihatkan
rasa ingin tahu yang sangat besar pada dunia ini, yang menyebabkan dia sering
mengumpulkan contoh-contoh tumbuhan. Bersama teman baiknya yang memiliki
penggilingan gandum yang juga merupakan tetangganya, dia sering membuat
keributan, dan suatu hari ayah temannya berkata, "Mengapa kalian tidak
membuat sesuatu yang lebih berguna? Sejak usia 18 tahun, Bell telah meneliti
gagasan bagaimana mengirimkan dan mentransfer perkataan. Tahun 1874 saat dia
mengerjakan telegraph, dia mengembangkan gagasan dasar yang baru bagi
telephone- ya maka terciptalah telepon.
g). Martin
Cooper
Martin Cooper dialah sang penemu handphone
atau telepon genggam pertama. Dia sendiri tidak membayangkan bahwa telepon
selular bisa sekecil sekarang ini sehingga dapat dibawa kemana saja sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan di zaman nirkabel sekarang ini. Martin juga
sempat bertanya-tanya dalam hatinya mengapa telepon harus pakai kabel? Martin
Cooper dibesarkan di Chicago adalah imigran Ukraina. Ketika masih muda ia
menyukai rekayasa elektronika. Cooper (bersama temannya John F. Mitchell)
membayangkan sebuah produk komunikasi yang tidak hanya terpaku di dalam mobil.
Sehingga alat tersebut haruslah kecil dan cukup ringan untuk menjadi alat
portabel- bukan alat yang bikir repot saja. Cooper dianggap sebagai penemu
pertama telepon genggam seluler (handphone)- maka terciptalah Handphone yang
pertama dan orang pertama yang melakukan panggilan dengan prototipe ponsel
genggam seluler tersebut pada 3 April 1973. Kejadian yang bersejarah tersebut
disaksikan di muka umum di depan wartawan dan orang orang yang lewat di jalan
kota New York.
h). Mark
Zuckerberg
Mark Zuckerberg
adalah penemu FaceBook. Umurnya masih muda namun ia dikenal sebagai pemuda
terkaya di dunia berkat Facebook. Sejak kecil Zuckerberg suka mengutak-atik
komputer, mencoba berbagai program komputer dan belajar membuatnya. Ia tentu
sempat bertanya-tanya dalam hatinya Bagaimana ya supaya kita bisa saling
berbagi pencerahan dan kebaikan bagi sesama tanpa harus beranjak dari depan
meja kerja kita..?
Bakaimana cikal
bakal ia menemukan FaceBook ? Saat berada di Universitas Harvard inilah
Zuckerberg menemukan ide membuat buku direktori mahasiswa online karena universitasnya tak membagikan face book (buku
mahasiswa yang memuat foto dan identitas mahasiswa di universitas itu) pada mahasiswa
baru sebagai ajang pertemanan di antara mereka. Namun setiap kali ia menawarkan
diri membuat direktori itu, Harvard menolaknya. "Mereka mengatakan punya
alasan untuk tidak mengumpulkan informasi (mahasiswa) ini”.
Meski ditolak ia
selalu mencari cara untuk mewujudkannya. Suatu malam di tahun kedua ia kuliah
di Harvard, Zuckerberg menyabot data mahasiswa Harvard dan memasukkannya ke
dalam website yang ia buat bernama Facemash. Sejumlah foto rekan mahasiswanya
terpampang di situ. Tak lupa ia membubuhkan kalimat yang meminta pengunjungnya
menentukan mana dari foto-foto ini yang paling "hot".
Pancingannya
mengena. Dalam tempo empat jam sejak ia meluncurkan webiste itu tercatat 450
orang mengunjungi Facemash dan sebanyak 22.000 foto mereka buka. Pihak Harvard
mengetahuinya dan sambungan internet pun diputus. Zuckerberg diperkarakan
karena dianggap mencuri data. Anak muda berambut keriting ini pun meminta maaf
kepada rekan-rekan yang fotonya masuk di Facemash
Ia tidak patah
semangat dan ia malah membuat website baru dengan nama Facebook
(www.thefacebook.com). Website ini ia luncurkan pada Februari 2004. Facebook
merupakan penyempurnaan dari Facemash- maka terciptalah FaceBook yang sangat
digandrungi di Indonesia dan di seluruh dunia.
Pertanyaannya
kita adalah: “Mengapa para penemu fitur atau produk teknologi ini semua berasal
dari Barat dan bukan dari Padang, Medan, Jakarta, atau daerah Indonesia lainnya
?”. Salah satu alasan terbesarnya adalah karena selama ini banyak anak-anak
Indonesia yang dilatih untuk pandai menjawab soal-soal ujian yang sudah ada
jawabannya dalam buku dan bukan dilatih untuk pandai bertanya dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari dalam
hatinya sendiri
untuk memecahkan masalah-masalah dunia lainnya.
Kemudian
konsep memahami ilmu kita cenderung sempit. Untuk tingkat SMA yang dianggap
sains itu adalah “kimia, biologi dan fisika”. Maka seorang siswa jurusan IPA
hanya membatasi diri dalam memahami dan mendalami bidang studi tadi. Sebaliknya
buat jurusan sosial adalah “akutansi, ekonomi dan sosiologi” dan siswa jurusan
IPS hanya membatasi diri buat mempelajari mata pelajaran IPS saja. Lebih
meluas, bahwa, mahasiswa kedokteran hanya mendalami kedokteran dan tidak begitu
peduli untuk bidang yang lain, demikian pula sebaliknya untuk mahasiswa jurusan
lain.
