Peraturan
Tertulis Dalam Manajemen Keluarga
Saya
tidak habis pikir mengapa orang-orang dari negara maju, terutama dari
negara-negara benua Eropa, Amerika, Jepang dan Australia, sangat mudah
mengekspresikan tiga kata penuh simpati, yaitu “thank you, I am very sory, and very good”. Orang yang bukan
berbahasa Inggris, seperti Jerman juga juga mudah mengatakan “prima danke”. Atau orang Perancis juga
mudah mengekspresikan “ Je suis desole,
merci beaucoup, et c’est bon”.
Orang
kita yang belajar bahasa Inggris juga mudah mengekspresikan “thank you, very good and I am very sorry”.
Namun dalam percakapan menggunakan bahasa ibu atau bahasa Indonesia, mereka
tidak begitu sering mengucapkan kata “maaf,
kamu pintar, atau terima kasih”. Kecuali bagi orang-orang yang cukup
terdidik. Mengapa hal ini terjadi ?
Rasa
ingin tahu saya selalu muncul, mengapa anak-anak kecil di negara-negara
tersebut juga mudah mengungkapkan “thank
you and I am very sorry !” Untuk
hal-hal kecil mereka dengan enteng mengucapkan “thank you” terloncat dari mulut mereka yang mungil itu. Kalau
dihitung-hitung bahwa bisa jadi mereka telah mengucapkan 20 hingga 50 kali kata
“terima kasih atau thank you” setiap
hari.
Cukup
kontra dengan masyarakat kita, dan saya tidak bermaksud underestimate pada bangsa sendiri, bahwa kata-kata “terima kasih,
maaf dan bagus” belum dipakai pada semua kalangan masyarakat. Kata terima kasih
hanya sebagai pajangan pada tembok atau papan, misal “Terima kasih atas
kunjungan anda ! Terima kasih atas perhatian anda ! Terima kasih atas partisipasi
anda !” Namun dalam realita, dalm kehidupan sehari-hari bahwa kata “terima
kasih dan maaf” juga susah terucap dari mulut secara spontan. Hanya orang-orang
yang membiasakan diri yang terlatih untuk mengekspresikannya.
Suatu
ketika saya berpergian dari Padang menuju Batusangkar dengan mobil travel
eksekutif. Beberapa menit setelah mobil berangkat naik lagi seorang perempuan
muda yang cantik, dan saya pikir dia adalah seorang mahasiswa tingkat terakhir.
Dia terlihat begitu sibuk dengan phonecell-nya.
Dia terlihat sebagai seorang perempuan yang ribet, karena disibukan dengan
medsos menggunakan dua gadget sekaligus sepanjang perjalanan.
Saya
tidak berharap dia menyapa saya, hanya kalau boleh sedikit basa-basi meluangkan
untuk sekedar bertegur sapa- dengan mengataan permisi pak/ permisi uni/ permisi
om saat masuk mobil- dengan teman sebangku lainnya dalam mobil. Namun itulah
fenomena sekarang bahwa hampir banyak orang merunduk dengan mata melotot
menatap layar gadget selama berjam-jam dan nilai-nilai sosial sudah pada
beterbangan.
Mobil
travel hanya diisi oleh 6 orang penumpang. Namun semua punya privacy, menutup
diri dan masing-masing enggan untuk berkomunikasi. Juga masing-masing memasang
wajah serius atau wajah formal.
Sekali-sekali
saya mencuri tahu tentang apa yang dilakukan oleh perempuan muda itu dengan
androidnya. Ya seperti kebanyakan anak-anak muda zaman sekarang, dia sibuk
dengan fitur media sosialnya- ada Facebook, Twitter, WA, Line, BBM, SMS, dll.
Barangkali ia memiliki banyak kontak number, mungkin hingga ke seluruh penjuru
tanah air dan betapa ia ribet dan sibuk ibarat seorang operator telepon
selluler. Ia sibuk membalas message
yang datang silih beranti. Ia hanya berhenti dengan gadgetnya begitu sopir
menghentikan mobil dekat rumah-kosannya di Batusangkar.
Ia
melangkah ke luar, ia tidak sadar kalau androidnya yang berada di kantong
celananya meluncur dan tertinggal di bangku mobil. Spontan saya memungut dan
meneriakan (memanggilnya) bahwa phonecell nya tertinggal- “phoncell-nya tertinggal dek !!!”. Dia berbalik dan memungut phonecell-nya dengan enteng tanpa
basa-basi mengucapkan sepatah kata “terima kasih” pada saya.
Saya
tidak bermaksud menggeneralisir bahwa ini adalah fenomena orang muda atau
sebahagian mahasiswa sekarang. Namun mahasiswi yang ribet tadi-tidak punya
waktu mengungkapkan rasa terima kasih- merupakan salah seorang oknum yang telah
gagal dalam mengaplikasikan dan memahami betapa penting kita dalam hidup harus mampu
mengucapkan terima kasih pada orang lain.