Pada
hal ilmuwan besar dunia tidak seperti itu. Mereka memahami ilmu sain, ilmu
sosial, ilmu agama, filsafat dan ilmu yang mereka anggap juga bermanfaat buat
dirinya. Seperti Ibnu Sina dan Ibnu Arabi mendalami berbagai bidang ilmu. Ibnu
Sina fasih berbahasa Arab dan Persia, ia mendalami filsafat, agama atau
teologi, matematika, astronomi, kedokteran, psikologi dan puisi. Sehingga ia
mampu menulis 99 buku. Ibnu Arabi sendiri menguasai ilmu politik, teologi atau
agama, filsafat dan agama.
Untuk
ilmuwan dari barat juga demikian. Frank Loyd, seorang arsitektur Amerika
Serikat memiliki ilmu yang luas. Ia seorang arsitek, seorang penulis dan juga
seorang pendidik. Begitu pula dengan Benjamin Franklin, ia memahami matematika,
politik, diplomasi atau bahasa dan fisika. Jadi ilmu yang luaslah yang membuat
mereka jadi kreatif pada konsep berpikir.
Saya jadi
memahami semangat eksplorasi teman dari Perancis, mereka adalah Louis
Deharveng, Anne Bedos dan Francois Brouquisse, yang dengan senang hati berulang
ulang datang ke Batusangkar dan menjelajah goa-goa (dalam group speleologie)
untuk mencari serangga baru yang belum
teridentifikasi di sana. Atau eksplorasi yang dilakukan oleh Jerry Drawhorm,
antroplog dari Universitas California, untuk menemui fosil-fosil kecil sesuai
dengan tulisan yang dia baca.
Eksplorasi juga
bisa terbentuk dalam kelas, untuk penemuan pemahaman konsep dan menjawab rasa
ingin tahu (curiousity) namun
sayangnya PBM kita miskin dengan suasana tanya jawab. Saat diberikan sesi Tanya
jawab, cukup banyak siswa yang tidak tahu apa yang ditanyakan dan juga tidak
mau bertanya. Mungkin mereka punya prinsip bahwa bertanya artinya bodoh,
makanya rasa penasaran (rasa ingin tahu) tidak mendapat tempat dalam proses
pendidikan di sekolah.
Juga karena
takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau
workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir peserta
mengerumuni guru atau narasumber utk minta penjelasan tambahan. Prof.Ng Aik
Kwang menawarkan bebrapa solusi agar para pelajar kita bisa menjadi lebih
kreatif seperti berikut:
1). Hargai
proses pembelajaran. Hargailah orang karena pengabdiannya bukan karena
kekayaannya. Jangan bangga dapat menantu kaya raya, punya ruko dan 7 mobil
mewah namun semua diperoleh melalui cara yang
tidak jelas.
2). Hentikan
pendidikan berbasis kunci jawaban, imbangi dengan ujian berbasis essay dan
penalaran. Jangan memaksa murid untuk menguasai semua bidang studi namun
biarkan mereka memahami bidang studi yang paling disukainya.
3). Jangan
menjejali murid dengan banyak hafalan, apalagi matematika dan sains yang punya
rumus. Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban rumus untuk “X x Y” harus
dihapalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar-benar mereka
kuasai.
4). Biarkan
anak/ siswa memilih profesi berdasarkan passion
(rasa cinta) nya pada
bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yang
lebih cepat menghasilkan uang.
bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yang
lebih cepat menghasilkan uang.
5). Dasar
kreativitas adalah adanya rasa penasaran atau rasa ingin tahu (curiosity) dan berani ambil resiko. Maka
mari aktifkan anak/ siswa untuk banyak bertanya dan jangan pernah bosa untuk
memberi jawaban yang bisa melepaskan dahaga ingin tahu mereka. Kalau tidak bisa
menjawab maka cari sumbernya bersama- sama.
6). Guru dan
dosen adalah seorang fasilitator, bukan kotak Pandora yang harus tahu segala
jawabannya. Maka kalau guru dan dosen tidak tahu ya akui tentang ketidak tahuan
tersebut.
7). Passion atau
rasa cinta seorang manusia adalah anugerah Tuhan. Maka sebagai orang tua dan
guru/dosen kita perlu punya rasa bertanggung-jawab untuk mengarahkan mereka
dalam menemukan passionnya dan selalu memberi mereka dukungan.
Mudah- mudahaan
dengan cara begini kita bisa memiliki anak-anak, para siswa dan mahasiswa menjadi
manusia yang kreatif. Kelak bila mereka dewasa maka mereka juga mewariskan
model parenting yang kita ajarkan
buat generasi mereka sehingga anak-anak mereka juga menjadi generasi yang
kreatif, komunikatif, inovatif tapi juga
memiliki integritas dan idealisme tinggi dan menolak nilai-nilai KKN- kolusi,
korupsi dan nepotisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them