Sekali
lagi bahwa saya tidak bermaksud buat memuji bangsa Barat. Namun hanya sebagai
ilustrasi saja bahwa umumnya keluarga di sana betapa entengnya, mulai dari
anak-anak hingga generasi tua, dalam mengucapkan kata-kata maaf, memuji dan
juga berterima kasih. Teman saya orang Australia, keturunan Inggris, selama
berlibur di tempat saya puluhan kali mengucapkan “thank you very much, sorry and very good”.
Ternyata
kata-kata bertuah ini tidak muncul dan terucap dengan sendirian dari mulut
warga di sana. Penduduk atau keluarga merekalah yang membuat mereka menjadi
lebih santun dan beretika, dan sekaligus menumbuhkan karakter berbahasa yang
lebih bernilai kuat. Bahwa kunci keberhasilan mereka dalam menanamkan kata-kata
maaf, terimakasih dan memuji adalah melalui house
rule- yaitu peraturan tertulis yang dirancang oleh orangtua buat mejalankan
majajemen keluarga mereka.
Sebagaimana
halnya dengan perusahaan, ada perusahaan yang tumbuh maju dan juga ada
perusahaan yang mundur, bangkrut dan hancur. Itu terjadi dari keberhasilan atau
kegagalan dari seni manajemen perusahaan. Demikian pula dengan keluarga/ rumah
tangga, tentu ada yang sukses manajemennya dan sebaliknya juga ada yang gagal.
Dalam
pandangan orang-orang yang berpikiran maju bahwa keluarga/ rumah tangga juga
butuh manajemen. Rumah tangga di seputar kita juga punya manajemen, namun
sayang mereka belum membuat peraturan keluarga yang jelas- yang tertulis.
Sehingga tidak jelas apa yang boleh dan apa yang tidak boleh- some do’s and some don’ts.
Berdasarkan
informasi yang diperoleh bahwa umumnya rumah tangga yang di negara-negara maju
mereka memiliki house rule- yaitu
berisi peraturan tertulis tentang manajemen keluarga. Peraturan tersebut muncul
dari gagasan, ide/opini dan keputusan dari kesepakatan ayah dan ibu atau suami
dan istri. Salahsatu dari bentuk dari peraturan keluarga (house rule) adalah sebagai berikut:
1).
Dengar dan hormati orang tua.
- Tanpa memprotes kembali, mengeluh atau
membanting benda-benda di rumah
ini.
2).
Hormati keluarga dan teman-teman.
- Berbagilah, berikan bantuanmu dengan
ikhlas, jangan menendang-nendang
dalam rumah, bersikap sopan
dan gunakanlah kata-kata yang baik dan ramah.
3).
Selalu berbicara benar.
4).
Peduli pada kondisi tubuh.
- Pilihlah makanan yang bersih dan sehat,
gosok gigi secara teratur, jaga
kebersihan diri, berpakaian
rapi dan bersiap-siap ke sekolah tepat waktu, tidur
pada waktunya- yaitu jam
sekitar 9.30- 10.00 malam.
5).
Jaga keamanan dan kebersihan rumah.
- Bersihkan meja dan ruangan setelah makan,
singkirkan mainan, tempatkan
pakaian kotor pada keranjang
khusus, dilarang memanjat dan melompat-lompat
dalam rumah.
6).
Peliharalah benda-benda milik pribadi, hormati benda-benda milik orang lain.
Berterima kasih atas apa yang
kita miliki, minta permisi bila ingin menggunakan
benda-benda yang bukan milik
kita, bermainlah dengan baik, setelah bermain
maka tempatkan benda tersebut
dengan baik dan rapi.
7).
Jadilah orang yang ramah dan suka membantu satu sama lain.
8).
Gunakan kata-kata please dan thank you.
Jadi
seseorang bisa mengucapkan kata please dan
thank you bukan dibawa sejak lahir,
atau muncul secara pontan, namun memang karena diprogramkan dan dkonsisikan
melalui peraturan keluarga sehingga muncul menjadi sebuah karakter. Komitmen
dalam manajemen (menata) keluarga antara ayah dan ibu dan juga melibatkan anak
merupakan hal-hal yang tidak bisa ditawar-tawar untuk mentaatinya. Terutama
orangtua harus dulu mengikuti/ mentaati peraturan keluarga ini agar bisa
menjadi model bagi anggota keluarga yang lain.
Untuk
lebih kebijakan lebih spesifik maka orang tua perlu membuat peraturan keluarga
buat ditaati oleh anak-anak. Peraturan tersebut ditata dan ditulis dengan huruf
yang lebih besar dan dihiasi agar bentuknya menarik. Berikut bentuk larangan
dan suruhan (some do’s and some don’ts)
sebagai familly rule buat anak-anak.
1). Anak-anak
akan menyapa orangtua dengan kata “hi mom
! hi dad !” bila mereka
memasuki rumah dan akan mengucapkan “good bye” bila mereka berangkat.
2). Anak-anak
akan selalu menghormati orangtua, guru-guru dan orang-orang tua
lainya.
3). Anak-anak akan
bersikap baik pada saudara-saudaranya.
4). Anak-anak
ikut menjaga rumah terlihat rapi dan bersih.
5). Anak-anak
selalu memelihara rambut, tubuh dan gigi mereka bersih setiap hari.
6). Anak-anak
tidak akan mengiterupsi bila orangtua sedang berbicara.
Lebih lanjut
bahwa dalam melaksanakan manajemen keluarga, memang dibuat familly rule yang tertulis. Pada beberapa keluarga, mereka menulis familly secara umum terutama tentu saja
ditekankan buat anak-anak dan tamu yang menginap di rumah. Berikut bentuk general familly rule tersebut :
1). Dilarang
berlari dalam rumah, kalau kamu dalam keadaan badmood maka
beradalah dalam kamarmu sendiri.
2). Dilarang
bercanda dengan gerakan fisik yang kasar.
- Jangan menyerang, menendang, meninju,
mengigit, menyiku dan saling
menyakiti.
3). Tidak
diizinkan membawa makanan dan minuman keluar dapur.
4). Kalau kamu
butuh sesuatu mintalah secara baik-baik.
- Kalau kamu merasa sedih atau marah maka
berbicaralah dengan ibu atau ayah.
- Jangan berbicara tentang hal hal privacy
dengan semua orang.
- Bawalah piring piring kotor ke tempat
pencucian dan cucilah hingga bersih.
- Kalau berbicara jangan berebutan, saling
mendengarlah.
- Tidak diizinkan membuat orang lain jadi
sedih.
- Kalau dikatakan stop (berhenti) maka
berhentilah.
Dalam kemajuan
teknologi sekarang, maka benda-benda moderen tersebut juga hadir dalam
rumah-rumah mereka, terutama benda-benda yang berhubugan dengan teknologi
komunikasi seperti komputer, gadget, notebook, android, televisi, dll. Pada
keluarga moderen mereka tetap menerapkan adanya peraturan keluarga dalam
menggunakan bena teknologi tersebut. Berikut salah satu bentuk- some do’s and some don’ts- dalam
penggunaan benda teknologi atau familly
rule for technology:
1). Dalam rumah
ini teknologi adalah milik bersama bukan milik pribadi maka patuhi
peratura keluarga.
2). Semua
penggunaan teknologi harus disetujui oleh orangtua terlebih dahulu, kalau
tidak disetujui jangan menggunakannya.
3). Kami
menghargai nilai manusia melebihi nilai teknologi.
4). Jangan
membawa peralatan teknologi ke meja makan.
5). Tidak
dibenarkan menggunakan teknologi dalam kondisi pintu tertutup.
6). Kewajiban
dan pekerjaan rumah harus diselesaikan setelah itu baru boleh
menonton TV atau video game.
7). Gunakan
teknologi seperlunya, bila tidak akan ditahan.
Itulah poin-poin
dari peraturan buat keluarga yang berisi tentang apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh. Bahwa secara umum anak-anak dan juga para remaja berpikir bahwa bila
liburan tiba mereka boleh berbuat lebih bebas. Namun lagi-lagi keluarga dari
dunia maju membuat peraturan keluarga buat menghadapi liburan sekolah.
Berikut tentang school holiday rule buat anak-anak di
rumah. Anak-anak baru boleh menggunakan iPad dan TV seberapa suka selama
tugas-tugas berikut telah dikerjakan, yaitu:
- Sudah
merapikan kamar tidur.
- Sudah sarapan
pagi.
- Sudah mandi
dan berpakaian yang bersih.
- Sudah
menggosok gigi.
- Sudah
merapikan rambut.
- Sudah membaca
paling kurang selama 20 menit.
- Sudah menulis
atau mewarnai.
- Sudah
membersihkan satu kamar (ruang TV/ kamar tidur).
- Sudah membantu
anggota keluarga, tanyakan kalau ada pekerjaan yang bisa kamu
lakukan.
Kalau semua
poin-poin di atas telah dikerjakan maka anak-anak boleh menonton TV atau
bermain dengan iPad. Masyarakat awam awam berpikiran bahwa gambaran tentang
bangsa barat seperti dicitrakan oleh film-film atau artikel-artikel yang
mengupas tentang hal-hal negatif, seperti cara berpakaian mereka berbeda dari
orang timur. Kemudian mereka menganut kehidupan serba bebas. Dibalik itu orang
barat juga menjunjung moral yang tinggi seperti jujur, disiplin, menghargai
waktu, peduli degan sesama dan juga berkarakter sebagaimana yang ditunjukan
oleh cara-caramereka berbahasa. Karakter positif ini bia tubuh lewat menerapkan
house rule atau familly rule. Denga demikian peraturan tertulis untuk keluarga-
yang mungkin namanya familly rule
atau house Rule memang merupakan
kunci untuk manajemen keluarga dan sekaligus untuk membina karakter keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them